150 likes | 395 Views
Tulus Abadi, S.H. Anggota Pengurus Harian YLKI (Mobile : 0815-991-6063/email: tulus.ylki@gmail.com. Standar Pelayanan Minimum (SPM) Trans Jakarta Berbasis UU Perlindungan Konsumen dan UU Pelayanan Publik. Dasar Empiris.
E N D
Tulus Abadi, S.H. Anggota Pengurus Harian YLKI (Mobile : 0815-991-6063/email: tulus.ylki@gmail.com Standar Pelayanan Minimum (SPM) Trans Jakarta Berbasis UU Perlindungan Konsumen dan UU Pelayanan Publik
Dasar Empiris... • Trans Jakarta Busway menjadi angkutan alternatif yang akan terus dikembangkan, dan kian dinikmati oleh warga Jakarta; • Lebih dari 5 tahun sejak beroperasinya, hingga kini Trans Jakarta Busway tidak mempunyai standar pelayanan yang jelas. Semua berdasar ‘insting’...; • Malah, trend kian menurunnya tingkat mutu pelayanan Trans Jakarta tak bisa dielakkan; • Pengguna Trans Jakarta busway yang berasal dari pengguna kendaraan pribadi, akan balik arah (akan bermigrasi kembali);
Potret Pramudi Trans Jakarta(survei YLKI Maret 2007, 1.055 responden)
Nilai Tambah Menggunakan Trans Jakarta (Survei, 01/08) • Alasan kenyamanan dan kebersihan, 29%; • Alasan keamanan, 19%; • Alasan kepastian jadwal/ketepatan waktu, 17%; • Alasan ketepatan tiba di tempat tujuan, 15%; • Alasan tarif terjangkau dan efektifitas rute, masing-masing 9%.
Dasar Normatif... • UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK); • Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentangPemerintahanDaerah; • UU Pelayanan Publik (belum ada nomor); • Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2005 tentangPedomanPenyusunandanPenerapanStandarPelayanan Minimal (SPM); • SuratKeputusanMenteriPendayagunaanAparatur Negara (SK MenPAN) No. 81 Tahun 199
UU Perlindungan Konsumen • hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan; • hak untuk memilih; • hakatasinformasi yang benar, jelas, danjujur; • hakuntukdidengarpendapatdankeluhannya; • hakuntukmendapatkanadvokasi, perlindungan, danupayapenyelesaiansengketaperlindungankonsumensecarapatut; • hakuntukmendapatpembinaandanpendidikankonsumen; • hakuntukdiperlakukanataudilayanisecarabenardanjujursertatidakdiskriminatif; • hakuntukmendapatkankompensasi dan gantirugi.
UU Pelayanan Publik Penyelenggara pelayanan publik berkewajiban: • menyusun dan menetapkan standar pelayanan; • menyusun, menetapkan, dan memublikasikan maklumat pelayanan; • menempatkan pelaksana yang kompeten; • menyediakan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang memadai; • memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas penyelenggaraan pelayanan publik; • melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;
UU Pemerintah Daerah • Belanja daerah mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolok ukur kinerja, dan standar pelayanan minimal (Pasal 167 ayat 3).
PP No. 65 Tahun 2005 tentangPedomanPenyusunandanPenerapanStandarPelayanan Minimal (SPM) • SPM disusun guna menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib (Pasal 3 ayat 1)
SuratKeputusanMenteriPendayagunaanAparatur Negara (SK MenPAN) No. 81 Tahun 1993 • Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di tingkat pusat, daerah dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Contoh SPM Ketenagalistrikan • Berdasar Keppres, SK Menteri ESDM, dan SK Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, PLN diminta meningkatkan pelayanan, pasca kenaikan TDL 2002; • Instrumen utk meningkatkan pelayanan itu, PT PLN diminta mendeklarasikan 13 indikator layanan; • Khusus 3 (tiga) indikator, jika PT PLN melanggar yg dijanjikan/dideklarasikan, maka PT PLN wajib memberikan kompensasi, yaitu pemotongan biaya beban, sebesar 10%; • Ketiga indikator itu, adalah : • lamanya pemadaman; • jumlah gangguan; • dan kesalahan baca meter.
Simpulan, Saran • Secara normatif-empiris, formulasi SPM Trans Jakarta-Busway menjadi kebutuhan yg sangat mendesak (keharusan); • Angka formulasi SPM harus disebutkan secara tegas, dan terukur. Dan jangan menggunakan “statistik terburuk” (kasus PT PLN); • Karakter SPM masing-masing koridor, bisa saja dibedakan/berbeda; • Pengalaman di sektor ketenagalistrikan, SPM bisa berubah, setidaknya per 3 bulan sekali; • Pelanggaran terhadap angka SPM, konsumen harus diberikan kompensasi;