420 likes | 433 Views
Kebijakan Statistik dalam Mendukung Perencanaan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata yang Berkualitas. Oleh Satriyo Wibowo Kabid Statistik Distribusi BPS Provinsi Jawa Timur. LATAR BELAKANG.
E N D
Kebijakan Statistik dalam Mendukung Perencanaan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata yang Berkualitas Oleh Satriyo Wibowo Kabid Statistik Distribusi BPS Provinsi Jawa Timur
LATAR BELAKANG • Pariwisata menjadi salah satu sektor ekonomi terbesar dan mempunyai tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia. Organisasi Pariwisata Dunia (World Tourism Organization, UNWTO) memperkirakan wisatawan internasional akan mencapai 1,8 miliar pada tahun 2030 dengan tingkat pertumbuhan kunjungan per tahun sebesar 3,3 persen. • Pembukaan daerah tujuan wisata baru dan investasi di bidang pariwisata telah mengubah pariwisata sebagai salah satu penggerak utama (key driver) kemajuan sosio-ekonomi suatu negara melalui penerimaan devisa, penciptaan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha, serta pembangunan infrastruktur. • Pariwisata diharapkan dapat menjadi penggerak utama dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui penciptaan lapangan pekerjaan dan kesempatan berusaha.
4. Pariwisata juga dapat digunakan untuk memperkenalkan identitas dan kebudayaan nasional. 5. Terkait perkembangan pariwisata Indonesia, pemerintah telah berkomitmen untuk terus mendorong pembangunan pariwisata sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain. Melalui upaya promosi dan peningkatan pelayanan, didukung membaiknya situasi keamanan, serta pemulihan dari krisis ekonomi global yang banyak dialami negara-negara Eropa, statistik kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mulai tahun 2015 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya.
Dalam rangka meningkatkan peranan pariwisata pada pembangunan nasional maka pemerintah selain aktif sekali dalam menarik minat wisatawan mancanegara untuk mengunjungi Indonesia, juga sedang berusaha keras untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara (wisnus). Wisatawan nusantara mampu menghidupkan sektor angkutan, perhotelan, usaha penyedia makanan dan minuman, industri kreatif, dan lain sebagainya. Sumber : Sasaran Pembangunan Pariwisata 2015-2019 oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapenas
STATISTIK PARIWISATA dalam mendukung Perencanaan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata yang berkualitas : Statistik Wisatawan Nusantara Statistik Wisatawan Mancanegara Tingkat Penghunian Kamar (TPK) NeracaSatelitPariwisataNasional
1. STATISTIK WISATAWAN NUSANTARA (WISNUS) Kegiatan pendataan wisnus dimulai sejak tahun 1981. Kegiatan ini dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang tercakup dalam salah satu modul dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Kegiatan ini diselenggarakan setiap 3 tahun sekali, yaitu tahun 1981, 1984, 1991, 1994, 1997, 2002, 2003, dan 2008. Data/informasi mengenai wisnus pada tahun tahun yang tidak dilakukan pendataan merupakan data proyeksi dari hasil kegiatan pendataan tahun sebelumnya. Sejak tahun 2011, (seiring dengan perubahan periodesasi kegiatan Susenas, pendataan wisatawan nusantara dilakukan setiap tiga bulan triwulanan). Kegiatan ini dicakup dalam Susenas KOR sehingga data tahunan yang diperoleh merupakan gabungan dari empat triwulan. Namun sejak triwulan empat tahun 2014, kegiatan pendataan secara triwulanan tersebut berhenti seiring dengan perubahan periode pendataan Susenas. Pada tahun 2015, Susenas KOR yang mencakup data wisatawan nusantara hanya dilakukan sekali setahun yaitu pada bulan Maret.
4. Keadaan ini akan sangat berpengaruh jika data perjalanan wisatawan nusantara hanya diambil dari susenas KOR, terutama data mengenai jumlah perjalanan selama satu tahun yang mempunyai pola musiman. Pendataan profil wisnus pada tahun 2016 tidak menggunakan kerangka sampel dari data Susenas KOR karena pengolahan datanya belum selesai pada saat kegiatan dilakukan. Kerjasama dengan Kemenpar 5. Tahun 2018 Wisnus dilakukan triwulanan dengan anggaran di DIPA BPS. Salah satu output dalah data mengenai wisatawan nusantara seperti jumlah kunjungan dan profilwisnus.
