810 likes | 1.4k Views
SELAMAT DATANG DI RUMAH BESAR KITA. ASSALAAMU’ALAIKUM WR.WB. 3. PENDEKATAN MEMPELAJARI MUHAMMADIYAH. PENDEKATAN HISTORIS PENDEKATAN IDIOLOGIS PENDEKATAN ORGANISATORIS. ARTI DAN PENGERTIAN MUHAMMADIYAH. ARTI MUHAMMADIYAH
E N D
SELAMAT DATANG DI RUMAH BESAR KITA • ASSALAAMU’ALAIKUM WR.WB
3. PENDEKATAN MEMPELAJARI MUHAMMADIYAH • PENDEKATAN HISTORIS • PENDEKATAN IDIOLOGIS • PENDEKATAN ORGANISATORIS
ARTI DAN PENGERTIAN MUHAMMADIYAH • ARTI MUHAMMADIYAH • Kata ‘ Muhammadiyah “ berasal dari kata “ Muhammad “ dan “ Ya “ ( Nisbiyah ), berarti : Pengikut Nabi Muhammad saw. • Persyarikatan ini diberi nama “ Muhammadiyah “ untuk bertafa’ul terhadap prilaku beliau Nabi Muhammad saw.
Muhammadiyah ? • “Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah.” (Anggaran Dasar Muhammadiyah Bab II, Pasal 4 ayat 1)
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam • Muhammadiyah bercita-cita dan bekerja didasarakan pada nilai ajaran Islam dan untuk terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah di muka bumi
Bagi Muhammadiyah Islam merupakan nilai utama sebagai fondasi dan pusat inspirasi yang menyatu dalam denyut nadi gerakan
Muhammadiyah berkeyakinan bahwa risalah yang dibawa para Nabi hingga Nabi akhir zaman Muhammad s.a.w, adalah agama Allah yang lengkap dan sempurna. Yang didalamnya mengandung ajaran berupa perintah-perintah dan larangan – larangan tetapi juga petunjuk – petunjuk untuk keselamatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat
Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang mengandung nilai – nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan
“ kemajuan “ dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulanhidup lahiriah dan ruhaniah.
Islam yang berkemajuan melahirkan dan memancarkan pencerahan yang secara teologis merupakan refleksi dari nilai – nilai transendetal, liberasi, emansipasi, dan humanisasai sebagaimana terkandung dalam Q.S. Ali Imran 104 dan 110 ( yang menjadi inspirasi lehirnya Muhammadiyah )
10. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Islam berkemajuan menyemaikan benih – benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, serta keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. Islam yang mnjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki – laki maupun perempuan. Islam yag menggelorakan misi anti kekerasan, anti penindasan, anti keterbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi, penyalah gunaan kekuasaan, korupsi, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam.
2. DAKWAH AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR DITUJUKAN KEPADA PERSEORANGAN DAN MASYARAKAT PERSEORANGAN MASYARAKAT : BERSIFAT PERBAIKAN, BIMBINGAN SERTA PERINGATAN ISLAM : TAJDID KESEMUANYA UNTUK MENEGAKKAN DAN MENJUNJUNG TINGGI AGAMA ISLAM SEHINGGA TERBENTUK MASYARAKAT ISLAM YANG SEBENAR-BENARNYA NON ISLAM : DIAJAK AGAR MASUK ISLAM
adapun da’wah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Dan dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan (dinul khadloroh ) yang kehadirannya membawa Rahmatan lil’alamin
MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN TAJDID TAJDID : PEMURNIAN AJARAN ISLAM PENGEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM ( DINAMISASI )
SUMBER AJARAN ISLAM • AL – QUR’AN • AS – SUNNAH
AL-QUR’AN • Al- qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw ( baik isi maupun redaksinya )melalui perantara Malaikat Jibril as.
