540 likes | 839 Views
ON GOING FORMATION UNIO INDONESIA SPIRITUALITAS CINTA KEUSKUPAN DARI IMAM DIOSESAN GIRISONTA, 24 -31 Januari 2014. Sesi I Sejarah Gereja (Keuskupan) dan Perutusannya.
E N D
ON GOING FORMATION UNIO INDONESIA SPIRITUALITAS CINTA KEUSKUPAN DARI IMAM DIOSESAN GIRISONTA, 24-31Januari2014
Sesi I Sejarah Gereja (Keuskupan) dan Perutusannya • “Sebab seperti Putra diutus Bapa, begitu pula Ia sendiri mengutus para rasul, sabda-Nya: ‘Pergilah, ajarlah semua bangsa, baptislah mereka atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka mentaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman’ (Mat 28:19-20). • Perintah resmi Kristus untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja diterima dari para Rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung bumi” (LG 17).
Utusan pertama: Yesus Kristus “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitahukan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk 4: 18-19)
Utusan kedua: Para Rasul – Palestina “Demi imamat universal Perjanjian Baru itulah Yesus menghimpun para murid pada awal perutusannya (bdk Luk 10:1-12). Dengan kuat kuasa yang khas berwibawa Ia memanggil dan mengangkat 12 orang untuk ‘menyertai Dia dan diutusnya untuk memberitakan Inji, dan diberinya kuasa untuk mengusir setan (Mrk 3:14-15)” (PDV 14).
Utusan keempat: Gereja Katolik Roma – Gereja Keuskupan “Pada gilirannya, para Rasul, yang diangkat oleh Tuhan, langkah demi langkah menunaikan perutusan mereka, dengan memanggil -menurut pelbagai cara yang saling melengkapi- orang-orang lain menjadi Uskup, Imam dan Diakon, untuk memenuhi perintah Yesus yang telah bangkit, mengutus mereka kepada semua orang dan kepada segala zaman” (PDV 15).
Tujuan Perutusan: SakramenKeselamatan Kristus sebagai sakramen Allah “Maka, Yesus Kristus, Sabda yang menjadi daging, diutus sebagai manusia kepada manusia, menyampaikan Sabda Allah (Yoh 3:34), dan menyelesaikan karya keselamatan yang diserahkan Bapa kepada-Nya. Oleh karena itu, Dia –barangsiapa melihat Dia melihat juga Bapa- dengan segenap kehadiran dan penampilan-Nya, dengan sabda maupun karya-Nya, dengan tanda-tanda serta mukjijat-Nya…menyelesaikan wahyu dengan memenuhinya, dan meneguhkan denga kesaksian ilahi bahwa Allah menyertai kita...” (DV 4).
Gereja sebagai Sakramen Kristus • Gereja dalam Kristus bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia” (LG 1). • “Kepada bangsa-bangsa Gereja diutus oleh Allah untuk menjadi ‘sakramen universal keselamatan’” (AG 1) • “Adapun Kristus, yang ditinggikan dari bumi, menarik semua orang kepada dirinya. Sesudah abngkit dari kematian, Ia mengutus Roh-Nya yang menghidupkan kedalam hati para murid-Nya, dan melaui Roh itu, Ia menjadikan tubuhnya, yakni Gereja, sakramen keselamatan bagi semua orang” (LG 48).
Sakramen-sakramen sebagai tanda kehadiran Gereja • “Liturgi merupakan upaya yang sangat membantu kaum beriman untuk denganpenghayatan mengungkapkan Misteri Kristus serta hakikat asli Gereja yang sejati, serta memperlihatkan itu kepada orang lain, yakni bahwa Gereja bersifat sekaligus manusiawi dan ilahi, kehihatan namun penuh kenyataan yang tak kelihatan, penuh semangat dalam kegiatan, namun meluangkan waktu juga untuk kontemplasi, hadir di dunia, namun sebagai musafir”. (SC 2). • “dari Liturgi, terutama Ekaristi, bagaikan dari sumber, mengalirlah rahmat kepada kita, dan dengan hasil guna yang amat besar diperoleh pengudusan manusia dan pemuliaan Allah dalam kristus, tujuan semua karya Gereja lainnya” (SC 10).
BAPA SUCI Para Rasul menghimpun Gereja semesta, yang oleh Tuhan didirikan di dalam diri mereka dan di atas Santo Petrus, ketua mereka, sedangkan Yesus sendiri menjadi batu sendinya (LG 19).
