820 likes | 1.5k Views
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN. Moch Nukhun . noex_moch@yahoo.co.id. PENDAHULUAN. Semua sel dalam tubuh menghasilkan energi Energi digunakan untuk menyelenggarakan fungsi selulernya
E N D
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN MochNukhun. noex_moch@yahoo.co.id
PENDAHULUAN • Semua sel dalam tubuh menghasilkan energi • Energi digunakan untuk menyelenggarakan fungsi selulernya • Energi didapat melalui metabolisme zat makanan (gula/ glukosa) dalam rangkaian reaksi kimia dengan menggunakan oksigen • Reaksi kimia menghasilkan : energi, H2O dan CO2
Oksigen merupakan kebutuhan dasar yang paling vital dalam kehidupan • Apabila tubuh < O2 sel mendapat energi dari glikolisis anaerob menghasilkan energi dalam jumlah sedikit & asam laktat • Glikolisis anaerob berlangsung lama timbunan asam laktat akan merubah situasi cairan tubuh menjadi lebih asam menyebabkan aktivitas sel menurun • Dampak penurunan aktivitas sel : * nafsu makan hilang * penurunan jumlah urine * pusing/ sakit kepala * wajah nampak ngantuk * cemas * lelah Pada kondisi lebih berat : penurunan tk kesadaran koma (diawali klien gelisah & tidak kooperatif.
OKSIGENASI Proses mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2 Melibatkan sistem : • Respirasi • Kardiovaskuler Terjadi melalui 3 tahapan : • Ventilasi paru • Difusi Gas • Transportasi Gas
VENTILASI PARU • Masuknya O2 atmosfir ke dalam alveoli dan keluarnya CO2 dari alveoli ke atmosfir terjadi saat respirasi (inspirasi & ekspirasi) • Dipengaruhi oleh : a. Tekanan O2 atmosfir b. Keadaan saluran nafas c. Complience & recoil d. Pengaturan nafas
a. Tekanan O2 atmosfir • Merupakan jumlah tekanan berbagai gas yang terkandung dalam udara • Saat inspirasi udara atmosfir akan masuk
b. Keadaan saluran nafas • Selama inspirasi atau ekspirasi udara akan melewati saluran nafas hidung, pharynx, larynx, trachea, broncus, bronchiolus, alveoli • Gangguan dalam atau diluar saluran nafas ata(sekret, spasme, benda asing, masa, dll) dapat memprsulit ventilasi
c. Complience & Recoil • Daya pengembangan dan pengempisan paru dan thorax • Kemampuan dibentuk oleh : * Gerakan turun naik diafragma melalui kontraksi dan relaksasi otot diafragma untuk memperbesar dan memperkecil rongga dada gerakan akan terhambat pada : kondisi nyeri pada abdomen akibat trauma/ pembedahan, distensi abdomen * Elevasi dan depresi iga-iga untuk meningkatkan/ menurunkan diameter anteroposterior rongga dada melalui kontraksi & relaksasi otot-otot pernafasan keadaan ini dpt terganggu pada : bentuk dada yg abnormal, multiple fracture costae, gangguan hubungan saraf-otot, kerusakan pusat nafas
* Elastisitas jaringan paru yg memungkinkan alveoli dapat mengembang & mengempis. Ada 2 kemungkinan dlm abnormal elastisitas jaringan paru : a. Jaringan paru berubah menjadi jaringan ikat shg complience paru menurun b. jaringan paru dapat berkembang tetapi saat recoil terbatas shg CO2 tertahan (emphysema) * Adanya surfactant ; yaitu zat phospholipid yg terdpt pada lapisan cairan yg meliputi permukaan alveoli & bersifat menurunkan tegangan permukaan alveoli shg paru-paru mudah berkembang & mencegah kolaps paru
d. Pengaturan nafas • Pusat pengatur nafas : medulla oblangata & Pons • Area bilateral & bag ventral di dlm Medulla oblangata sangat sensitif terhdp perubahan konsentrasi H2O & CO2 • Pusat nafas terangsang oleh Peningkatan CO2 • Kenaikan CO2 meningkatkan konsentrasi H2O merangsang pusat nafas • Perangsangan pusat nafas oleh peningkatan CO2 merupakan mekanisme umpan balik yg penting untuk mengatur konsentrasi CO2 seluruh tubuh
Pengkajian keadaan saluran nafas a. Apakah klien merasa sesak atau kesulitan bernafas ? Ya Frekuensi/ tipe pernafasan ? b. Apakah klien batuk ? ya batuk kering/ sputum ? sputum jumlah, konsistensi, warna ? Adakah hemoptisis ? Apakah batuknya berat ?