2. As- Sunnah As-Sunnah adalah semua ucapan, perbuatan, taqrir dan sifat – sifat Nabi Muhammad saw.
Pengembangan pemiiran Islam • Pemikiran keislaman meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan tuntunan kehidupan keagamaan secara praktis, wacana moralitas publik dan discorse keislaman dalam merespon dan mengantisipasi perkembangan kehidupan manusia. Masalah yang selalu hadir dari kandungan sejarah tersebut mengharuskan adanya penyelesaian. Muhammadiyah berusaha menyelesaikannya melalui proses triadik/hermeneutis (hubungan kritis/komunikatif dialogis) antara normativitas din (al-ruj'u ila al-Qur'an wa sl-sunnah al-maqbulah), historisitas berbagai penafsiran atas din, realitas kekinian dan prediksi masa depan. Mengingat proses hermeneutis ini sangat dipengaruhi oleh asumsi (pandangan dasar) tentang agama dan kehidupan, di samping pendekatam dan teknis pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut, maka Muhammadiyah perlu merumuskannya secara spesifik. Dengan demikian diharapkan ruhul ijtihad dan tajdid terus tumbuh dan berkembang.
IJTIHAD • Ijtihad : Mencurahkan segenap kemampuan berfikir dalam menggali dan merumuskan ajaran Islam baik bidang hukum, aqidah, filsafat, tasawwuf, maupun disiplin ilmu lainnya berdasarkan wahyu dengan pendekatan tertentu.
MAQASHID AL-SYAR’I • Maqashid al-Syari'ah : Tujuan ditetapkan hukum dalam Islam adalah untuk memelihara kemashlahatan manusia sekaligus untuk menghindari mafsadat, yakni memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Tujuan tersebut dicapai melalui penetapan hukum yang pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber hukum (al-Qur'an dan al-Sunnah).
TALFIQ • Talfiq : Menggabungkan beberapa pendapat dalam satu perbuatan syar'i. Talfiq terjadi dalam konteks taqlid dan ittiba'. Muhammadiyah membenarkan talfiq sepanjang telah dikaji lewat proses tarjih.
TARJIH • Tarjih : Secara teknis tarjih adalah proses analisis untuk menetapkan hukum dengan menetapkan dalil yang lebih kuat (rajih), lebih tepat analogi dan lebih kuat maslahatnya. Sedangkan secara institusional majlis tarjih adalah lembaga ijtihad jama'i (organisatoris) di lingkungan Muhammadiyah yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang meiliki kompetensi ushuliyah dan ilmiyah dalam bidangnya masing-masing.
AL-SUNNAH AL-MAQBULAH • Al-Sunnah al-maqbulah : perkataan, perbuatan dan ketetapan dari Nabi saw. Yang menurut hasil analisis memenuhi kreteria shahih dan hasan.
TA’ABBUDI • Ta'abbudi : Perbuatan-perbuatan ubudiyah yang harus dilakukan oleh mukallaf sebagai wujud penghambaan kepada Allah swt. tanpa boleh ada penambahan atau pengurangan. Perbuatan ta'abbudi tidak dibenarkan dianalisis secara rasional.
TA’AQQULI • Ta'aqquli : Perbuatan-perbuatan ubudiyah mukallaf yang bersifat ta'aqquli berkembang dan dinamis. Perbuatan ta'aqquli bisa dianalisis secara rasional.
SUMBER HUKUM • Sumber Hukum : Sumber hukum bagi Muhammadiyah adalah Al-Qur'an dan Al-Sunnah al-maqbulah.
QOTH’IYYUL AL-WURUD • Qath'iyyu al-Wurud : Nash yang memiliki kepastian dalam aspek penerimaannya karena proses penyampaiannya meyakinkan dan tidak mungkin ada keterputusan atau kebohongan dari pada penyampaiannya. Qath'iyyu al-Wurud
QATH’IYYU AL-DALALAH • Qath'iyyu al-Dalalah : Nash yang memiliki makna pasti karena dikemukakan dalam bentuk lafadz bermakna tunggal dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna lain.
