140 likes | 322 Views
ETHICS ‘’ETIKA’’. By Kurnia Sh Dini Haryanti Maria Rhosita Nunuk Ichda Yosepha Ika. What’s Ethics ... ????. Kode moral dari suatu profesi tertentu Standar penyelenggaraan suatu profesi Persetujuan diantara manusia untuk melakukan yang benar dan menghindari yang salah .
E N D
ETHICS ‘’ETIKA’’ By Kurnia Sh Dini Haryanti Maria Rhosita Nunuk Ichda Yosepha Ika
What’s Ethics ... ???? Kode moral dari suatu profesi tertentu Standarpenyelenggaraansuatuprofesi Persetujuan diantara manusia untuk melakukan yang benar dan menghindari yang salah. ‘’apa yang tidak etis tidak berarti illegal. Dalam lingkungan yang kompleks, definisi benar dan salah tidak selalu jelas. Juga perbedaan antara illegal dan tidak beretika tidak selalu jelas’’
SIFAT ETIKA ... 1. Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
2. Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.
ReLatiVism Relativis berpendapat bahwa seseorang dapat membuat keputusan etis bermakna hanya dalam konteks sosial di mana masalah etika terjadi.Dengan kata lain, apa yang benar di satu tempat atau waktu mungkin salah di tempat lain atau waktu.
cOntecXtuaLism • kontekstualis ini berpendapat bahwa kriteria yang relevan untuk membuat keputusan etis yang berarti dapat ditemukan hanya dalam konteks setiap masalah etika yang konkret. • Setiap situasi etis sebenarnya unik, dan solusi yang benar-benar etis untuk masalah dapat tiba di hanya bila semua faktor dari situasi unik yang dapat ditimbang oleh mereka yang terlibat dalam masalah. • Setiap orang membuat keputusan terbaik yang bisa, dengan menggunakan pengetahuan terbaik yang ia miliki pada waktu itu keputusan. • Seperti penilaian etika yang bermakna hanya dapat dilakukan setelah ada situasi masalah, bukan sebelumnya. • ide-ide seperti "jangan membunuh," "jangan mencuri," dll, dapat digunakan sebagai pedoman, tetapi mereka harus ditinggalkan jika situasi tertentu panggilan untuk itu.
1. Utilitarian Approach Setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu seseorang harus mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya. 2. Individual Right Approach Setiap orang dalam tindakan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan atau tingkah laku tersebut harus dihindari apabila akan menyebabkan benturan dengan pihak lain 3. Justice Approach Pembuat keputusan mempunyai hak sama dan bertindak adil Pendekatan Tingkah Laku Etika
1. Etiket menyangkut cara (tata acara) suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Misal : Ketika saya menyerahkan sesuatu kepada orang lain, saya harus menyerahkannya dengan menggunakan tangan kanan. Jika saya menyerahkannya dengan tangan kiri, maka saya dianggap melanggar etiket. Etika menyangkut cara dilakukannya suatu perbuatan sekaligus memberi norma dari perbuatan itu sendiri. Misal : Dilarang mengambil barang milik orang lain tanpa izin karena mengambil barang milik orang lain tanpa izin sama artinya dengan mencuri. “Jangan mencuri” merupakan suatu norma etika. Di sini tidak dipersoalkan apakah pencuri tersebut mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri.
2. Etiket hanya berlaku dalam situasi dimana kita tidak seorang diri (ada orang lain di sekitar kita). Bila tidak ada orang lain di sekitar kita atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Misal : Saya sedang makan bersama bersama teman sambil meletakkan kaki saya di atas meja makan, maka saya dianggap melanggat etiket. Tetapi kalau saya sedang makan sendirian (tidak ada orang lain), maka saya tidak melanggar etiket jika saya makan dengan cara demikian. Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang lain. Misal: Larangan mencuri selalu berlaku, baik sedang sendiri atau ada orang lain. Atau barang yang dipinjam selalu harus dikembalikan meskipun si empunya barang sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam satu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Misal : makan dengan tangan atau bersendawa waktu makan.Etika bersifat absolut. “Jangan mencuri”, “Jangan membunuh” merupakan prinsip-prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar.
4.. Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang pada etiket bisa juga bersifat munafik. Misal : Bisa saja orang tampi sebagai “manusia berbulu ayam”, dari luar sangan sopan dan halus, tapi di dalam penuh kebusukan.Etika memandang manusia dari segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik, sebab orang yang bersikap etis pasti orang yang sungguh-sungguh baik.
auTonoMouS eThicseTika OtoNomi Timbul dari dalam diri sendiri, untuk individu sendiri telah pada pembuatan keputusan mengenai apa yang merupakan tindakan moral / tidak bermoral.Seperti otonomi menyiratkan kata, individu-diri ditentukan; tindakannya adalah manifestasi keputusan sendiri.
kontras dua bentuk etika. Yang pertama adalah perilaku yang sesuai dengan kode yang diberikan dan kebiasaan sosial, yang kedua adalah otonom-perilaku etis yang dalam-termotivasi dan didasarkan pada kepentingan moral yang tulus pada kesejahteraan orang lain.Otonomi etika sebagian besar merupakan produk dari pengalaman sendiri, dalam pengertian ini adalah sangat pribadi, yang mencerminkan kepekaan sendiri dan nilai-nilai.