Uskup “Sebagai wakil Allah, mereka memimpin kawanan yang mereka gembalakan, sebagai guru dalam ajaran, imam dalam ibadat suci, pelayan dalam bimbingan. Seperti tugas yang oleh Tuhan secara khas diserahkan kepada Petrus, ketua para rasul dan harus diteruskan kepada para penggantinya, tetaplah adanya, begitu pula tetaplah tugas para rasul menggembalakan Gereja, yang tiada hentinya harus dilaksanakan oleh pangkat suci Uskup. Maka dari itu Konsili suci mengajarkan, bahwa atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para Rasul sebagai Gembala Gereja. (LG 19).
IMAM • “Para imam tidak menerima puncak imamat, dan dalam melaksanakan kuasa, mereka tergantung dari para Uskup, dan berdasarkan Sakramen Tahbisan, mereka ditahbiskan menurut citra Kristus, Imam Agung yang abadi, untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi, sebagai imam sejati Perjanjian Baru. (LG 28).
DIAKON “Pada tingkat yang lebih rendah terdapat para daikon, yang ditumpangi tangan ‘bukan untuk imamat melainkan untuk pelayanan’. Sebab dengan diteguhkan rahmat sakramental, mereka mengabdikan diri kepada Umat Allah dalam perayaan liturgy, sabda, dan amal kasih, dalam persekutuan dengan para Uskup dan imamnya. (LG 29).
AWAM “Kaum beriman Kristiani, yang berkat Baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan perutusan segenap Umat Kristiani dalam Gereja dan dunia” (LG 31).
Religius “…status hidup religius, yang lebih membebaskan para anggotanya dari keprihatinan-keprihatinan duniawi, juga lebih memperlihatkan kepada semua orang beriman, harta surgawi yang sudah hadir di dunia ini, memberikan kesaksian akan hidup baru dan kekal yang diperoleh berkat penebusan Kristus, mewartakan kebangkitan yang akan datang serta kemuliaan Kerajaan suegawi”. (LG 44).
Gereja Keuskupan (Partikular) LG 13 : “Maka dalam persekutuan Gereja, selayaknya pula terdapat Gereja-Gereja khusus, yang memiliki tradisi mereka sendiri, sedangkan tetap utuhlah primat takhta Petrus, yang mengetuai segenap persekutuan cinta kasih, melindungi keanekaragaman yang wajar, dan sekaligus menjaga agar hal-lah khusus jangan merugikan kesatuan, melainkan justru menguntungkannya”. • CD 11 : “Diosis (keuskupan) merupakan sebagian Umat Allah yang dipercayakan pada Uskup dalam kerjasama dengan Dewan Imam-nya (presbiterium) untuk digembalakannya. Dengan demikian, bagian Umat yang patuh kepada gembalanya, dan yang dihimpun olehnya dalam Roh Kudus melalui Injil dan Ekaristi itu, merupakan Gereja khusus. Di situ sungguh hadir dan berkaryalah Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik dan apostolik”.
Pertanyaan reflesksi pribadi: • ApakahkekhasandariGerejaKeuskupanku, baik material maupun spiritual? 2. Bagaimana memeliharakesatuandenganGerejasemesta?
Sesi IISpiritualitas Cinta Keuskupan: Tinggal Bersama Yesus Pengertian Istilah • Spiritualitas – sebuah kehidupan yang dibimbing Roh (Gal 5:25) • Diosesan – Diosis – Gereja Partikular – Gereja Keuskupan (CD 11) • Spiritualitas Diosesan – kehidupan (Uskup, Imam, Diakon, Religius dan Awam) yang dibimbing oleh Roh Kudus dalam membangun Gereja Keuskupan. • Spiritualitas Cinta Keuskupan: cinta Diosis, cinta Gereja Keuskupan.
Gereja Keuskupan (Partikular) • LG 13 : “Maka dalam persekutuan Gereja, selayaknya pula terdapat Gereja-Gereja khusus, yang memiliki tradisi mereka sendiri, sedangkan tetap utuhlah primat takhta Petrus, yang mengetuai segenap persekutuan cinta kasih, melindungi keanekaragaman yang wajar, dan sekaligus menjaga agar hal-lah khusus jangan merugikan kesatuan, melainkan justru menguntungkannya”. • CD 11 : “Diosis (keuskupan) merupakan sebagian Umat Allah yang dipercayakan pada Uskup dalam kerjasama dengan Dewan Imam-nya (presbiterium) untuk digembalakannya. Dengan demikian, bagian Umat yang patuh kepada gembalanya, dan yang dihimpun olehnya dalam Roh Kudus melalui Injil dan Ekaristi itu, merupakan Gereja khusus. Di situ sungguh hadir dan berkaryalah Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik dan apostolik”.
