E N D
2. Konsep Iman • Konsep iman yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang pokok yang mendasari keseluruhan pemikiran tentang keyakman dan kepercayaan dalam hal-hal keagamaan, Konsep iman yang dikemukakan oleh aliran-aliran dalam Ilmu Kalam tidak sama. Hal ini juga karena dipengaruhi oleh teori mengenai kekuatan akal dan fungsi wahyu.
Asy'ariah, misalnya, mengatakan bahwa akal manusia tidak bisa sampai kepada kewajiban mengetahui Tuhan, kecuali melalui wahyu. Wahyulah yang mengatakan dan menerangkan kepada manusia bahwa ia berkewajiban mengetahui Tuhan; dan manusia harus menerima kebenaran itu. Oleh karena itu, dalam pandangan Asy'ariah, iman berarti tashdiq (membenarkan).
Sebagaimana dikatakan Al-Asy'ari, iman itu al-tashdiq bi Allah, membenarkan kabar tentang adanya Allah. Selanjutnya, ia mengatakan, iman adalah pengakuan dalam hati tentang keesaan Tuhan dan kebenaran para rasul serta segala apa yang mereka bawa dari Allah.
Mengucapkannya dengan lisan dan mengerjakan rukun-rukun Islam merupakan cabang dari iman. Selanjutnya, fasiq (berdosa besar), jika meninggal dunia tanpa tobat, nasibnya terletak di tangan Allah.
Ada kemungkinan Tuhan akan mengampuni dosa-dosanya, ada pula kemungkinan Tuhan tidak mengampuninya dan menyiksanya sesuai dengan dosa-dosa yang dibuatnya; baru kemudian ia dimasukkan ke dalam surga karena ia tak mungkin kekal di dalam neraka.
Al-Baghdadi juga memberikan batasan iman yang hampir sama dengan Al-Asy'ari: "Iman adalah tashdiq (membenarkan) tentang adanya Tuhan, para rasul, dan berita-berita yang mereka bawa. Tashdiq tidak sempurna jika tidak disertai pengetahuan." Jadi, iman itu hanyalah tashdiq; dan pengetahuan tidak timbul kecuali setelah datangnya kabar yang dibawa wahyu bersangkutan.
Dalam pandangan Mu'tazilah – yang beranggapan bahwa akal manusia bisa sampai kepada kewajiban mengetahui Tuhan – iman tidak bisa mempunyai arti tashdiq (iman dalam arti pasif). Menurut mereka, iman mesti mempunyai arti aktif, sebab manusia, melalui akalnya, mesti dapat sampai kepada kewajiban mengetahui Tuhan. Jadi, iman dalam arti mengetahui itu belum cukup.
Abd Al-Jabbar menambahkan, "Orang yang mengetahui Tuhan tetapi melawan kepada-Nya, berarti bukan orang mukmin." Iman bukanlah tashdiq, tetapi amal yang timbul sebagai akibat dari mengetahui Tuhan. Iman itu pengimplementasian perintah-perintah Tuhan.
Perintah-perintah Tuhan itu, menurut Abu Al-Huzail, bukan yang wajib saja, tetapi juga yang sunat. Sedangkan menurut Al-Jubba'i, yang dimaksud dengan itu hanyalah perintah yang bersifat wajib. Lain halnya dengan Al-Nazham yang beranggapan bahwa iman itu menjauhi dosa-dosa besar.
Pendapat Maturidiah Bukhara, dalam masalah iman, sama dengan Asy'ariah. Iman itu harus merupakan tashdiq, bukan ma'rifah (amal). Sebagaimana dikemukakan Al-Bazdawi, iman adalah kepercayaan dalam hati yang dinyatakan dengan lisan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia dan tidak ada yang serupa dengan-Nya.
Kepatuhan kepada perintah-perintah Tuhan merupakan akibat dari iman. Orang yang meninggalkan kepatuhan kepada Tuhan bukanlah kafir. Mukmin yang melakukan dosa besar tidak akan kekal di dalam neraka, meskipun ia meninggal dunia sebelum sempat bertobat dari dosa-dosanya. Nasibnya di akhirat terletak pada kehendak Allah.
Orang seperti ini mungkin memperoleh ampunan Allah dan masuk surga, mungkin pula dosanya diampuni, dan karenanya ia dimasukkan ke dalam neraka sesuai kehendak Allah, kemudian baru dimasukkan ke dalam surga.
Adapun mukmin yang melakukan dosa kecil, dosa-dosa kecilnya dihapus-kan oleh kebaikan, seperti salat dan kewajiban-kewajiban lain yang dilakukannya. Dengan demikian, dosa besar – apalagi dosa kecil – tidak menyebabkan seseorang keluar dari iman.
Adapun iman, menurut Maturidiah Samarkand, mesti lebih dari tashdiq, karena akal, sebagaimana Mu'tazilah, dapat sampai kepada mengetahui Tuhan.
Al-Maturidi sendiri berpendapat, iman itu mengetahui Tuhan dalam ketuhanan-Nya, ma'rifah adalah mengetahui Tuhan dengan segala sifat-Nya, dan tauhid adalah mengenal Tuhan dalam keesaan-Nya. Jadi, menurutnya, iman tidak hanya tashdiq, tetapi ma'rifah (amal).