1 / 4

HADITS KEDUAPULUH DUA

HADITS KEDUAPULUH DUA.

lali
Download Presentation

HADITS KEDUAPULUH DUA

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. HADITS KEDUAPULUH DUA

  2. Dari Abu Abdullah, Jabir bin Abdullah Al Anshary radhiallahuanhuma: Seseorang bertanya kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, seraya berkata: Bagaimana pendapatmu jika saya melaksanakan shalat yang wajib,berpuasa Ramadhan, Menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram dan saya tidak tambah sedikitpun, apakah saya akan masuk surga? Beliau bersabda: Ya. [Riwayat Muslim] Sahabat yang bertanya kepada Anbi Muhammad SAW dalam hadits di atas adalah Nu’man bin Qauqal Abu ‘Amr bin Shalah. Ia mengatakan bahwa secara dhahir yang dimaksud dengan perkataan “aku mengharamkan yang haram” mencakup dua hal, yaitu meyakini bahwa sesuatu itu benar-benar haram dan tidak melanggarnya. Hal ini berbeda dengan perkataan “menghalalkan yang halal,” yang ana cukup meyakini sesuatu yang benar-benar halal saja. Secara umum, nabi Muhammad SAW tidak mengatakan kepada penanya di dalam hadits ini sesuatu yang bersifat tathawwu’ (sunnah). Akan tetapi, orang yang meninggalkan sunnah dan tidak mau melakukannya sedikit pun, maka ia tidak akan memperoleh kebaikan dan pahala yang banyak. Akibatnya, bobot kualitas keberagamaannya akan berkurang dan nilai kesungguhannya dalam beragama akan rendah. Para ulama fikih perlu menjelaskan perbedaan antara sunnah dan wajib, bukan hanya dalam konteks ibadah. Karena jika hanya dijelaskan dengan logika fikih, dimana halhal yang sunnah boleh ditinggakan, maka orang-orang akan cenderung meninggalkan amalan-amalan sunnah tersebut.

  3. Dalam hal ini, para ulama perlu menjelaskan hikmah-hikmah yang terkandung di dalam amalan-amalan sunnah, agar orang-orang tidak mudah meninggalkannya. Rasulullah SAW dahulu tidak menjelaskan perbedaan antara sunnah da wajib adalah untuk memudahkan dan melapangkan. Karena kaum muslimin masih baru dengan Islamnya sehingga dikhawatirkan membuat mereka lari dari Islam. Atau maksud lainnya adalah agar orang tidak beranggapan bahwa amalan tambahan dan amalan utama keduanya merupakan merupakan hal yang wajib atau kedua-duanya sunnah, sehingga jika ditinggalkan konsekuensinya sama. Sebagaimana dalam hadits lain, bahwa ada seorang sahabat bertanya kepada nabi Muhammad SAW tentang shalat. Kemudian nabi SAW memberitahukan bahwa shalat itu lima waktu. Lalu orang itu bertanya: “Apakah ada kewajiban bagiku selain itu?” Beliau menjawab: “Tidak, kecuali engkau melakukan (shalat yang lain) dengan kemauan sendiri.” Orang itu kemudian bertanya tentang puasa, haji dan beberapa hukum lain. Lalu beliau jawab semuanya. Kemudian di akhir pembicaraan orang itu berkata: “Demi Allah, aku tidak akan menambah atau mengurangi sedikit pun dari semua itu.”

  4. Nabi Muhammad SAW lalu bersabda: “Dia akan beruntung jika benar. Jika ia berpegang dengan apa yang telah diperintahkan kepadanya, niscaya ia akan masuk surga.” Artinya, bila ia memelihara hal-hal yang diwajibkan, melaksanakan dan mengerjakan tepat pada aktunya, tanpa mengubanya, maka dia mendapatkan keselamatan dan keberuntungan yang besar. Barangsiapa yang dapat mengerjaan yang wajib, lalu diiringi dengan yang sunnah, niscaya dia akan mendapatkan nilai (pahala) dan hikmah ibadah yang lebih esar lagi. Amalan yang sunnah sesungguhnya disyariatkan untuk menyempurnakan yang wajib. Sahabat yang ertanya tersebut, dan juga sahabat yang lain, dibiarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam keadaan seperti itu untuk memberikan kemudahan sampai hatinya mantap dan pemahamannya utuh sehingga memiliki semangat yang kuat untuk melaksanakan amalan-amalan sunnah, sehingga pada akhirnya mereka akan ringan dalam melaksanakannya.

More Related