400 likes | 1.13k Views
Prinsip kerja. CRO analog dan digital dibagi menjadi tiga bagian seperi diuraikan dalam link berikut . Osiloskop. Osiloskop terdiri atas CRT ( Cathode Ray Tube) yang dihubungkan kontol-kontrol tertentu dan rangkaian input.
E N D
Prinsip kerja • CRO analog dan digital dibagi menjadi tiga bagian seperi diuraikan dalam link berikut
Osiloskop • Osiloskop terdiri atas CRT ( Cathode Ray Tube) yang dihubungkan kontol-kontrol tertentu dan rangkaian input. • Pada CRT elektron dibangkitkan oleh katoda yang dipanaskan yang dibentuk menjadi seperti tabung dan dipercepat menuju layar yang dapat berpendar. • Berkas elektron disimpangkan secara vertikal dan horizontal dengan tegangan yang diberikan pada piringan pendefleksi.
Pentingnya penggunaan Osiloskop • Mampu menyajikan informasi yang lebih lengkap tentang signal yang sedang diuji dari pada menggunakan alat lain. • Dapat mengukur ampliudo, frekuensi dan bentuk sinyal, perbedaan fase, lebar pulsa, dan waktu tunda. • Dapat digunakan untuk melakukan pengukuran kualitatif dan kuantitatif. • Mampu mengukur sinyal A.C. Secara akurat
Panduan osiloskop secara ringkas • Secara ringkas bagaimana menggunakan osiloskop dapat dipelajari dari link berikut
Tampilan layar • Layar CRO terdiri atas dua bagian yakni sumbu x untuk mengukur periode sinyal dan sumbu y untuk mengukur amplitudo sinyal.
Cara kerja CRT • Secara lengkap cara kerja CRT dapat dipelajari dari link berikut
Persamaan gelombang sinus: 2 gelombangdenganamplitudoberbedatetapiberfaseawalsama
2 gelombang dengan amplitudo sama tetapi berfase awal berbeda
2 gelombang dengan amplitudo sama tetapi berfase awal berbeda Bagaimana jika y1 + y2 ?
Pengoperasian X-YDua isyarat x dan y membentuk pola LISSAJOUS
Mengatur tampilan dengan dengan mengubah sensitivitas vertikal Vpp = 8 volt Mempunyai tampilan : R 5V/div B 2V/div D 1V/div
Mengatur tampilan dengan dengan mengubah sensitivitas horizontal 1 kHz mempunyai tampilan: D 0.5 msec/div B 0.2 msec/div R 0.1 msec/div
Rising-edge Triggered Suatu input dapat ditrigger: R 0 V B +1 V D -2 V
Falling-edge Triggered Suatu input dapat ditrigger: R 0 V B +1 V D -2 V
AC-Coupled Triggering Triggering terjadi pada titik yang sama pada bentuk gelombang, walaupun masing-masing input mempunyai level dc R 1 V B 0 V D -1 V
DC-Coupled Triggering Triggering terjadi pada titik yang sama pada layar, walaupun masing-masing input mempunyai level dc R +1.25 V B 0 V D -1.25 V
Mengukur Amplitudo • Tampilan awal ( R ) susah untuk dibaca amplitudonya • Perlu digeser secara vertikal sampai menyentuh garis tertentu ( B ) • Kemudian digeser secara horizontal sampai puncaknya menyentuh sumbu-y yang terkalibrasi (D) • Terbaca Vpp = 5.3
Contoh lain: D = 4.0 div p-p B = 5.65 div p-p R = 7.0 div p-p
Mengatur Fase Input • Input awal nampak seperti R • Input di-ground-kan dan dipindah ke pusat layar (AC-coupled input akan berpusat pada 0 V (B) ). • Kemudian “timebase” dikalibrasi hingga kedua titik nolnya terpisah sejauh 9 div (= 180O), atau 1 div = 20O (D).
Menentukan Beda Fase 2 Input • Dua buah input mula-mula terlihat seperti G dan B (tanpa level dc) • Kemudian diatur masing-masing seperti nampak pada R dan D • Nampak D tertinggal terhadap R sebesar 37 derajat.
Contoh lain: • B tertinggal terhadap R sebesar 26 derajat • D mendahului R sebesar 54 derajat
Ilustrasi Komponen Ac dan DC Tampilan: 2.2 div p-p superimposed dengan +2.5 div DC