c. Bagaimana suara nafasnya ? • Bersihkah ? • Adakah suara nafas tambahan, spt : * Snoring (ngorok) akibat jalan nafas tersumbat oleh pangkal lidah yg jatuh ke belakang (koma) * Gargling (spt suara kumur-kumur) terdengar saat terdpt muntahan, atau sekret pada sal nafas besar * Crowing (lengking) terdengar pada penyempitan larynx akibat spasme atau desakan oleh benda asing • Inspeksi : adanya retraksi sternokleidomastoid yg mengambarkan kesulitan inspirasi akibat sumbatan jalan nafas • Auskultasi paru, adakah : * Wheezing ; terdengar pada penyempitan jalan nafas * Rales ; terdengar pada peningkatan kelembapan saluran nafas * Ronchi ; terdengar pada akumulasi sekret
Palpasi daerah leher : adakah pembesaran thyroid • Adakah klien merasakan nyeri pada thorax atau abdomen ? Kel nyeri akan menghalangi kemampuan batuk
Dx. Keperawatan ventilasi • Jalan nafas tidak efektif, b.d : * Penumpukan sekret/ sekret yg kental/ benda asing * Trauma yg menghalangi batuk * Nyeri dada/ abd yg menghalangi ekspansi dada/paru dan batuk * Tidak sadar oleh karena pengaruh anestesi, coma yg menyebabkan relaksasi otot-otot * Penyakit yg menganggu kemampuan batuk/ pengeluaran sekret * Tidak adekuat hidrasi * Penyakit paru yg meningkatkan penumpukan sekret
Manifestasi klinik : • Suara nafas abnormal • Batuk produktif dg sekresi berlebihan • Batuk tidak produktif • Sianosis • Dispnea • Retraksi otot sternokleidomastoid • Perubahan rate dan kedalaman pernafasan
Intervensi : • Istirahat • Penumpukan sekret : a. Sekret kental : - Berikan cairan yg adekuat - Humidifikasi/ nebulisasi - Kolaborasi pemberian ekspektoran b. Sekret berada pada saluran nafas besar (s.d bronchus) : - Latihan batuk efektif (klien sadar/ koopratif & kemampuan batuk +) - Jika tdk bisa batuk (karena nyeri thorax/ abd setelah pembedahan atau trauma) kolaborasi pemberian analgesik - Jika tidak bisa batuk lakukan penghisapan lendir c. Sekret terdpt pada percabangan saluran nafas yg kecil/ alveoli lakukan fisioterapi dada dg postural drainage, kmd latihan batuk efektif atau penghisapan lendir.
3. Tersumbat/ obstruksi : - tersumbat oleh lidah yg jatuh ke belakang lakukan pemasangan oropharyngeal tube (mouth tube/ goedel) - tersumbat oleh masa, trauma atau peny lakukan kolaborasi pemasangan endotracheal tube atau tracheostomy - akibat infeksi akut, allergi yg menyebabkan spasme bronchial & edema atau bronchokonstriksi lakukan kolaborasi pemberian kortikosteroid, anti allergi atau bronchodilator
Pengkajian kemampuan complience dan recoil thorax & paru • Apakah klien mengalami kesulitan bernafas ? • Lakukan pemeriksaan fisik : * Inspeksi : - penggunaan otot-otot pernafasan tambahan (retraksi sternokleidomastoid, retraksi suprasternal, retraksi intercostal, retraksi substernal) - Frekuensi, irama, kedalaman pernafasan, rasio inspirasi & ekspirasi - Adakah distensi abdomen yg akan menghalangi turunnya diafragma * Auskultasi : - bandingkan suara aliran udara paru kiri & kanan - adakah suara nafas tambahan (rales, wheezing, ronchi) * Palpasi : - Keadaan tulang iga adakah fraktur - Vocal fremitus ? * Perkusi : - Adakah perubahan suara perkusi diatas area paru
c. Adakah klien mengalami masalah pada hub saraf-otot atau masalah system saraf d. Adakah klien mengalami nyeri abdomen/ thorak ? e. Apakah mampu melakukan aktivitas/ immobilisasi ? f. Apakah ada riwayat trauma kepala/ penggunaan obat-obatan narkotik yang menekan pusat nafas ? g. Hasil analisa gas darah ?
