70 likes | 261 Views
GANJAR TRIADI, 2102405651 Simbol dan Makna Pepali Adipati Wirasaba dan Relevansinya pada Masyarakat di Eks-karesidenan Banyumas. Identitas Mahasiswa.
E N D
GANJAR TRIADI, 2102405651Simbol dan Makna Pepali Adipati Wirasaba dan Relevansinya pada Masyarakat di Eks-karesidenan Banyumas
Identitas Mahasiswa • - NAMA : GANJAR TRIADI - NIM : 2102405651 - PRODI : Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa) - JURUSAN : Bahasa & Sastra Indonesia - FAKULTAS : Bahasa dan Seni - EMAIL : r53473s pada domain yahoo.com - PEMBIMBING 1 : Drs. Sukadaryanto, M.Hum - PEMBIMBING 2 : Drs. Widodo - TGL UJIAN : 2009-06-25
Judul • Simbol dan Makna Pepali Adipati Wirasaba dan Relevansinya pada Masyarakat di Eks-karesidenan Banyumas
Abstrak • Pepali Adipati Wirasaba merupakan sebuah pepali yang melatarbelakangi lahirnya pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas yang meliputi kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Banjarnegara. Pepali yang ada di ekskaresidenan dimungkinkan memiliki simbol dan makna yang tersembunyi, sehingga perlu diketahui simbol dan makna apa saja yang terkandung dalam pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas. Pepali yang ada di ekskaresidenan Banyumas hidup, dipercaya, dan dilaksanakan secara turun temurun pada masyarakat di empat kabupaten di eks-karesidenan Banyumas. Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah simbol dan makna apa saja yang terdapat pada pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas, dan relevansinya pada masyarakat di ekskaresedenan Banyumas yang meliputi kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Banjarnegara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui simbol dan makna apa saja yang terdapat dalam pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas, dan bagaimanakah relevansi pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas pada masyarakat di kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Banjarnegara, apakah pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas masih dilaksanakan oleh masyarakat atau tidak. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian simbol dan makna dan relevansi pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas adalah pendekatan folklor dalam bentuk lisan dengan menggunakan metode deskriptif analitik. Hasil dari penelitian adalah dapat diketahui simbol dan makna pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas. Pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas sebagian besar merupakan simbol dari penghormatan terhadap leluhur, penghormatan terhadap pimpinan, tidak menanamkan sifat jahat dalam hati, dan penghormatan terhadap sang maha pencipta. Simbol dan makna yang terkandung dalam pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas perlu diungkap agar tidak terjadi kesalah pahaman terhadap tujuan sebenarnya dari pepali tersebut, selain itu diketahui pula relevansi pepali di masyarakat. Pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas masih relevan di masyarakat, hal ini dikarenakan masyarakat masih mempercayai pepali tersebut. Masyarakat tidak berani melanggar dikarenakan takut mendapat akibat dari pelanggaran terhadap pepali. Berdasarkan hasil penelitian disarankan pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas hendaknya tetap diwariskan kepada generasi penerus dan dilestarikan karena pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas merupakan kekayaan budaya yang dapat menjadi jargon dan ciri khas dari kebudayaan Banyumasan. Pepali yang ada di eks-karesidenan Banyumas hendaknya tidak dipahami secara primitif, tetap dipahami secara rasional dan religius sehingga tidak menyesatkan.
Kata Kunci • foklor lisan, pepali, wirasaba, simbol, makna, relevansi
Referensi • Aminuddin. 1988. Semantik. Bandung: Sinar Baru. Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Citrowati, Metriks. Pantangan Sabtu Pahing di Kabupaten Banyumas ‘Kajian Bentuk, Makna, dan Persepsi Masyrakat’. Skripsi. FBS. UNNES Danandjaja, James. 2002. Foklor Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Herusatoto, Budiono. 2005. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita. -------------------------. 2008. Banyumas Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak. Yogyakarta. LKIS. Junus, Umar. 1981. Mitos dan Komunikasi. Jakarta: Sinar Harapan. Kirk. 1983. Myth its Meaning and Function in Ancient and Other Cultures. California: University Of California Press. Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Mugiarso. 2006. Ajaran-Ajaran Budi Pekerti di Padepokan Payung Agung Nusawungu Cilacap. Skripsi. FBS. UNNES. Pemda, Banjarnegara. 2008. Kabupaten Banjarnegara. http://id. wikipedia.org/wiki/kabupaten_ Banjarnegara. (Diunduh 20 Maret 2009). Pemda, Banyumas. 2008. Kabupaten Banyumas. http://id.wikipedia.org/wiki/ kabupaten_Banyumas. (Diunduh 20 Maret 2009). Pemda, Cilacap. 2008. Kabupaten Cilacap. http://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten _ Cilacap. (Diunduh 20 Maret 2009). Pemda, Purbalingga. 2008. Kabupaten Purbalingga. http://id.wikipedia.org/ wiki/kabupaten_ Purbalingga. (Diunduh 20 Maret 2009). 106 92 Peursen, Van. 2005. Strategi Kebudayaan. Jakarta: Kanisius. Poerwanto, Hari. 2004. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Prespektif Antropologi. Jakarta: Kanisius. Priyadi, Sugeng. 2002. Banyumas antara Jawa dan Sunda. Semarang: Mimbar. --------------------.2001. Makna Pantangan Sabtu Pahing. Yogyakarta: Kaliwangi Pudentia. 1998. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Obor Indonesia dan YATL. Rukmana, Hardiyanti. 1990. Butir-Butir Budaya Jawa. Jakarta: Purna Bhakti Pertiwi. Sarwono, Adi, 1993. Sejarah Banyumas. Purwokerto: Satria Utama. Suseno, Frans Magnis. 2001. Etika Jawa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Terima Kasih • http://unnes.ac.id