Nilai ekonomi penjualan jasa pariwisata kadang tidak dapat diukur secara nyata dalam bentuk nominal langsung. Nilai ekonomi tersebut seringkali terkesan hanya langsung berhubungan dengan para pelaku pariwisata. Namun, sesungguhnya nilai ekonomi dari kegiatan pariwisata tidak hanya dinikmati oleh satu sektor tertentu, tapi juga dinikmati oleh berbagai sektor. Sebagai contoh, seorang wisatawan membeli sebuah cenderamata, maka yang akan menikmati rantai dari pembelian tersebut adalah penjual, pembuat cenderamata, distributor dan bahkan pembuat bahan baku cenderamata tersebut yang dalam kegiatan ekonomi dikelompokkan dalam industri. Dengan meningkatnya jumlah konsumsi wisatawan, tentu akan semakin besar dampak ekonomi yang dinikmati, dan semakin banyak sektor yang terkait. Keterkaitan antar sektor bisa dianalisis lebih mendalam melalui NESPARNAS.
APA ITU NESPARNAS ??? Nesparnas (Neraca Satelit Pariwisata Nasional)merupakan suatu konsep dan metode tampilan informasi kuantitatif sektor pariwisata yang menyediakan perangkat analisis yang menyeluruh (comprehensive), kompak (compact), saling berkait (interconnected), konsisten (consistent), dan terkontrol (controllable). Sistem ini terbilang ampuh dan handal dalam menjawab tantangan penyediaan informasi kuantitatif dan kualitatif yang dapat digunakan untuk mengkaji dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan kepariwisataan pada masa lalu serta sekaligus menjawab tantangan dan permasalahan pariwisata di masa datang.
KONSEP DAN DEFINISI: Wisnus Keobyek Wisata komersial WISNUS Penduduk yg melakukan Perjalanan kurang dari 6 bulan bukan untuk Bekerja atau sekolah Menginap di Akomodasi komersial Bukan Ke obyek Wisata komersial Jarak Perjalanan 100 km pp. Tidak Menginap di Akomodasi komersial Jarak Perjalanan < 100 km pp.
Konsepdandefinisi Bepergian adalah pergi/keluar dari tempat tinggal dalam wilayah geografis Indonesia secara sukarela kurang dari 6 bulan, baik dilakukan secara perorangan (sendiri) ataupun berkelompok (rombongan) serta bukan bertujuan untuk sekolah atau bekerja secara rutin. Kegiatan rutin yang dimaksud adalah kegiatan sekolah dan atau bekerja (memperoleh upah/gaji sesuai tugas pokoknya ditempat yang dituju), yang dilakukan secara rutin (reguler), baik frekuensinya, lokasinya, maupun kegiatannya. Bepergian yang dimaksud dalam cakupan ini adalah bepergian mengunjungi objek wisata komersial atau menginap di usaha jasa akomodasi komersial atau jarak perjalanan pulang pergi (PP) sama atau lebih besar dari 100 km.
