10 likes | 248 Views
13 g. Berorientasi pada masa depan dan bersikap optimis. h. Tidak ditentukan oleh kekuatan di luar diri mereka sendiri. i. Memiliki dasar untuk terus menjalani hidup. Individu yang memilki kebermaknaan hidup dalam prespektif Haddad
E N D
13 g. Berorientasi pada masa depan dan bersikap optimis. h. Tidak ditentukan oleh kekuatan di luar diri mereka sendiri. i. Memiliki dasar untuk terus menjalani hidup. Individu yang memilki kebermaknaan hidup dalam prespektif Haddad (1996) adalah adanya perasaan tentram karena melaksanakan janji Allah, kepercayaan hati akan jaminan Allah, pemusatan himmah (cita-cita) pada Tuhan, penghindaran diri dari segala yang memalingkan diri dari Tuhan, kesediaan diri untuk kembali kepada Tuhan, serta penyaluran seluruh daya dan tenaga dalam mencari keridhaannya. Secara umum, keyakinan adalah pokok utama yang menuntut hidup menjadi berarti, sedangkan segala macam kedudukan (maqam) yang mulia, akhlak yang terpuji dan amal-amal saleh adalah cabang-cabang serta buah-buahnya. Akhlak dan iman seseorang selalu mengikuti keyakinan diri yang baik dalam hal kuat atau lemahnya serta bermanfaat atau tidaknya hidup seseorang (Hamka, 2000). Al-Ghazali (dalam Qosim, 1999) melihat manusia-manusia berjalan mengarungi kehidupan tapi mereka tidak tahu untuk apa mereka harus berlaku demikian, bahkan mereka tidak bertanya mengapa mereka berjalan demikian. Mereka adalah orang-orang yang mulghah (sia-sia). Banyak kelompok manusia yang tidak mengenal istirahat, selalu dikejar waktu, kering dari kebahagian dan kedamaiaan, gagal menikmati stabilitas emosional karena tidak memilki orientasi hidup yang kuat. Mengacu pada Al-Ghazali (dalam Qosim,1999) yang menyerukan pentingnya pencarian makna-makna kehidupan yang suci maka manusia seharusnya menunjukkan minat kepada tujuan-tujuan lebih yang tinggi. Berikutnya manusia dianjurkan agar berjuang demi kepuasan batin, kenikmatan cinta dan meyambut fajar kedamaian.