80 likes | 514 Views
Abu Hurairah ra, Rasul saw, Allah swt berfirman: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ ...
E N D
Abu Hurairah ra, Rasul saw, Allah swt berfirman: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ... Aku sesuai dengan dugaan hamba-Ku dan Aku bersamanya saat dia mengingat-Ku, jika mengingat-Ku dalam dirinya Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan bila dia mengingat-Ku di keramaian Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka..(HR.Muslim) Wafat Mendadak Abdullah bin Amr bin Ash ra: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَعَاذَ مِنْ سَبْعِ مَوْتَاتٍ مَوْتِ الْفَجْأَةِ وَمِنْ لَدْغِ الْحَيَّةِ وَمِنْ السَّبُعِ وَمِنْ الْحَرَقِ وَمِنْ الْغَرَقِ وَمِنْ أَنْ يَخِرَّ عَلَى شَيْءٍ أَوْ يَخِرَّ عَلَيْهِ شَيْءٌ وَمِنْ الْقَتْلِ عِنْدَ فِرَارِ الزَّحْفِ Sungguh Rasul saw berlindung dari tujuh macam cara kematian, wafat secara mendadak, disengat ular, dimakan binatang buas, terbakar, tenggelam,tertimpa atau menimpa sesuatu dan terbunuh saat lari dari perang. (HR.Ahmad)
Aisyah ra: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ مَوْتِ الْفَجْأَةِ فَقَالَ رَاحَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ لِفَاجِرٍ Aku bertanya kepada Rasul saw tentang mati secara mendadak, beliau menjawab: Mati mendadak adalah mati dengan cara yang santai bagi orang Mukmin dan penyesalan bagi orang yang Fajir. (HR.Ahmad) Hal Yang Dianjurkan Saat Sakaratul Maut • Dibaringkan dengan menghadapkan ke arah Qiblat, bila mengalami kesulitan maka ditidurkan dengan kaki dan wajahnya ke arah Qiblat. Berdasarkan; • Abu Hurairah ra, Rasul saw: قِبْلَتِكُمْ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا Ka’bah itu adalah Qiblat kalian di saat hidup dan mati. (HR.Muslim) Perbuatan Khudzaifah bin Yaman ra yang meminta untuk diarahkan wajahnya ke Qiblat dan juga Fathimah ra yang meminta kepada Ummu Rafi’ untuk menghadapkan wajahnya ke Qiblat.
Mentalqinkan لا اله ا لا الله Berdasarkan; • Abu Said al-Khudri ra, Rasul saw: لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ Talqinkanlah orang yang meninggal diantara kalian dengan kalimat “la ilaha illa Allah..”. (HR.Muslim) • Muadz bin Jabal ra, Rasul saw: مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ Siapa yang akhir kalimatnya “la ilaha illa Allah” dia akan masuk ke dalam surga. (HR.Abu Daud) Hanafiyyah dan Malikiyyah: Lebih utama saat men-Talqin sebelumnya dibacakan “Dua kalimat syahadat”. Dalam mentalqin tidak dianjurkan untuk mengucapkan berulang kali, tapi bila dia berbicara dengan suatu pembicaraan maka hendaknya diulang kembali talqinnya, jadikan kalimat “Tauhid” itu sebagai ucapan yang terakhir diucapkan oleh si mayit.