Panggilan Umum untuk Kesucian dalam Gereja Caranya: Melayani ikatan persekutuan para imam Melimpah dalam segala kebaikan rohani Memberikan kesaksian hidup tentang Allah Meneladan pada kudus terutama santo yang imam Berdoa dan mempersembahkan kurban bagi jemaat Bagi imam diosesan: mengingat betapa pentingnya bagi kesucian mereka hubungan yang setia dan kerjasama yang ikhlas dengan Uskup mereka. • “Jadi, bagi semua jelaslah bahwa semua orang Kristiani, bagaimanapun status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan cinta kasih” (LG 40). • Juga para imam: “Hendaklah para imam, serupa dengan para uskup yang mempunyai mereka sebagai mahkota rohani, dan ikut serta mengemban rahmat tugas para Uskup, melalui Kristus satu-satunya pengantara abadi, dengan menunaikan tugas harian mereka, berkembang dalam cinta kasih akan Allah dan sesama. (LG 41).
Spiritualitas cinta Keuskupan: “Tinggalah di dalam...” Imam diosesan adalah imam Yesus Kristus yang tinggal di tengah Diosis dan di tengah dunia.
Tujuan : secitra dan ambil bagian pada imamat Kristus Sang Imam Agung Dasar : Para Imam dipanggil pada kesucian dan kesempurnaan (PO 12) “Karena Sakramen (meterai) Tahbisan para imam dijadikan secitra dengan Kristus Sang Imam, sebagai pelayan Sang Kepala, untuk membentuk dan membangun seluruh Tubuh-Nya, yakni Gereja..”. “Para imam menjadi sarana yang hidup bagi Kristus, Sang Imam Abadi, untuk melangsungkan karya-Nya yang menggagumkan..” Setiap imam dengan caranya sendiri membawakan pribadi Kristus sendiri”. “Para imam yang ditakdiskan dengan pengurapan Roh Kudus dan diutus oleh Kristus, mematikan dalam diri mereka perbuatan daging; membaktikan diri seutuhnya pada pengabdian pada sesama”. Membiarkan diri dibimbing oleh Roh Kristus: “Aku hidup, bikan lagi aku, melainkan Kristuslah yang hidup dalam diriku” (Gal 2:20). 1. “Tinggallah di dalam Aku…” ( Yoh 15:4)
Fungsi: para imam menjalankan ke-3 fungsi imamat untuk mendukung dan menuntut kesucian (PO 4-6) • Membaca dan mendengarkan Sabda Allah: “Karena mereka itu pelayan sabda Allah maka setiap hari mereka membaca dan mendengarkan Sabda Allah, yang wajib mereka sampaikan pada sesama”. (PO 13). • Mempersembahkan Ekaristi: “Sebagai pelayan liturgi, terutama dalam kurban Ekaristi, para imam secara khas membawakan pribadi Kristus yang telah menyerahkan diri sebagai kurban demi pengudusan manusia”. (PO 13) • Menjadi Gembala Baik: “Sambil membimbing dan menggembalakan Umat Allah, para imam didorong oleh Sang Gembala Baik untuk menyerahkan nyawa mereka demi domba-domba mereka, pun siap sedia juga untuk pengorbanan yang paling luhur, mengikuti teladan para imam, yang pada zaman sekarang pun tidak menolak untuk mengorbankan hidupnya”. (PO 13).