Objek wisata komersial adalah objek wisata yang mewajibkan pengunjungnya/tamunya untuk membayar dengan besaran tertentu (membayar tiket masuk) jika masuk ke objek wisata tersebut. Pengelola objek wisata bisa merupakan pemerintah maupun masyarakat sekitar. Jika hanya membayar tiket parkir, maka tidak dihitung sebagai objek wisata komersial. • Akomodasi komersial adalah usaha akomodasi yang mewajibkan pengunjungnya/tamunya untuk membayar dengan besaran tertentu jika menggunakan/menginap di akomodasi tersebut. • Usaha Penyedia Akomodasi adalah usaha yang menyediakan akomodasi untuk pengunjung dan pelancong lainnya. Usaha penyediaan akomodasi ini dapat berupa penyediaan fasilitas akomodasi saja atau fasilitas akomodasi yang disertai dengan fasilitas makanan dan minuman. Usaha penyediaan akomodasi yang dimaksud disini adalah usaha penyediaan akomodasi jangka pendek, khususnya untuk harian atau mingguan, yang meliputi: hotel (bintang dan nonbintang), penginapan remaja, pondok wisata, dan akomodasi jangka pendek lainnya, seperti: vila, bungalo, cottage, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perjalanan wisnus Di DN mana? Keamanan Pendapatan Penduduk Indonesia Biaya dan kemudahan transportasi Faktor musiman: libur sekolah, lebaran, Natal dan libur akhir tahun Informasi & Promosi daerah wisata
Berdasar data Nesparnas (NeracaSatelitPariwisataNasional): • Wisnus mempunyai kontribusi terbesar dibanding yang lain (wisman, wisnas, investasi dan promosi)dalam penciptaan PDB Pariwisata, (2014 : 1,65% dari PDB). • Begitu juga dengan penciptaan atau penyerapan tenaga kerja, wisnus mempunyai share terbesar • Perjalanan wisnus lebih banyak bersentuhan dengan usaha UMKM dibanding wisman. • Memupuk rasa cintatanah air danikutmemajukankebudayaannasional. • Meskipun mempunyai peran besar, namun perhatian terhadap pengumpulan data wisnus masih belummemuaskan.
HASIL SURVEI WISNUS NASIONAL Jumlah Perjalanan Yang dilakukan Penduduk Indonesia 2016-2017 HASIL SURVEI WISNUS JATIM Perjalanan yang dilakukan penduduk Jawa Timur naik 1,12 persen (dari 43,2 juta menjadi 43,7 juta) Perjalanan yang dilakukan penduduk Indonesia naik 2,45 persen (dari 264,3 juta menjadi 270,8 juta)
Persentase Penduduk Jawa Timur Yang Melakukan Perjalanan dirinci Menurut Maksud Utama Perjalanan, Jan-Agust 2017 Persentase Penduduk Indonesia Yang Melakukan Perjalanan dirinci Menurut Maksud Utama Perjalanan, Jan-Agust 2017
Tahun 2017, Pendataan wisnus dengan periode catur wulan, catur wulan 1 dan 2 selain update listing juga cacah sampel
Penduduk asal Jawa Timur yang melakukan perjalanan, terbanyak kelompok umur < 15 tahun
36,71 persen mengunjungi obyek wisata buatan manusia: seperti kebunraya, waterpark, arena bermain, dll
2. STATISTIK WISATAWAN MANCANEGARA (WISMAN) • Wisatawanmancanegara (wisman) menurutUnited Nation World Tourism Organization (UNWTO)danInternational Union of Office Travel Organization (IUOTO,)adalahsetiap orang yang mengunjungisuatunegara di luarnegaratempattinggalnya, didorongolehsatuataubeberapakeperluantanpabermaksudmemperolehpenghasilan di tempat yang dikunjungi. • Wisatawan (tourist)adalahsetiappengunjungsepertidefinisi di atas yang tinggal paling sedikit 24 jam, akantetapitidaklebihdari 12 (duabelas) bulan di tempat yang dikunjungidenganmaksudkunjunganantara lain: i). Berlibur, rekreasidanolah raga. ii). Bisnis, mengunjungitemandankeluarga, misi, menghadiripertemuan, konferensi, kunjungandenganalasankesehatan, belajar, dankeagamaan. • Pelancong (Excursionist) adalahsetiappengunjungsepertidefinisi di atas yang tinggalkurangdari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk cruise passenger yaitusetiappengunjung yang tiba di suatunegaradengankapalataukeretaapi, di manamerekatidakmenginap di akomodasi yang tersedia di negaratersebut).
