240 likes | 574 Views
Hasil Evaluasi Perilaku Kerja. Pusat Konsultasi dan Layanan Psikologi Universitas Surabaya. 1. Sistem Penilaian Perilaku kerja. 2. Sistem penilaian perilaku kerja dilakukan secara objektif, terukur dan akuntabel. 1. Sistem Penilaian Perilaku kerja. 3.
E N D
Hasil Evaluasi Perilaku Kerja Pusat Konsultasi dan Layanan Psikologi Universitas Surabaya
1. Sistem Penilaian Perilaku kerja 2 Sistem penilaian perilaku kerja dilakukan secara objektif, terukur dan akuntabel.
3. Kesesuaian Psikometri Pengukuran perilaku kerja 6 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa validitas konstruk dengan analisis faktor menunjukan semua pengukuran telah valid dengan nilai factor loading >0.550. Reliabilitas secara keseluruhan menunjukkan Pengukuran yang sangat reliabel yaitu 0.92 namun pada aspek kreativitas kurang reliabel. Hal ini dikarenakan jumlah butir yang hanya 3 item.
Rerata skor per aspek perilaku kerja seluruh SKPD 8 Padagrafik di atasmenunjukanskorterendahpadaaspekperilakukerjaseluruh SKPD padaaspekkreativitasdankomitmen. Sedangpenilaiantertinggipadaaspekdisiplin.
Tingkat kelulusan perilaku kerja dengan cut off point <76 10
Perbandingan Penilaian Perilaku Kerja: Atasan, Rekan dan Bawahan 12 Data seluruh SKPD menunjukan kecenderungan atasan dinilai lebih lebih tinggi sedang rekan kerja dinilai lebih rendah ketimbang bawahan. Namun demikian rerata skor menunjukkan kecenderungan mendekati skor skala 6.
Perbandingan Penilaian Perilaku Kerja: Atasan, Rekan dan Bawahan 13
Perbandingan Penilaian Perilaku Kerja: Atasan, Rekan dan Bawahan 14 Penilaian rater baik atasan, rekan dan bawahan pada dasarnya tidak bermasalah karena nilai standart deviasi masing-masing aitem atau butir pertanyaan kurang dari 2. memiliki kecenderungan penilaian pada skor 6
5. Evaluasi Pengukuran perilaku kerja 15 Meskipun secara psikometri alat pengukuran perilaku kerja telah memadai namun demikian pada aspek tertentu (kreativitas dan komitmen) perlu ditingkatkan validitas dan reliabilitasnya. Terdapat kecenderungan penilaian baik atasan, rekan dan bawahan mendekati skor skala 6 yang menunjukan adanya kecenderungan “faking good” atau model penilaian yang aman.
5. Evaluasi Pengukuran perilaku kerja 16 Tingkat kelulusan pada skor dengan cut off 76 menunjukan perbedaan yang mencolok antar SKPD mengingat terdapat SKPD yang rate ketidaklulusan 20-40% hingga ke SKPD yang sama sekali tidak ada yang tidak lulus sama sekali. Harus hati-hati dalam interpretasi hal ini.
6. Rekomendasi 17 Prinsip pengukuran perilaku kerja menggunakan prinsip dalam development centre yang terbuka dan bertujuan untuk memberikan masukan kepada setiap pegawai negeri akan evaluasi penilaian perilaku kerja. Evaluasi bukan nilai akhir melainkan sebagai feedback terhadap pegawai negeri untuk mengubah perilaku kerjanya sesuai dengan standar.
6. Rekomendasi 18 Ancaman mendasar pada pengukuran perilaku kerja adalah “faking good” atau penilaian yang mengarah pada nilai aman yaitu skor 6 menyebabkan reliabilitas dan validitas pengukuran menurun. Secara umum teknik norming yang paling mudah adalah dengan mengambil patokan definisi (norma ideal). Diperlukan waktu serta penilaian berulang-ulang agar penilai dapat mendapat standart penilaian yang tepat.
6. Rekomendasi 19 Penilaian SKPD perlu dikorelasikan dengan penilaian lain misal KPI (Key Performance Indicator) per SKPD. Semestinya terdapat korelasi positif antara nilai perilaku kerja dengan KPI yang dituju sehingga akan nampak jelas SKPD yang memiiki nilai perilaku kerja yang baik juga memiliki KPI atau sebaliknya. Meningkatkan reliabilitas item dengan menambah item untuk setiap aspek menjadi 4 aitem per aspek dan administrasi penilaian ditambah waktunya agar dapat menilai lebih objektif dan distinktif (berbeda).
6. Rekomendasi 20 Terdapat bias penilaian terhadap atasan dengan skor cenderung tinggi namun masih di bawah batas toleransi dengan standart deviasi di bawah 2. Perlu keberanian dari bawahan agar lebih berani menilai secara objektif. Tindak lanjut dari pengukuran perilaku adalah coaching atau feedback atasan kepada bawahan untuk mendiskusikan aspek perilaku kerja yang dianggap kurang.