Keutamaan: Para imam menghayati 3 Nasehat Injili • Kerendahan hati dan Ketaatan (LG 15) • Sikap hati yang selalu bersedia bukan mencari kehendak sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus mereka (Yoh 4:34). • Karena pelayanan imamat itu pelayanan Gereja sendiri maka hanya dapat dilaksanakan dalam persekutuan hirarkis seluruh tubuh Kristus. • Selibat: Diterima dan Dihargai sebagai Karunia (LG 16). • Pantang sempurna dan seumur hidup demi Kerajaan Surga telah dianjurkan oleh Kristus Tuhan. • Sebab merupakan lambang dan sekaligus dorongan cinta kasih kegembalaan, serta sumber istimewa kesuburan rohani di dunia. • Oleh Gereja Latin diwajibkan bagi siapa saja yang akan menerima Tahbisan suci • Kemiskinan Sukarela: sikap terhadap Dunia dan Harta Duniawi (17). • Sambil menggunakan hal-hal duniawi seolah-olah tidak menggunakannya, mereka akan mencapai kebebasan dari segala kesibukan yang tidak teratur, dan akan terbuka untuk mendengarkan sabda Ilahi dalam hidup sehari-hari. • Hendaklah para imam sebagaimana mestinya mengurusi harta menurut ketentuan hukum kanonik, sedapat mungkin dengan bantuan para awam yang ahli
2. Imam Diosesan: Tinggallah di dalam (cinta) Keuskupan. Tujuan: membangun Gereja Partikular (LG 28). Inspirasi: Perayaan Ekaristi. “Uskup mempunyai kepenuhan Sakramen Tahbisan, maka ia menjadi pengurus rahmat tertinggi, terutama dalam Ekaristi, yang dipersembahkan sendiri atau dipersembahkan atas kehendaknya dan yang tiada hentinya menjadi sumber kehidupan dan pertumbuhan Gereja”. (LG 26). “Di situ umat beriman berhimpun karena pewartaan Injil Kristus dan dirayakan misteri Perjamuan Tuhan, supaya karena Tubuh dan Darah Tuhan semua saudara perhimpunan dihubungkan erat-erat”. (LG 26). “Di setiap himpunan di sekitar altar, dengan pelayanan suci Uskup tampillah lambang cintakasih dan ‘kesatuan mistik itu’, syarat mutlak untuk keselamatan”. (LG 26, PO 5) • “Hendaklah mereka penuh semangat menjadi teladan bagi kawanan mereka (1 Pet 5:3), dan mengetuai serta melayani jemaat setempat mereka sedemikian rupa sehingga jemaat itu layak dapat disebut dengan nama, yang menjadi lambang kehormatan bagi satu Umat Allah seluruhnya, yakni Gereja Allah”. (1 Kor 1:2, 2 Kor 1:1). • “Di bawah kewibawaan Uskup, para imam menguduskan dan membimbing bagian kawanan Tuhan yang diserahkan kepada mereka. Mereka menampilkan Gereja semesta di tempat mereka, dan mereka memberi sumbangan sungguh berarti dalam membangun seluruh Tubuh Kristus (Ef 4:12).
Tinggal bersama Uskup • “Para Uskup yang sah menyerahkan tugas pelayanan mereka kepada pelbagai orang dalam Gereja dalam tingkat yang berbeda-beda. Demikianlah pelayanan gerejani yang ditetapkan Allah dijalankan dalam berbagai pangkat oleh mereka, yang sejak kuno disebut: Uskup, Imam dan Diakon” (LG28). • Tugas Pengudusan: “Sebab para Uskup dikaruniai kepenuhan SakramenTahbisan; dan dari para Uskup tergantunglah baik para imam maupun para daikon dalam melaksanakan kuasa mereka. Para imampun ditahbiskan menjadi imam-imam PerjanjianBaru yang sejati untuk menjadi rekan sekerja yang bijaksana bagi tingkatan para Uskup”. (CD 15) • Tugas Penggembalaan: “Hendaklah para Uskup selalu merangkul para imam dengan kasih istimewa, karena mereka ikut menanggung sebagian tugas serta keprihatinan para Uskup dan dari hari kehari menjalankannya penuh perhatian dan dengan begitu tekun. (CD 16).
Tinggal bersama Imam-imam Lain (PO 8) • “Semua imam bersatu dalam persaudaraan sakramental yang erat sekali” • “Khususnya dalam keuskupan, mereka merupakan satu presbiterium” • “Sebab semua imam diutus untuk bekerjasama demi hanya satu karya, entah mereka melayani atau menjalankan pelayanan melampaui batas-batas paroki atau mencurahkan tenaga untuk penelitian ilmiah.. atau karya-karya kerasulan lainnya”. • “Jadi setiap imam berhubungan dengan para anggota presbiterium lainnya karena ikatan-ikatan khas cinta kasih rasuli, pelayanan dan persaudaraan”.
