1 / 39

Enterobius vermicularis

Enterobius vermicularis Trichinella spiralis Cutaneus larva migrans = creeping eruption Visceral larva migrans. Enterobius vermicularis. Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis). Nama lain : Cacing kremi = pinworm = seatworm Nama penyakit : Enterobiasis = Oxyuriasis

jael
Download Presentation

Enterobius vermicularis

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Enterobius vermicularisTrichinella spiralisCutaneus larva migrans = creeping eruptionVisceral larva migrans

  2. Enterobius vermicularis

  3. Enterobius vermicularis(Oxyuris vermicularis) • Nama lain : Cacing kremi = pinworm = seatworm • Nama penyakit : Enterobiasis = Oxyuriasis • Distribusi geografis : - Kosmopolitan - Dingin > panas

  4. Morfologi Telur - Lonjong, asimetris, salah satu sisinya datar - 10 X 30 mikron

  5. Morfologi cacing dewasa • Berwarna putih, bagian leher melebar (cervical alae) • Jantan (2-5 X 0,2 mm) < betina (8-13 X 0,5 mm) • Habitat : cecum ; Definitive host : manusia • Oesophagus bulbus • Betina menghasilkan 11-15 ribu telur  diletakkan pada perianal / perineal

  6. Cara penularan • Autoinfeksi (melalui mulut) • Pernapasan • Retrofeksi

  7. Siklus Hidup • Melalui mulut Telur infektif tertelan duodenum larva caecum dws • Retrofeksi Telur infektif perianal larva caecum dws

  8. life cycle

  9. Gejala Klinis • Pruritus ani iritasi perdarahan • Rectal colic • Wanita salphingitis • Insomnia • Nafsu makan menurun

  10. Diagnosa • Perianal swab  ditemukan telur • Tinja cacing dewasa

  11. Pengobatan • Pyrantel pamoat: 11 mg/kg BB/po dosis tunggal; max pemberian 1 gram • Piperazin : 65 mg/kg BB/ po dosis tunggal; max 2,5 gram • Pyrvinium pamoat : 5 mg/kg BB/oral/max 250 mg/ dosis tunggal

  12. Pencegahan • Kebersihan perorangan • Cuci tangan sebelum makan

  13. Trichinella spiralis

  14. Trichinella spiralis Nama lain : Trichina worm Nama penyakit : • Trichiniosis • Trichinelosis Distribusi geografis : -kosmopolitan -Amerika Utara, Eropa

  15. Morfologi larva Waktu menetas 80-120 X 5,6 mikron Waktu encyst  900-1300 X35-40 mikron

  16. Morfologi cacing dewasa • Halus mirip rambut • Ujung anterior langsing • Jantan1,5 X 0,04 mm (mati setelah kopulasi) • Betina 3,5 X 0,06 mm ; Vulva  1/3 anterior tubuh ; Larvipar 1500 larva Betina Jantan

  17. Host / Hospes & predileksi / habitat • Host yg sama berperan sbg Intermediate Host (IM) & Definitive Host (DH) yaitu : manusia , babi , anjing , kucing , tikus & beruang • Predileksi : - Larva : pada otot  diafragma, intercostal, lingua, masseter, deltoid, & bicep - Dewasa : pada mukosa duodenum dan jejunum

  18. SIKLUS HIDUP • Cara penularan : Kista larva  po • SH : Kista larva (stadium infektif)  Usus halus  ekskistasi  dewasa  kopulasi  larva  menembus mucosa usus  aliran darah dan lymphe  ke tempat predileksi  enkistasi  enkapsulasi  pengapuran • Catatan : • Enkapsulasi  3 bulan • Pengapuran  6 bulan • Kista  10 – 20 tahun

  19. life cycle

  20. Gejala Klinis • Disebabkan Oleh Cacing dewasa : - Kejang perut, mual, malaise dan diare • Disebabkan oleh Larva : - Nyeri otot, nyeri persendian, oedema periorbital - Kelemahan tubuh pada umumnya - Gangguan mengunyah, menelan & nafas

  21. Diagnosa • Biopsi otot  larva • Tes serologi (CFT) • Tes kulit minggu ke 3-4 benjolan putih dengan diameter 5 mm • Pemeriksaan radiologi • Pemeriksaan darah: eosinophilia

  22. Pengobatan • Simptomatis  analgesik • Thiabendazol : 25 mg /kg BB / 2dd / 5-7 hari

  23. Epidemiologi & Pencegahan • Memasak daging secara sempurna  Larva mati pada suhu 60-70 °C • Perhatian : Larva tidak mati (tahan hidup ) pada daging asap/asin

