370 likes | 844 Views
Seputar Hukum Zakat Fitrah. Oleh : Abdul Hanif. Hukum Zakat Fitrah. Zakat fitrah hukumnya fardhu ‘ ain bagi seorang muslim , baik laki-laki maupun perempuan , anak-anak maupun dewasa , hamba sahaya maupun merdeka .
E N D
SeputarHukumZakatFitrah Oleh: Abdul Hanif
Zakatfitrahhukumnyafardhu ‘ainbagiseorangmuslim, baiklaki-lakimaupunperempuan, anak-anakmaupundewasa, hambasahayamaupunmerdeka. • قَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ • "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mewajibkan zakat fithri satu sha' dari kurma atau sha' dari gandumbagi setiap hamba sahaya (budak) maupun yang merdeka, laki-laki maupun perempuan, kecil maupun besar dari kaum Muslimin. Dan Beliau memerintahkan agar menunaikannya sebelum orang-orang berangkat untuk shalat ('Ied) "(HR. Bukhari)
Jumhurulamasepakatbahwazakatfitrahwajibdenganmakananpokok, karenaseluruhhadits yang membahaszakatfitrahmenyatakandemikian. Salahsatunyaadalahhaditsberikut: • عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رضي الله عنه قالكُنَّا نُعطها فِي زمن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ زَبِيبٍ • Dari Abu Sa'id Al Khudri bahwa pada zaman Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam kami mengeluarkan zakat fitrah sebesar satu sha' dari makanan pokok atau dari gandum, atau kurma, atau anggur kering. (HR. Mutafaqun ‘alayhi)
Bolehkanzakatfitrahdenganuang? • Sekalipunjumhurulamasepakatzakatfitrahwajibdenganmakananpokok, tetapi imam Hanafi , imam Tsauri, imam Bukhari, danIbnuTaimiyahmembolehkanzakatfitrahdenganmembayarharganya (denganuang), denganmenyandarkanpendapatnyapadahaditsberikut: “Cukupilah mereka pada hari ini dari meminta-minta”(HR. BaihaqidanDaruqutni) Namun menurut imam an-Nawawi, hadits tersebut dhaif (lemah) pada salah satu rawinya sehingga tidak dapat dijadikan hujjah. (al-Majmu’ syarah Muhadzdzab, 6/126)
Kesimpulan: • Namundemikian, imam Hanafimembolehkanmembayarzakatfitrahdenganuangdengansyaratharganyasetaradengan 3,8 kg. • Maka menurut hemat kami, pendapat yang rajih (lebih kuat) adalah pendapat jumhur ulama yang mewajibkan zakat fitrah dengan bahan makanan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits-hadits di atas.
Sha’ merupakantakaran volume /isi (mendekatikepadatakaran liter). Sha’ bukantakaranberat (kg). Konsekuensinya, 1 sha’ kurmadengan 1 sha’ berasjikadikonversikedalamtakaranberat (kg) makaukurannyaakanberbeda. • Jumhurulamasepakatbahwa 1 sha’ setaradengan 2,176 kg (untukgandum) • 1 sha’= 4 mud. • 1 mud = 544 gram. • 1 sha’= 4 mud x 544 gram = 2,176 kg
Menurut Prof. Mahmud Yunus dalam kitabnya Al-Fiqhul Wadhih Juz 2 hal. 10, 1 sha' beras itu setara dengan 2187,5 gram (2,187 kg)beras. Beliau menyatakan : وَيُخْرِجُ اْلمُزَكِيُ عَنْ كُلِّ شَخْسٍ صَاعًا مِنَ اْلأَرُزِ وَقَدْرُهُ كِلُوَانِ وَمِائَةٌ وَسَبْعَةٌ وَثَمَانُوْنَ وَنِصْفُ قِرَامٍ "Muzakki mengeluarkan (zakat fitrah) untuk setiap jiwa sebesar satu sha' beras, dan kadarnya (beratnya) adalah dua kilogram dan seratus delapan puluh tujuh setengah gram (2187,5 gram/ 2,18 kg)." (Mahmud Yunus, Al-Fiqhul Wadhih, Juz 2 hal. 10).
Dalamhaliniparaulama pun berbedapendapat. Namun, pendapat yang paling kuat (rajih) dalammengeluarkan/membayarkanzakatfitrahadalahmaksimalsetelahshalatsubuhsebelumshalatied. Inimerupakanjumhurulama. • Qaul imam syafi’Ibahkanmembolehkanmembayarzakatfitrahsejakharipertamabulanramadhan. • SebagiansahabatRasulullahada yang melakukannyasatuatauduaharisebelumhariraya.