3.Imam Diosesan: Tinggallah di dalam Dunia. Tujuan: menghadirkan Gereja di tengah dunia. • “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga”. (GS 1). • “Begitulah Gereja, sekaligus kelompok yang tampak dan persekutuan rohani, menempuh perjalanan bersama dengan seluruh Umat manusia, dan bersama dengan dunia mengalami nasib keduniaan yang sama”. (GS 40). • “Gereja hadir bagaikan ragi dan bagaikan penjiwa masyarakat manusia yang harus diperbarui dalam Kristus dan diubah menjadi keluarga Allah”. (GS 40)
Tinggal bersama Umat Beriman (PO 9) • “Para imam Perjanjian Baru menunaikan tugas sebagai bapa dan guru, yang amat luhur dan penting sekali dalam dan bagi Umat Allah”. • “Sekaligus mereka menjadi murid-murid Tuhan, yang berkat rahmat panggilan Allah diikutsertakan dalam Kerajaan-Nya. Para imam menjadi sesama saudara, sebagai anggota satu Tubuh Kristus yang sama, yang pembangunannya diserahkan kepada anggota-anggota”. • “Para imam harus memimpin Umat sedemikian rupa sehingga mereka tidak mencari kepentingan sendiri, melainkan kepantingan Yesus Kristus, bekerjasama dengan umat beriman awam…” • “Hendaknya para imam dengan tulus mengakui dan mendukung martabat kaum awam beserta bagian perutusan Gereja yang diperuntukkan bagi mereka”. • “Para imam ditempatkan di tengah kaum awam untuk mengantar semua pada kesatuan cintakasih…”.
Tinggal bersama Umat Beriman Lain • “Gereja Katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus, gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran yang menerangi semua orang”. (NA 2). • “Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni jalan kebenaran dan hidup (Yoh 14: 6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan..” • “Gereja mendorong para putranya supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerjasama dengan penganut agama lain, sambil memberi kesaksian perihal iman serta peri hidup Kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio budaya, yang terdapat pada mereka” (NA 2).
Tinggal di tengah Dunia Sosial Ekonomi • “Umat Kristen yang secara aktif melibatkan diri dalam perkembangan sosial ekonomi zaman sekarang, serta membela keadilan dan cinta kasih, hendaknya menyadari bahwa mereka dapat berjasa besar bagi kesejahteraan Umat manusia dan perdamaian dunia” (GS 72) • “Dengan kemahiran serta pengalaman yang mereka peroleh dan memang sungguh dibutuhkan, hendaknya mereka mempertahankan tata nilai yang sebenarnya di tengah kegiatan mereka di dunia, serta tetap setia kepada Kristus dan Injil-Nya sehingga seluruh hidup mereka … diresapi oleh semangat Sabda Bahagia, khususnya semangat kemiskinan” (GS 72).
Tinggal di tengah Dunia Politik • “Berdasarkan tugas maupun wewenagnya, Gereja sama sekali tidak dapat dicampurkan dengan negara dan tidak terikat pada sistem politik manapun. Sekaligus Gereja menjadi tanda dalam perlindungan transendensi manusia” (GS 76). • “Di bidang masing-masing, negara dan Gereja bersifat otonom, tidak saling tergantung. Akan tetapi keduanya, kendati atas dasar yang berbeda melayani panggilan pribadi dan sosial oran-orang yang sama. Pelaksanaan itu akan semakin efektif dijalankan oleh keduanya demi kesejahteraan umum…” (GS 76).
Tinggal di tengah Budaya-budaya. • “Sebab Allah mewahyukan diri-Nya sepenuhnya dalam Putra-Nya yang menjelma, telah bersabda menurut kebudayaan yang khas bagi pelbagai zaman”. • Begitu pula Gereja yang dalam sepenjang zaman hidup dalam pelbagai situasi, telah memanfaatkan sumber-sumber aneka budaya, untuk melalui pewartaaannya menyebarluarkan dan menguraikan pewartaan Kristus kepada semua bangsa, untuk menggali dan makin menyelaminya, serta untuk mengungkapkan secara lebih baik dalam perayaan liturgi dan dalam kehidupan jemaat beriman yang beraneka ragam” (GS 58).
Tinggal di tengah Zaman Digital • Gereja memandang sebagai kewajibannya, untuk juga dengan memanfaatkan media komunikasi sosial menyiarkan Warta Keselamatan dan mengajarkan bagaimana manusia dapat memakai media itu dengan tepat” (IM 3). • “Gereja berhak menggunakan dan memiliki semua media itu sejauh diperlukan atau berguna bagi pendidikan Kristen dan bagi seluruh karyanya demi keselamatan manusia” (IM 3). • “Para Gembala bertugas memberi pengajaran dan bimbingan kepada Umat beriman, supaya dengan bantuan upaya-upaya itu mereka mengejar keselamatan dan kesempurnaan mereka sendiri dan segenap keluarga manusia” (IM 3).