Grafik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Jawa Timur 2007-2018 Tahun 2018 sampai dengan Oktober
Grafik Kedatangan Wisatawan Mancanegara dari 5 Pintu Masuk Utama, di Indonesia Tahun 2017
Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Jawa Timur Menurut Negara Asal (10 Terbesar Tahun 2017) Kunjungan Wisatawan Mancanegara Ke Jawa Timur Menurut Negara Asal (10 Terbesar Tahun 2018, Januari-Oktober)
Wisatawan Mancanegara di Jawa Timur • Dirinci per bulan Tahun 2016–2018
3. TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL (TPK) • Tingkat PenghunianKamar Hotel (TPK) adalahbanyaknyamalamkamar yang dihunidibagidenganbanyaknyamalamkamar yang tersediadikalikan 100%. • Rata‑rata LamanyaTamuMenginapadalahbanyaknyamalamtempattidur yang dipakaidibagidenganbanyaknyatamu yang datang menginap.Rata‑rata lamanyatamumenginapinidapatdibedakanantaratamuasingdantamudalamnegeri. a. Rata‑rata lamanyatamuasingmenginapadalahbanyaknyamalam tempattidur yang dipakaiolehtamuasingdibagidenganbanyaknya tamuasing yang menginap. b.Rata‑rata lama tamudalamnegerimenginapadalahbanyaknyamalam tempattidur yang dipakaiolehtamudalamnegeridibagidenganbanyaknya tamudalamnegeri yang menginap.
TPK hotel bintang bulan Oktober 2018 = 55,47 artinya darisetiap 100 kamar yang disediakanolehhotel bintang di ProvinsiJawaTimur, setiapmalamnyasebanyak55hingga56kamartelahterjual.
Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel, 2016-2017 (Hotel Bintang dan Non Bintang)
Grafik Rata-Rata Lama Menginap Tamu Asing dan Indonesia, 2017 Rata-rata Lama Menginap Tamu menunjukkan rata-rata lamanya tamu menginap. Indikator ini memberikan gambaran berapa lama tamu menginap dalam suatu hotel/akomodasi. RLMT Asing Nov 2017 = 2,82 artinya rata-rata tamu asing yang menginap di seluruh hotel yang ada di Provinsi Jawa Timur tercatat selama 2 hingga 3 hari.
4. NeracaSatelitPariwisataNasional (Nesparnas) • Nesparnasmerupakanperangkatneraca yang berisikan data tentangperankegiatanpariwisatadalamperekonomiannasional. Disebutsistemkarenaterdiridariberbagaielemenneraca, dimanasatudenganlainnyasalingterkaitdansalingmempengaruhi, yang digambarkanmelaluiketerkaitanberbagaijenistransaksinya.SecaraspesifikNesparnasberisikan data tentangperilakupariwisatadalammelakukantransaksiekonomidenganberbagaiinstitusiataupunpelaku-pelakuekonomi domestik dalam bentuk neraca dan matriks. • Nesparnasmenggambarkansemuakegiatandantransaksiekonomiyang berhubungandenganbarang-barangdanjasapariwisata, baiksisiproduksi (supply) maupunsisipermintaan (demand). Sebagaisuatusistem data yang komprehensif, cakupanNesparnasmeliputi: (1) strukturekonomidarisektorpariwisata, (2) strukturpengeluaranwisatawandanbesarannya, (3) struktursektor yang terkaitpariwisata, (4) strukturinvestasipariwisatadankontribusinyadalaminvestasidaerah, (5) strukturpekerja di sektorpariwisatadankontribusinyapadapekerjadaerah, serta (6) peransektorpariwisatapadaperekonomiandaerah.
MetodologiPenyusunanNesparnas • 1) Pengumpulan data mengenaijumlahdankonsumsiwisatawandiperolehdaridata sekunderyaitu: jumlahdankonsumsiwisatawannusantaradiperolehdarihasilSurvei Profile Wisatawan Nusantara yang dilakukansejalandenganpelaksanaan SUSENAS; jumlahdankonsumsiwisatawanmancanegaradiperolehdarihasilPassenger Exit Survey (PES); dankonsumsiwisatawan Indonesia keluarnegeridiperolehdariSurvey Outbound. • 2) Untukmengukurdampakatauperananpariwisataterhadapperekonomiandigunakan model Input Ouput. Model inimenggunakanTabelInput Output (I-O) yang berupasuatumatriks yang menyajikaninformasitentangtransaksibarangdanjasasertasalingketerkaitanantarsatuan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah dan periode tertentu. Permintaanakhir yang terdiridarikonsumsiwisatawan, investasisector pariwisata dan promosi pariwisata di dalam Tabel I-O merupakan faktor eksogenyang mendorongpenciptaannilaiproduksibarangdanjasa. Selanjutnyamasing-masingstrukturpengeluarandaripermintaanakhirtersebut diklasifikasikan kembali mengikuti klasifikasi sektor I-O dan mengalikannyadengankoefisien multiplier Leontief untukmemperolehdampaknya. • Pengumpulan Data PengeluaranDunia Usaha untukPariwisataPengumpulandata primer padakegiataninimelaluiwawancaralangsungterhadaprespondenterpilih.
