180 likes | 935 Views
Spiritualitas Ekaristi. I. Peranan Kristus dalam Perayaan Ekaristi Kehadiran dan tindakan Yesus Peristiwa salib sebagai kurban Perjanjian Baru. Ciri khas kurban Yesus Kristus : Yang menjadi Imam Agung atau yang mengurbankan dan yang dikurbankan adalah Yesus sendiri.
E N D
I. Peranan Kristus dalam Perayaan Ekaristi • Kehadiran dan tindakan Yesus • Peristiwa salib sebagai kurban Perjanjian Baru. Ciri khas kurban Yesus Kristus : • Yang menjadi Imam Agung atau yang mengurbankan dan yang dikurbankan adalah Yesus sendiri. • Kurban salib Yesus Kristus adalah kurban sekali untuk selamanya (efapaks). Bandingkan kurban Perjanjian Lama yang berulangkali untuk menghapus dosa sendiri dan umat. Pada diri Yesus adalah kurban untuk dosa-dosa manusia, karena Ia sendiri tidak berdosa.
Berangkat dari sana mungkin akan timbull pertanyaan : bagaimana mungkin peristiwa salib yang defacto suatu peristiwa eksekusi hukuman mati dapat disebut sebagai kurban, padahal suatu tindakan kurban bisa terjadi dalam konteks kultis atau upacara religius ?
Jawab : • Inti sari suatu tindakan kurban bukanlah bentuk kultis, melainkan pada tindakan penyerahan diri. Dan ini terjadi dalam peristiwa wafatNya Kristus. • Perbedaan kurban dalam agama asli dan kurban Yesus: kurban agama-agama asli adalah do ut des (karena memberi maka mendapat), sedangkan kurban Yesus Kristus adalah tanggapan kasih Allah Dengan demikian gagasan kurban pada intinya adalah penyerahan diri.
Perayaan Ekaristi adalah kurban salib Kristus secara sakramental • Kurban salib Kritus adalah kurban berdarah sedangkan kurban Kristus dalam ekaristi tidak berdarah. Ini dapat dijelaskan bahwa kurban salib Kristus dalam ekaristi dalam bentuk simbol atau sakramental. • Perayaan ekaristi adalah kurban salib Yesus Kristus yang dihadirkan bersama Gereja dan benar-benar kurban Gereja bukan yang menyaongi, tetapi kurban Gereja sejauh ambil bagian dalam satu-satunya kurban salib Yesus Kristus.
Kehadiran Yesus Kristus dalam rupa roti dan anggur : Yesus hadir secara nyata dalam rupa roti dan anggur.
II. Ekaristi dan Kehidupan Setelah kita sungguh mengerti bahwa ekaristi memegang peranan penting dalam kehidupan Gereja kita akan mencoba menggali sejenak mengenai kaitan ekaristi dengan kehidupan nyata.
III. Kehidupan Kita • Manusia senantiasa bergulat dengan kehidupannya. Ada peristiwa suka dan peristiwa duka atau pun kerap terjadi peristiwa kekeringan di mana kita pun kerap bingung apakah ini peristiwa suka ataukah peristiwa duka. Dalam peristiwa-peristiwa itu kerap kita memisahkan antara kehidupan iman dengan realitas kehidupan. Atau ketika kita mengikuti perayaan ekaristi kita kerap tidak dapat menyadari buah-buah dari perayaan yang baru saja dilaksanakan. Tidak jarang terjadi perkelahian setelah perayaan (misalnya masalah parkir), atau makan selama perayaan dan pada saat komuni ikut menyambut komuni dan lain-lain. • Berangkat dari sana ada sebuah kesimpulan bahwa perayaan ekaristi kerap dilepaskan dengan kehidupan konkret kita. Ekaristi kerap dilaksanakan sekedar sebuah kewajiban dan tidak menjemput pada pengalaman konkret hidup umat. Oleh karena itu muncul pertanyaan apa sesungguhnya sayang keliru di sini ? Mengapa Gereja berpendapat bahwa ekaristi adalah puncak kehidupan Gereja, sedangkan kenyataannya ada yang kurang menghayatinya ?
1. Belajar dari Teilhard de Chardin • Teilhard adalah seorang imam, sekaligus sebagai seorang arkeolog. Ia bergabung dengan palang merah internasional saat perang dunia I. Dari sana ia dapat merasakan betapa besar penderitaan umat manusia. Setelah perang itu ia kerap berada di daerah-daerah non katolik untuk penelitian-penelitian arkeologi. Kendati demikian ia memiliki iman dengan Tuhan yang sangat kuat. Ia berpendapat bahwa seluruh masalah kehidupan manusia sesungguhnya adalah masalah iman. Berkenaan dengan ekaristi ia menghayati bahwa seluruh penderitaan umat manusia zaman kini digabungkan dengan penderitaan Kristus. Kristus telah menebus segala-galanya di dalam diriNya. Hal itu terjadi dalam persembahan kurban ekaristi. Oleh karena itu setiap memandang Kristus kita diingatkan atas cinta kasihNya yang begitu besar kepada manusia. (Le Cœr de la Matière).
2. Untuk Kita • Dalam perjalanan hidup selama satu minggu, setiap orang memiliki suka dan duka dalam hidup ini. Suka-duka, kekeringan dalam hidup ini adalah bagian dari doa. Orang akhirnya harus kembali ke Dia dalam segala situasi hidup. Ini adalah suatu kecenderungan dan keterarahan kodratiah manusia.