Tinggal di tengah Lingkungan Hidup • “Gereja telah lama menaruh keprihatinan atas masalah lingkungan yang berakibat buruk pada manusia. Paus Paulus VI dalam Ensiklik Populorum Progressio (1967, No. 12) mengingatkan kita bahwa masyarakat setempat harus dilindungi dari kerakusan pendatang. Hal ini diperjelas oleh Paus Yohanes II dalam Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (1987, No. 34) yang menekankan bahwa alam ciptaan sebagai kosmos tidak boleh digunakan semaunya dan pengelolaannya harus tunduk pada tuntunan moral karena dampak pengelolaan yang tidak bermoral tidak hanya dirasakan oleh manusia saat ini tetapi juga generasi mendatang. Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate (2009, No. 48) menyadarkan kita bahwa alam adalah anugerah Allah untuk semua orang sehingga harus dikelola secara bertanggungjawab bagi seluruh umat manusia”. (Pesan Pastoral Sidang KWI 2012) • “Gereja Katolik Indonesia pun telah menaruh perhatian besar pada masalah lingkungan. Hal ini ditegaskan dalam Pesan SAGKI 2005 berjudul “Bangkit dan Bergeraklah” yang mengajak kita untuk segera mengatasi berbagai ketidakadaban publik yang paling mendesak, khususnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan. Gereja juga telah melakukan banyak usaha seperti edukasi, advokasi dan negosiasi dalam mengatasi pengrusakan lingkungan yang masih berlangsung terus bahkan kian meningkat kualitas dan kuantitasnya” (Pesan Pastoral Sidang KWI 2012).
Bahanpermenunganpribadi: • Sebagaiseorang imam bagaimanasayamenghayatisemangat “Tinggaldidalam …”? • Bagaimanakeuskupankumengembangkansemangat yang sama?
Pendukung Spiritualitas Cinta Diosis “Supaya dapat makin menghayati persatuan dengan Kristus dalam segala situasi hidup mereka...bagi para imam tersedia juga berbagai upaya bersama maupun khusus, … yang dianjurkan, bahkan ada kalanya diwajibkan oleh Gereja demi pengudusan para anggotanya” (PO 18) Kan. 276 § 1 Dalam hidupnya para klerikus terikat untuk mengejar kesucian dengan alasan khusus, yakni karena mereka telah dibaktikan kepada Allah dengan dasar baru dalam penerimaan tahbisan menjadi pembagi misteri-misteri Allah dalam mengabdi umat-Nya.
Merayakan Ekaristi dan Merenungkan Sabda Allah • Kan. 276 § 2 agar mereka mampu mengejar kesempurnaan ini: • 10 hendaknya pertama-tama mereka menjalankan tugas-tugas pelayanan pastoral dengan setia dan tanpa kenal lelah; • 20 hendaknya mereka memupuk hidup rohani dengan santapan ganda yakni Kitab Suci dan Ekaristi; oleh karena itu, para imam dengan sangat dihimbau untuk mempersembahkan Kurban Ekaristi setiap hari, sedangkan para diakon untuk mengambil bagian dalam kurban itu setiap hari;
Merayakan Ibadat Harian Latihan Rohani – Meditasi 40 demikian pula mereka wajib meluangkan waktu untuk latihan rohani, menurut ketentuan-ketentuan hukum partikular; • 30 para imam dan juga para diakon calon imam terikat kewajiban untuk menunaikan ibadat harian setiap hari menurut buku-buku liturgi yang disahkan; tetapi para diakon-tetap hendaknya mendoakan bagian-bagian yang ditentukan oleh Konferensi para Uskup;
Merayakan Sakramen Tobat Kegiatan Rohani lainnya Pemeriksaan Batin Harian Doa devosi Maria dan lainnya Visitasi dan Adorasi Sakramen Mahakudus Rekoleksi Retret Bimbingan Rohani Bacaan Rohani • 50 mereka dihimbau untuk melakukan doa batin secara teratur,sering menerima sakramen tobat, berbakti kepada Perawan Bunda Allah dengan penghormatan khusus, dan memanfaatkan sarana-sarana pengudusan yang umum dan khusus lain.