Data Nesparnas • Tabel 1, menggambarkanstrukturpengeluaranwisatawanmancanegara (wisman) menurutjenis-jenisprodukbarangdanjasa yang dikonsumsidannegaraasal • Tabel2, menggambarkanstrukturpengeluaranwisatawannusantaramenurutjenis produk barang dan jasa yang dikonsumsi dan Provinsi asal (Tabel 2.a) serta Provinsitujuan (Tabel 2.b) • Tabel3, menggambarkanstrukturpengeluaranwisatawan Indonesia yang bepergiankeluarnegeri, menurutjenisprodukbarangdanjasa yang dikonsumsidankategoripengeluarannya(yaitupengeluarandalamnegeriberkaitandenganpre dan post-trip danpengeluaran di luarnegeriberkaitandengantrip-nyasendiri). • Tabel4, merupakanpenggabungandaritabel 1, tabel 2 dantabel 3 yang menggambarkanstrukturpengeluaranseluruhwisatawan (wisman, wisnusdan outbound) menurutjenisprodukbarangdanjasa yang dikonsumsidanjeniswisatawannya. • Tabel5, (subneraca) menggambarkantentangstruktur input industri (sektorsektor) yang terkaitdenganpariwisata. Baris-barispadasubneracainimenunjukkaninput yang digunakandalamsuatu proses produksi yang dibagidalamduajenis input yaitu: (a) berbagaiprodukbarangdanjasa yang digunakansektorpariwisatasebagai input antara, dan (b) balasjasafaktor (nilaitambah) yang diciptakanolehsektorpariwisata, ataudisebutjugasebagai input primer. Subneracainilebihmenggambarkansebagaibagiandarisuatusistemproduksi yang transaksinyadiantaranyadisajikandalamtabel input-output. Dari tabeltersebutdapatdicerminkankeseimbangansisipenawarandansisipermintaanbarangdanjasadalamberbagaiaktivitasekonomipariwisata.
Tabel 6, (subneraca), memperlihatkanstrukturpembentukan modal tetapbruto (investasifisik) yang merupakanbagiandariinvestasi yang direalisasikanuntukmenunjangkegiatanpariwisata. Investasifisiktersebutdilakukanolehpemerintah(pusatdandaerah) maupunswasta (daerahdanasing) dalambentukbangunan hotel, restoran, mesin dan peralatan, alat angkutan, dan barang modal penunjanglainnya. • Tabel7, (subneraca), menggambarkanjumlahpekerja yang terlibatpadaindustry pariwisatamenurutsektor-sektor yang terkaitdenganpariwisata • Tabel8, (subneraca), memperlihatkanstrukturpengeluaranpemerintah (pusatdandaerah) danduniausahadalampromosidanpembinaansektorpariwisata (current expenditure), dirincimenurutjenisaktivitas yang dilakukan • Tabel9, (sub-neraca), memperlihatkanperananpariwisatadalamstruktur Output dan PDB menurutsektorproduksi (NeracaProduksi)
StrukturPengeluaranWismanMenurutProdukBarangdanJasa yangDikonsumsi, Tahun 2015
StrukturPengeluaranWisnusMenurutProvinsiAsaldanTujuan, Tahun 2015
StrukturPengeluaranWisatawan Indonesia keLuarNegeriMenurutKategori Pengeluarandan Jenis Produk Barang dan Jasa yang dikonsumsi, Tahun 2015 (miliar rupiah)
StrukturInvestasiPariwisataBaik yang BersifatLangsungmaupunTidakLangsung, Tahun 2015 (miliar rupiah)
StrukturPengeluaranPemerintahuntukPromosidanPembinaanPariwisata Tahun 2015 (miliar rupiah)
Peranan Pariwisata terhadap PDB Indonesia dari Sisi NeracaPenggunaan Tahun 2015 (triliun rupiah)
Ringkasan Pengeluaran Terkait Pariwisata Indonesia Tahun 2015 (miliarrupiah)