2. Pola nafas tidak efektif b.d : a. Obstruksi jalan nafas b. Ekspansi dada yang tidak adekuat karena immobilisasi, nyeri dada/ abdomen c. Gangguan neuromuskuler d. Penyakit paru kronis menyebabkan penumpukan udara/ cairan pada rongga pleura e. Penurunan pengeluaran CO2 karena penyakit paru (empisema) Manifestasi Klinis : Dispnea Peningkatan frekuensi pernafasan Perubahan kedalaman pernafasan Perubahan rasio inspirasi : ekspirasi Retraksi dada Dx. Keperawatan Ventilasi
Intervensi • Intervensi yg sifatnya umum untuk semua perubahan pola nafas : a. Posisi semi fowler/ fowler meningkatkan kapasitas vital paru b. Perubahan posisi memberikan kesempatan semua alveoli berkembang secara optimal c. Ambulasi/ exercise meningkatkan pembentukan energi untuk bernafas & CO2 yg akan merangsang pusat nafas 2. Intervensi spesifik : a. Latihan nafas dalam untuk pasien dengan pernafasan cepat & dangkal mencegah atelektasis b. Latihan pursed lip breathing latihan nafas diafragma/ menggunakan incentive spirometer untuk pasien dg hambatan dalam ekspirasi/ retensi CO2 3. Intervensi medis : a. Pemasangan WSD untuk menurunkan tekanan intra pleura akibat efusi pleura, pneumothorak yg menganggu pengembangan paru b. Pemasangan ventilator/ respirator/IPPB klien yg mengalami kesulitan nafas akibat gangguan pada hubungan saraf otot/ gangguan sistem saraf
DIFUSI GAS • Pertukaran antara O2 dan CO2 alveoli dengan kapiler paru • Dipengaruhi oleh : • Ketebalan membran respirasi • Luas permukaan membran • Koefisien difusi • Perbedaan tekanan
Pemeriksaan • Ketebalan membran respirasi a. Inspeksi : - Retraksi intercostals, retraksi substernal (klien dg edema paru/ radang paru akut) - Pernafasan cepat & dangkal - Pernafasan cuping hidung b. Auskultasi : - Rales (edema paru/ radang paru akut) c. Perkusi : - Redup/ dullness (edema paru/ radang paru akut)
2. Perubahan luas permukaan paru : - Adakah riwayat operasi pengangkatan lobus paru - Hasil pemeriksaan thorak photo ? 3. Perkiraan tekanan gas pada alveoli : - Tanda-tanda hambatan ventilasi
Perubahan pertukaran gas perfusi jaringan tidak adekuat b.d : - Edema paru - Congesti paru Manifestasi klinis : Hipoventilasi Penurunan kesadaran Sianosis Ekstremitas dingin & lembap Gas darah abnormal Dx. Keperawatan Difusi
Intervensi • Istirahat (intervensi utama) • Pemberian O2 untuk meningkatkan perbedaan konsentrasi/ tekanan oksigen antara alveoli dg kapiler • Membatasi intake cairan (pada klien edema paru) • Ambulasi untuk meningkatkan sirkulasi yg akan memperbaiki rasio perfusi-ventilasi • Kolaborasi : antibiotik (klien radang akut parenkim paru) • Meningkatkan intake protein melalui oral/ pemberian plasma albumin (klien dg hipoalbumin)
TRANSPORTASI GAS Untuk transportasi gas (O2 & CO2) ditentukan oleh aktivitas sistem KARDIOVASKULER
Transport Oksigen Oksigen dapat ditransport dari kapiler paru ke jaringan-jaringan melalui 2 cara : • Secara fisik : larut dalam plasma 3 % • Secara Kimia : berikatan dengan Hb dalam bentuk oxyhaemoglobin/ HbO2 97 %
Transport CO2 Transport dari jaringan ke paru-paru kemudian dikeluarkan ke atmosfir, dilakukan dengan cara : • Secara fisik : larut dalam plasma 5 % • Secara kimia : bergabung dengan Hb membentuk Carbaminohaemoglobin 30 % • Berikatan dengan air dan kemudian membentuk bikarbonat plasma 65 %
Dalam keadaan istirahat sekitar 4 ml CO2 per 100 ml darah ditransport dari jaringan ke paru-paru CO2 penting bagi keseimbangan asam basa
TRANSPORTASI GAS DIPENGARUHI OLEH : • Curah Jantung • Jumlah eritrosit • Exercise • Hematokrit darah • Keadaan pembuluh darah
Curah Jantung • Normal dewasa 5 lt • Melalui darah ditransport sekitar 5 ml O2 & 4 ml CO2 per 100 ml darah • Peningkatan curah jantung kecepatan transport O2 ke jaringan & CO2 dari jaringan
Jumlah Eritrosit • O2 ditrasport secara kimia berikatan dengan Hb yang terdapat dalam eritrosit • Penurunan eritrosit & konsentrasi Hb menurunkan transport oksigen
Exercise • Pada gerak badan/ atlet terlatih kecepatan transport O2 ke jaringan meningkat 15-20 kali dari normal • Exercise meningkatkan produksi CO2 merangsang pusat nafas & meningkatkan kecepatan denyut jantung sehingga mempercepat pengiriman CO2 keluar tubuh