Khulashah (pembahasan) • Perbedaanpendapattersebutdapatdipahamikarenafrasa • وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ Dan Beliau memerintahkan agar menunaikannya sebelum orang-orang berangkat untuk shalat ('Ied) " (HR. Bukhari) Memberikanmakna yang tidakspesifiksehinggaberpotensimenimbulkankhilafiyah (perbedaanpendapat) dikalanganparaahlifiqih. Sehinggakitatidakbisamengatakanbahwazakatwajibdibayarsetelahshalatsubuhsebelumshalatied. Tetapi yang tepatadalahzakatfitrahwajibdisampaikankepadamustahiq (penerimazakat) sebelumshalatied, lebihutamalagisetelahshalatsubuhsebelumshalatied.
Para ulamaberbedapendapatmengenaimustahiqzakatfitrah. Tetapipendapat yang paling tepat (rajih) adalahpendapatjumhurulama yang menyatakanbahwazakatfitrahhanyadiberikankepadagolongan fakir miskin, berdasarkanhaditsRasulullah: فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ Rasulullah shallAllahu wa'alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang-orang miskin.(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Hakim)
khulashah • Delapanasnaf yang terdapatdalamsurat at-Taubahayat 60 , jikakitaperhatikanmaknaayattersebutmasihbersifatumum, sedangkanhadits yang diriwayatkanoleh Abu Dawuddan Hakim tentangmustahiqzakatfitrahmemberikantakhsis (pengkhususan) darikeumumanmaknadalamsurat at-Taubahayat 60 tersebut. Sehinggadapatdifahamibahwakhususuntukzakatfitrahhanyadiberikankepadagolongan fakir miskin.
وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ : { كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ : اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِمْ } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ Dari Abdillah bin Abi Aufa ia berkata: adalah Rasulullah saw ketika suatu kaum datang menyerahkan zakat/shadaqoh mereka maka Rasulullah saw berdo’a “Allohumma sholli ‘alayhim”. (HR. Mutafaqun ‘alayh) Dalam riwayat lain yang diriwayatkan oleh imam an-Nasa’i disampaikan dengan redaksi do’a yang berbeda: • { أَنَّهُ قَالَ فِي رَجُلٍ بَعَثَ بِالزَّكَاةِ : اللَّهُمَّ بَارِكْ فِيهِ وَفِي أَهْلِهِ } sesungguhnya Rasululloh saw berdo’a bagi seseorang yang menyerahkan zakatnya “Allohumma baarik fiihi wa fii ahlihi”.
قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ فُلَانٍ فَأَتَاهُ أَبِي بِصَدَقَتِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي أَوْفَى Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bila suatu kaum datang kepadanya dengan membawa shadaqah mereka, Beliau mendo'akannya: "Allahumma shalli 'alaa aali fulan" (Ya Allah berilah shalawat kepada keluarga fulan"). Maka bapakku mendatangi Beliau dengan membawa zakatnya., maka Beliau mendo'akanya: "Allahumma shalli 'alaa aalii abu awfaa". (Ya Allah, berilah shalawat kepada keluarga Abu Awfaa"). (HR. Bukhari) • Bisa juga dengan redaksi: { اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِي فُلَانٍ }
Dalam kitab subulus salam dijelaskan bahwa hadits ini adalah dalil kebolehan shalawat selain kepada nabi. Tujuannya adalah untuk menambah-nambah kebaikan (ziyadah al-khair) dan keberkahan pada zakat yang telah dikeluarkan.
Kitab-kitabrujukan: • Kitab ar-Risalah Karya Imam as-Syafi’i, al-Aqsho • Kitab Bulughul Maram min adilatil ahkam karya Ibnu Hajar al-‘Atsqolani, Darul kutub ‘alamiyah • Kitab subulus salam (syarah bulghul maram) karya imam muhammad bin ismail kahalany, Diponegoro • Fiqih empat madzhab karya syaikh al-‘Alamah muhammad bin Abdurrahman ad-Dimsyaqi, Hasyimi Press • Kitab hadits sohih Bukhari • Kitab hadits sunan Tirmidzi • Kitab hadits sunan Abu Dawud • Naylul Authar, maktabah syamilah vol. 2 • Fiqih ‘am, maktabah syamilah vol. 2 • Kitab ushul Fiqih “Taysir al Wushul Ila al-Ushul” karya syaikh ‘Atho abu Rusythoh • Al-Amwal fii ad-daulah al-khilafah karya syaikh Abdul qodim Zallum • Ajhizah daulah al-khilafah, min masyurot Hizbut Tahrir • Mahmud Yunus, Al-Fiqhul Wadhih • Imam an-Nawawi, al-Majmu’ syarah Muhadzdzab