DHANNIYU AL-WURUD • Dhanniyu al-wurud : Nash yang tidak memiliki kepastian dalam aspek penerimaannya, karena poses penyampaiannya kurang menyakinkan dan karena ada kemungkinan keterputusan, kedustaan, kelupaan di antara para penyampainya.
PENERTIANIJTIHAD • Ijtihad : mencurahkan segenap kemampuan berfikir dalam menggali dan merumuskan syar'i yang bersifat dhanni dengan menggunakan metoda tertetntu yang dilakukan oleh yang berkompeten baik scara metodologis maupun permasalahan.
POSISI DAN FUNGSI IJTIHAD • Posisi ijtihad bukan sebagai sumber hukum melainkan sebagai metode penetapan hukum, sedangkan fungsi ijtihad adalah sebagai metode untuk merumuskan ketetapan-ketetapan hukum yang belum terumuskan dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah.
Ruang lingkup ijtihad • Masalah-masalah yang terdapat dalam dalil-dalil dhanni. • Masalah-masalah yang secara eksplisit tidak terdapat dalam Al-qur'an dan Al-Sunnah.
Metode, pendekatan dan tekhnik • 1. Metode • Bayani (semantik) yaitu metode yang menggunakan pendekatan kebahasaan • Ta'lili (rasionalistik) yaitu metode penetapan hukum yang menggunakanpendekatan penalaran • Istislahi (filosofis) yaitu metode penetapan hukum yang menggunakan pendekatan kemaslahatan
2. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam menetapkan hukum-hukum ijtihadiah adalah : Al-Tafsir al-ijtima'i al-ma'asir (hermeneutik) Al-Tarikhiyyah (historis) Al-Susiulujiyah (sosiologis) Al-Antrufulujiyah (antropologis)
3. Teknik • Teknik yang digunakan dalam menetapkan hukum adalah : • Ijmak • Qiyas • Mashalih Mursalah • Urf
Ta'arudh Al-Adillah • Ta'arudh Al-Adillah adalah pertentangan beberapa dalil yang masing-masing menunjukkan ketentuan hukum yang berbeda. • Jika terjadi ta'arudh diselesaikan dengan urutan cara-cara sebagai berikut : • Al-Jam'u wa al-taufiq, yakni sikap menerima semua dalil yang walaupun dhairnya ta'arudh. Sedangkan pada dataran pelaksanaan diberi kebebasan untuk memilihnya (tahyir). • Al-Tarjih, yakni memilih dalilyang lebih kuat untuk diamalkan dan meninggalkan dalil yang lebih lemah. • Al-Naskh, yakni mengamalkan dalil yang munculnya lebih akhir. • Al-Tawaqquf, yakni menghentikan penelitian terhadap dalil yang dipakai dengan cara mencari dalil baru.
Ta'arudh Al-Adillah • Ta'arudh Al-Adillah adalah pertentangan beberapa dalil yang masing-masing menunjukkan ketentuan hukum yang berbeda. • Jika terjadi ta'arudh diselesaikan dengan urutan cara-cara sebagai berikut : • Al-Jam'u wa al-taufiq, yakni sikap menerima semua dalil yang walaupun dhairnya ta'arudh. Sedangkan pada dataran pelaksanaan diberi kebebasan untuk memilihnya (tahyir). • Al-Tarjih, yakni memilih dalilyang lebih kuat untuk diamalkan dan meninggalkan dalil yang lebih lemah. • Al-Naskh, yakni mengamalkan dalil yang munculnya lebih akhir. • Al-Tawaqquf, yakni menghentikan penelitian terhadap dalil yang dipakai dengan cara mencari dalil baru.