  24. Larva Migrans • Larva cacing nematoda hewan yang melakukan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidak berkembang lebih lanjut menjadi bentuk dewasa • Dua jenis larva migrans yang terjadi pada manusia: • Cutaneous larva migrans • Visceral larva migrans

  25. Cutaneous Larva Migrans(Creeping Eruption) • Terjadi karena larva cacing masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit atau mulut lalu larva mengadakan migrasi hanya di dalam jaringan kulit. • Penyebab : larva cacing tambang anjing / kucing 1. Larva Ancylostoma braziliensis 2. Larva Ancylostoma caninum 3. Larva Gnathostoma spinigerum • Distribusi Geografis Sub Tropik & Tropik (Indonesia)

  26. Morfologi 1. Ancylostoma braziliense - jantan 4,7-8,5 X 0,3 mm - betina 6,1–10,5 X 0,4 mm - 2 pasang gigi yang tidak sama ukurannya - bursa kopulatriks kecil dengan rays yang pendek 2. Ancylostoma caninum - jantan 10 X 0,4 mm - betina 14 X 0,6 mm - 3 pasang gigi di ventral - bursa kopulatriks besar dengan rays panjang dan langsing

  27. Morfologi 3.Gnathostoma spinigerum - cacing dewasa 31 mm - bibir besar, berlobus tiga dengan permukaan medialnya bergerigi - bulbus kepala mempunyai 4 rongga submedian yang dilengkapi 6-11 baris kait yang melintang - 2/3 anterior mempunyai spina-spina kutikula yang besar dan pipih, tepi posterior bergerigi - di bagian caudal cacing jantan terdapat spina-spina kecil dan 4 pasang papil besar bertangkai, mempunyai spikulum yang tidak sama panjang - telur lonjong mirip Ascaris dan mempunyai sumbat di salah satu kutubnya

  28. Siklus hidup : Penularan  melalui kulit Siklus Hidup • Pada kucing/anjing (Natural host) Larva infektif  kulit peredaran darah lung migrasi trachea lambung usus halus  dewasa • Pada manusia (un-natural host) Larva infektif  kulit  epidermis 2-3 hari membentuk terowongan yang ber- liku-liku (creeping eruption)  minggu /bulan

  29. Gejala Klinis - Creeping eruption - gatal - kulit garis merah - Dermatitis  infeksi sekunder

  30. Diagnosa - Berdasarkan Gambaran klinis yang khas pada kulit  creeping eruption - Biopsi

  31. Pengobatan : • Freezing dengan Chlorethyl • Thiabendazole 25 mg /kg BB / 2 dd / 2-5 hari • Antibiotik bila ada infeksi sekunder

  32. Pencegahan • Pengobatan pada anjing & kucing peliharaan secara berkala & teratur. • Menghindari kontak langsung dengan larva cacing infektif di tanah

  33. Visceral Larva Migrans • Telur cacing masuk melalui mulut penderita dan larva cacing yang menetas melakukan migrasi di dalam organ –organ atau jaringan visceral penderita. • Penyebab : 1. Larva Toxocara canis (cacing gelang anjing) 2. Larva Toxocara cati (cacing gelang kucing ) 3. Larva nematoda lainnya

  34. Morfologi Telur mirip Ascaris lumbricoides (pada manusia) 75 X 85 mikron Ekor cacing jantan mempunyai tonjolan terminal dan sayap caudal Toxocara canis: - panjang cacing dewasa dapat mencapai 18 cm - mempunyai sayap leher yang sempit memanjang Toxocara cati: - panjang cacing dewasa dapatmencapai 10 cm - mempunyai sayap leher yang pendek melebar

  35. Siklus Hidup Penularan Cara infeksi : PO 1. Pada anjing/kucing (natural host) Telur infektif  usus halus larva  menembus mucosa usus peredaran darah lung migrasi  trachea lambung usus halus dewasa 2. Pada manusia (un -natural host) Telur infektif manusia usus halus larva  menembus mucosa usus halus peredaran darah/pembuluh limfe organ extra intestinal (hepar, pulmo, limpa/lien, mata dll) lesi

  36. Gejala klinis 1. Eosinofilia 2. Hepatomegali 3. Hiperglobulinemia 4. Demam 5. Splenomegali 6. Koroiditis 7. Iritis 8. Perdarahan bolamata

  37. Diagnosa • Biopsi hepar  menemukan larva • Reaksi serologis tes kulit dengan antigen yang dibuat dari berbagai macam nematoda

  38. Pengobatan • Prednisone 20 -40 mg • Thiabendazole 25 mg /kg BB / 2 dd /5 Hr

  39. Pencegahan • Pengobatan pada anjing & kucing peliharaan secara berkala • Hindari kontak dengan telur infektif yang ada di tanah • Biasakan cuci tangan sebelum makan • Memasak makanan dan minuman dengan baik

More Related