Hematokrit • Peningkatan hematokrit akan meningkatkan viskositas darah sehingga beban jantung meningkat mengakibatkan penurunan curah jantung • Peningkatan HCT menggambarkan jumlah cairan berkurang, sementara 65 % CO2 ditransport dalam keadaan berikatan H2O • Penurunan HCT menggambarkan rendahnya konsentrasi eritrosit dalam darah menyebabkan penurunan transportasi O2
Keadaan pembuluh darah • Sumbatan/ penyempitan pembuluh darah (arterioslerosis) penurunan pengiriman darah berakibat penurunan transportasi O2 ke jaringan • Sumbatan vena penurunan pengiriman CO2 ke jaringan
Untuk memperkirakan transportasi gas, dilakukan pemeriksaan : • Evaluasi curah jantung : * Apakah klien mengalami nafas pendek, kelelahan, ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari ? * Amati sirkulasi perifer : - Adakah perasaan tidak nyaman pada dada ? - Adakah peningkatan/penurunan BB ? - Adakah pembengkakan ekstremitas ? - Adakah klien mengeluh pusing, sakit kepala, palpitasi ? - Berapa jumlah urine output ? - Amati status mental/ tingkat kesadaran klien * Perkirakan keadaan otot jantung : - Pemeriksaan serum enzim - Pemeriksaan EKG
* Pemeriksaan suara jantung : - S1-S2 - Suara jantung tambahan : S3-S4, murmur * Lakukan pemeriksaan : - Tekanan darah pada berbagai posisi (N. 5-10 mmHg) - Hitung pulse pressure - Radial pulse - Frekuensi denyut jantung - CTR - CVP - Adanya distensi vena jugularis - Adanya hepato jugular reflux - Serum elektrolit • Evaluasi jumlah eritrosit & Hb • Evaluasi keadaan cairan tubuh : - Periksa tekanan darah - Periksa HCT dan bandingkan dengan Hb (N. 3 x Hb) - Amati tanda-tana kelebihan / kekurangan cairan
Evaluasi kondisi pembuluh darah : * Sumbatan arteri : area distal sumbatan menjadi : - Pucat atau sianosis - pada rabaan dingin - Klien mengeluh nyeri terutama saat digerakkan - Kulit nampak kering - nadi kadang-kadang tak teraba * Sumbatan vena : area proksimal sumbatan menjadi : - kemerahan - pada rabaan panas - klien mengeluh nyeri - Tampak bengkak
Dx. Keperawatan Transportasi Gas • Hambatan transportasi gas b.d defisiensi hemoglobin Manifestasi Klinis : - Mudah lelah - Pusing/ sakit kepala
Intervensi • Kolaborasi dengan medis pemberian transfusi darah ( jika diperlukan ) • Perbaiki diet (TKTP) & banyak mengkonsumsi sayuran berklorophyl
2. Perubahan curah jantung b.d - Disfungsi jantung akibat penyakit pada arteri coronaria, penyakit katub jantung, abnormal struktur, kegagalan konduksi - Penurunan volume cairan intravaskuler - Cardiac arrest - Imbalance elektrolit Manifestasi Klinis : Arrythmia jantung Perubahan tekanan darah Adanya abnormalitas suara jantung : S3, S4, Murmur Pucat, sianosis pada kulit dan mukosa membran Kulit dingin dan lembab Batuk dengan sputum bercak kemerahan Abnormalitas elektrolit terutama kalium
Intervensi • Untuk mengatasi masalah penurunan curah jantung banyak intervensi medis yang sangat spesifik sesuai dengan penyebabnya • Ners melakukan intervensi sebagai implikasi dari intervensi medis, misalnya :
Disfungsi Jantung (payah jantung) • Intervensi keperawatan : - Istirahat - Batasi intake cairan - Batasi intake natrium • Intervensi medis : - Pemberian digokxin sebelum pemberian periksa denyut jantung (DJ 60- 80x/mt) kolaborasi untuk perubahan dosis/ hentikan sementara), periksa seum Kalium ( K < 3,5 mEq/l koreksi kalium)
Penurunan cairan intravaskuler • Intervensi medis : - Pemberian cairan melalui intravenousline (infus) sesuai kebutuhan Implikasi keperawatan : * Tentukan tempat yg sesuai * Observasi kecepatan tetesan & lokasi * Catat intake & output * Observasi tanda-tanda vital
Cardiac arrest • Intervensi : Resusitasi cardio-pulmo-cerebral
Imbalance elektrolit • Intervensi : Koreksi elektrolit
Kebutuhan O2 dipengaruhi oleh : • Ketinggian • Lingkungan (dingin/ panas) • Latihan/ Exercise • Emosi (takut, cemas, marah) • Status kesehatan • Gaya hidup (perokok)
THERAPI OKSIGEN Suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara : • Meningkatkan kadar oksigen inspirasi (FiO2) • Meningkatkan tekanan oksigen (hiperberik)