NETODE TARJIH TERHADAP NAS • Pentarjihan terhadap nash dilihat dari beberapa segi : • sanad • kualitas maupun kuantitas rawi • bentuk dan sifat periwayatan • sighat al-tahamul wa al-ada' • Segi matan • matan yang menggunakan sighat nahyu lebih rajih dari sighat amr • matan yang menggunakan sighat khas lebih rajih dari sighat 'am • Segi Materi hukum • Segi Eksternal
Posisi Islam dan pemikiran Islam • Posisi Islam dan pemikiran Islam. Membedakan antara Islam dan pemikiran Islam sangat penting di sini. Pemikiran Islam bukanlah wilayah yang terbebas dari intervensi historisitas (kepentingan) kemanusiaan. Kita mengenal perubahan dalam pemikiran Islam sejalan dengan perbedaan ruang dan waktu. Pemikiran Islam tidak bercita-cita untuk mencampuri nash-nash wahyu yang tidak berubah (al-nushushu al-mutanahiyah) melalui tindakan pengubahan baik penambahan dan pengurangan atau bahkan pengapusan. Bagaimanapun kita sepakat bahwa Islam (obyektif) sebagai wahyu adalah petunjuk universal bagi umat manusia. Pemikiran Islam juga tidak diarahkan untuk mengkaji Islam subyektif yang ada dalam kesadaran atau keimanan setiap para pemeluknya. Karena dalam wilayah ini, Allah secara jelas menyakatan kebebasan bagi manusia untuk iman atau kufur, untuk muslim atau bukan (freedom of religion; qs. Al-Baqarah 256; Al-Kafirun 1-6). Pemikiran Islam lebih diarahkan untuk mengkaji dan menelaah persoalan-persoalan dalam realitas keseharian unat muslim yang "lekang dan lapuk oleh ruang dan waktu" (al-waqai' ghairu mutanahiyah).
Fungsi Pemikiran Islam. Pemikiran Islam dibangun dan dikembangkan untuk mendukung universalitas Islam sebagai petunjuk bagi manusia menuju kesalehan individual dan kesalehan sosial. Kesalehan individual lebih berkaitan dengan persoalan-persoalan praktek-praktek keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara kesalehan sosial berhubungan erat dengan persoalan-persoalan moralitas publik (public morality). Dalam wilayah kesalehan individual, pemikiran Islam berupaya memberikan kontribusi berupa petunjuk-petunjuk praktis keagamaan (religious practical guidance), ibadah mahdlan dan masalah-masalah yang menyangkut moralitas pribadi (private morality). Sedangkan dalam wilayah kesalehan sosial, pemikiran Islam merespon wacana kontemporer, seperti masalah sosial-keagamaan, sosial budaya, sosial ekonomi, globalisasi dan lokalisasi, iptek, lingkungan hidup, etika dan rekayasa genetika serta bioteknologi, isu-isu keadilan hukum, ekonomi, demokratisasi, HAM, civil society, kekerasan sosial dan agama, geneder, dan pluralisme agama, sekaligus merumuskan dan melaksanakan terapannya dalam praksis sosial.
Metodologi Pemikiran Islam. Dalam Islam dikenal ada dua macam kebenaran, yaitu kebenaran ikhbary dan kebenaran nazary. Yang pertama adalam kebenaran wahyu yang datang langsung dari Allah swt.. Karena itu bersifat suci dan bukan obyek kajian dalam pemikiran Islam. Yang kedua adalah kebenaran yang diperoleh secara ta'aquly. Namun tak dapat dipungkiri bahwa Islam tidak berada dalam ruang hampa. Nash-nash atau wahyu yang diintepretasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan pengarang, pembaca maupun audiensnya. Ada rentang waktu --dulu, kini, mendatang -- di hadapan ketiga pihak di atas. Inilah yang disebut dengan lingkaran hermeneutis (hermeneutical circle); suatu perubahan terus menerus dalam melakukan interpretasi terhadap kitab suci (al-nushushu al-mutanahiyah) yang dipandu oleh perubahan-perubaan berkesinambungan dalam realitas masa kini, baik individu maupun masyarakat. Dalam kontek yang terus berubah ini, kebutuhan akan cara pembacaan baru atas teks-teks dan realitas itu menjadi tak terelakkan. Dengan memahami lingkaran hermeneutis semacam ini, muslim tidak perlu mengulang-ngulang tradisi lama (turath) yang memang sudah usang untuk kepentingan kekinian dan kedisinian, tapi juga bukan berarti menerima apa adanya modernitas (hadathah). Kewajiban muslim adalah melalukan pembacaan atas teks-teks wahyu dan realitas itu secara produktif (al-qira'ah al-muntijah, bukan al-qira'ah al-mutakarrirah).
Dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan perkembangan, kontinuitas dan perubahan (al-istimrar wa al-istihalah) dalam realitas kontemporer, perlu diupayakan perubahan paradigma. Perubahan paradigma tidak berarti semua tradisi ditinggalkan, tetapi patut dipahami sebagai upaya modifikasi tradisi pemikiran Islam dalam ukuran tertentu sesuai dengan problem sosial yang ada; dan atau merubah secara total tradisi dengan sesuatu yang sama sekali baru. Yang pertama dalam rangka menjaga kontinuitas dalam pemikiran keislaman atau melakukan pengembangan, sementara yang kedua adalah untuk memproduksi pemikiran keislaman yang sama sekali baru. Perubahan paradigma mengandaikan metodologi --pendekatan dan metode-- baru untuk merespon problem-problem di atas sekaligus aplikasinya dalam praksis sosial. Dengan demikian, pemikiran Islam berpegang pada adagium al-muhafazatu ala al-qadim al-salih ma'a al-akhdh wa al-ijad bi al-jadid al-aslah.
Dengan rekayasa epistemologis semacam ini, terbuka kesempatan bagi munculnya wacana keislaman dalam Muhammadiyah dengan karakteristik antara lain : produktif atau bukan sekedar pengulangan tradisi lama untuk memecahkan masalah baru; fleksible dalam arti pemikiran Islam termodifikasi secara luwes, tidak kaku dan terbuka atas kritik dan pengembangan; imaginatif dalam arti membuka horison pemahaman dan pendalaman baru melalui istkhsaf; kreatif dalam melahirkan wilayah-wilayah baru (yang selama ini "tak terpikirkan" dan "belum terpikirkan") untuk dipikirkan; dan akibatnya wacana keislaman kontemporer benar-benar berada dalam pergumulan sejarah yang efektif (effective history) dan tidak ahistoris.
Prinsip Pengembangan Pemikiran Islam • Manhaj peengembangan pemikiran Islam dikembangkan atas dasar prinsip-prinsip yang menjadi orientasi utamanya, yaitu : • Prinsip al-mura'ah (konservasi) yaitu upaya pelestarian nilai-nilai dasar yang termuat dalam wahyu untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Pelestarian ini dapat dilakukan dengan cara pemurnian (purification) ajaran Islam. Ruang lingkup pelestarian adalah bidang aqidah dan ibadah mahdhah. • Prinsip al-tahdithi (inovasi) yaitu upaya penyempurnaan ajaran Islam guna memenuhi tuntutan spiritual masyarakat Islam sesuai dengan perkembangan sosialnya. Penyempurnaan ini dilakukan dengan cara reaktualisasi, reinterpretasi, dan revitalisasi ajaran Islam. • Prinsip al-ibtikari (kreasi) yaitu penciptaan rumusan pemikiran Islam secara kreatif, konstraktif dalam menyahuti permasalahan aktual. Kreasi ini dilakukan dengan menerima nilai-nilai luar Islam dengan penyesuaian seperlunya (adaptatif). Atau dengan penyerapan nilai dan elemen luaran dengan penyaringan secukupnya (selektif).