Membaca al-Qur’an Malikiyyah: Makruh membacakan al-Qur’an di saat detik-detik ajal seseorang jika bacaan itu dijadikan sebagai amalan sunnah, begitu juga bila dibacakan setelah meninggalnya atau di atas kuburnya tetapi menurut ulama lainnya dianjurkan untuk dibacakan al-Qur’an dan dzikir yang pahalanya diperuntukkan bagi mayit. Jumhur: Dianjurkan untuk membacakan surat Yasin. Dalilnya: • dari Ma’qil bin Yasar ra, Rasul saw: اقْرَءُوا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ Bacakanlah oleh kalian surat Yasin pada orang yang meninggal diantara kalian. (HR.Daud, 8/385. Ibnu Majah, 4/380. Ahmad dalam kitabnya al-Musnad dan Ibnu Hibban dalam kitabnya As-Shahih) • Sebagian Hanafiyyah dan Syafiiyyah: Baik bila juga dibacakan surat ar-Ra’du. Berdasar perkataan Jabir bin Abdullah al-Anshari ra; إنها تهون عليه خروج روحه “Sungguh memudahkan keluarnya ruh”
Bersiwak atau disiwaki Dalam hadits Shahih Bukhari dari riwayat Aisyah ra disebutkan bahwa Rasul saw saat detik-detik menjelang ajalnya beliau meminta siwak dari Abdurrahman bin Abu Bakar ra dan menggunakannya. (HR.Bukhari) Kematian Ibnu Abbas ra, Rasul saw: الأمراض والأوجاع كلها بريد الموت ورسل الموت فإذا حان الأجل أتى ملك الموت بنفسه وقال أيها العبد كم خبر بعد وكم رسول بعد رسول وكم بريد بعد بريد أنا الخبر ليس بعدي خبر وأنا الرسول ليس بعدي رسول أجب ربك طائعاً أو مكروهاً فإذا قبض روحه وتصارخوا عليه قال على من تصرخون وعلى من تبكون؟ فواللّه ما ظلمت له أجلاً ولا أكلت له رزقاً بل دعاه ربه فليبك الباكي على نفسه فإن لي فيكم عودات وعودات حتى لا أبقي منكم أحداً “ Berbagai penyakit adalah pos dan utusan kematian, dan bila telah datang waktu kematian datanglah malaikat kematian dan berkata “Wahai hamba, berapa banyak telah datang kepadamu berita, utusan dan pos-pos ? Ketahuilah aku adalah berita itu dan tidak ada berita setelahku, aku adalah utusan itu dan tidak ada utusan setelahku, penuhilah panggilan Tuhanmu suka atau tidak suka dan bila tidak dicabut ruhnya
Mereka meratapinya, dia berkata: “Kepada siapakah kalian meratapi dan menangisi ?”, demi Allah aku tidak melakukan kedzaliman kepadanya baik terhadap ajal dan aku juga tidak mengambil rizkinya tetapi dia dipanggil oleh Tuhannya. Hendaklah orang menangis atas dirinya karena aku akan terus kembali hingga tidak tersisa dari kalian seorang pun !’. Sakitnya Kematian Allah swt berfirman: وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya, Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.(Qs.Qaf, 19) Aisyah ra: Rasul saw memasukkan tanganya ke bejana yang berisikan air lalu dia membasuh wajahnya sambil berkata: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ Sungguh tidak ada Tuhan kecuali Allah swt dan sungguh dalam kematian itu ada sakarat. (HR.Bukhari)
Anas bin Malik ra: لَمَّا وَجَدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ كَرْبِ الْمَوْتِ مَا وَجَدَ قَالَتْ فَاطِمَةُ وَا كَرْبَ أَبَتَاهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا كَرْبَ عَلَى أَبِيكِ بَعْدَ الْيَوْمِ إِنَّهُ قَدْ حَضَرَ مِنْ أَبِيكِ مَا لَيْسَ بِتَارِكٍ مِنْهُ أَحَدًا.. Ketika Rasul saw merasakan sakitnya kematian, Fathimah ra berkata “Wa karba Abata”, Rasul saw berkata: Tidak ada karba atas ayahmu setelah hari ini, sungguh telah datang pada ayahmu apa yang tidak pernah meninggalkan seorangpun.. Ali bin Abi Thalib ra bila sedang memberikan semangat kepada pasukannya, beliau berkata: إنْ لَمْ تَقْتُلُوْا تَمُوْتُوْا وَ الَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لأَلْفُ ضَرْبَةٍ بِالسَّيْفِ أَهْوَنُ مِنْ مَوْتِ عَلىَ فِرَاشٍ Jika kalian tidak terbunuh kalian pasti akan mati (juga), demi jiwa Nabi Muhammad saw yang berada di tangan-Nya, seribu tebasan pedang lebih ringan daripada mati di atas tempat tidur.
Umar bin Khattab ra: إذا بقي على المؤمن من ذنوبه شيء لم يبلغه عمله شدد عليه الموت ليبلغ بسكرات الموت وشدته درجته في الجنة وإن الكافر إذا كان عمله معروفاً في الدنيا هون عليه الموت ليستكمل ثواب معروفه في الدنيا ثم يصير إلى النار. Jika tersisa dari seorang Mukmin sesuatu dari dosanya dan tidak dapat dibersihkan dengan amalnya maka diperberat dengan sakaratul maut untuk mendapat derajat di surga dan sungguh kafir jika amalnya baik di dunia maka diberikan keringanan saat sakaratul maut untuk mendapat kesempurnaan kebaikan di dunia kemudian menjadi penghuni neraka.