70 likes | 262 Views
MUKHAMMAD RISYAL AFFANDI, 5150402014 PENGARUH KEDALAMAN ALIRAN TERHADAP PERILAKU GERUSAN LOKAL DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN. Identitas Mahasiswa.
E N D
MUKHAMMAD RISYAL AFFANDI, 5150402014PENGARUH KEDALAMAN ALIRAN TERHADAP PERILAKU GERUSAN LOKAL DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN
Identitas Mahasiswa • - NAMA : MUKHAMMAD RISYAL AFFANDI - NIM : 5150402014 - PRODI : Teknik Sipil - JURUSAN : Teknik Sipil - FAKULTAS : Teknik - EMAIL : Mr_Isyal pada domain yahoo.co.id - PEMBIMBING 1 : Dr.Ir.Istiarto,M.Eng - PEMBIMBING 2 : Nur Qudus,S.Pd,MT - TGL UJIAN : 2007-07-03
Judul • PENGARUH KEDALAMAN ALIRAN TERHADAP PERILAKU GERUSAN LOKAL DI SEKITAR ABUTMEN JEMBATAN
Abstrak • Sungai sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia. Kenyataan ini dapat dilihat dari pemanfaatan sungai yang makin lama makin komplek, mulai dari sarana transportasi,sumber air baku, sumber tenaga listrik dan sebagainya. Gerusan (scouring) merupakan suatu proses alamiah yang terjadi di sungai sebagai akibat pengaruh morfologi sungai atau adanya bangunan air ( hydraulic structur). Bangunan seperti abutmen dapat merubah pola aliran, sehingga secara umum dapat menyebabkan terjadinya gerusan lokal. Penelitian gerusan di sekitar abutmen dilakukan di Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang menggunakan alat flume dengan panjang 6 m, tinggi 0.40 m dan lebar 0.20 m dengan kondisi aliran seragam. Penelitian tentang pola gerusan di sekitar abutmen dengan berbagai kedalaman aliran dilakukan untuk mempelajari pengaruh kedalaman aliran terhadap pola gerusan dan besarnya kedalaman gerusan yang terjadi. Model abutmen adalah tipe semi-circular-end abutment dengan panjang (La) = 0,06 m, lebar = 0,04 m dan tinggi = 0,3 m. Penelitian menggunakan 4 kedalaman aliran dengan kedalaman aliran masing – masing 0,09 m; 0,10 m; 0,11 m dan 0,12 m.Material yang digunakan berupa pasir yang lolos saringan No.10 dan tertahan saringan No.200 dengan nilai d50 = 0.49 mm. Model diuji selama 250 menit untuk setiap kali running. Penelitian ini dilakukan dengan kondisi aliran clear water scour. Hasil penelitian menunjukan gerusan maksimum terjadi pada sisi samping bagian depan abutmen sebelah hulu yaitu pada titik pengamatan 6. Perkembangan gerusan terkecil terjadi pada bagian belakang abutmen sebelah hulu maupun hilir yaitu pada titik pengamatan 1,2 dan 9. Nilai kedalaman gerusan maksimum terhadap kedalaman aliran pada abutmen dengan kedalaman aliran 0,9 m; 0,10 m; 0,11 m; dan 0,12 m secara berturut-turut adalah 1,40; 1,03; 0,83 dan 0,53. Kedalaman aliran berpengaruh terhadap kedalaman gerusan, semakin bertambah kedalaman aliran maka gerusan yang terjadi semakin kecil. Pola gerusan yang terjadi di semua abutmen dengan berbagai kedalaman aliran relatif sama meskipun dengan lebar dan kedalaman gerusan yang berbeda.
Kata Kunci • Gerusan lokal, abutmen dan kedalaman aliran.
Referensi • Abdurrasyid, J. 2005. Pengendalian Gerusan dengan Pelat di Sekitar Abutmen Jembatan pada Kondisi Ada Angkutan Sedimen (Live Bed Scour). Jurnal Teknik Gelagar. Volume 16 Nomer 01. April 2005. Surakarta : UMS Breuser. H.N.C. and Raudkivi. A.J. 1991. Scouring. IAHR Hydraulic Structure Design Manual. Rotterdam : AA Balkema. Chow, V.T. 1992. Hidraulika Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga Gunawan, H.A. 2006. Pengaruh Lebar Pilar Segiempat Terhadap Perilaku Gerusan Lokal. Skripsi. Semarang : UNNES Hanwar, S. 1999. Gerusan Lokal di Sekitar Abutment Jembatan. Tesis. Yogyakarta : PPS UGM Miller, W. 2003. Model For The Time Rate Of Local Sediment Scour At A Cylb indrical Structure. Disertasi. Florida : PPS Universitas Florida. Mira, S. 2004. Pola Gerusan Lokal Berbagai Bentuk Abutment dengan Adanya Variasi Debit. Tugas Akhir. Yogyakarta : UGM Rinaldi. 2002. Model Fisik Pengendalian Gerusan di Sekitar Abutmen Jembatan. Tesis. Yogyakarta : PPS UGM Sucipto dan Nur Qudus. 2004. Analisis Gerusan Lokal di Hilir Bed Protection. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan . Nomer 1 Volume 6. Januari 2004. Semarang : UNNES Triatmodjo, B. 2003a. Hidraulika I. Yogyakarta. Beta Offset Triatmodjo, B. 2003b. Hidraulika II. Yogyakarta. Beta Offset
Terima Kasih • http://unnes.ac.id