461 likes | 1.59k Views
PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNISI PADA REMAJA. KELOMPOK 1 ANGGOTA : REGGY INDRI K 2013 71 003 ROSY FITRIYANI 2013 71 056 GHEA NINDITA 2013 71 062 JUWITA SARI 2013 71 072 MARCO WIDIA 2013 71 097 HENRY HARMAWAN 2013 71 138 HARJUN 2013 71 096. Pengertian Remaja.
E N D
PERKEMBANGAN FISIK DAN KOGNISI PADA REMAJA KELOMPOK 1 ANGGOTA : REGGY INDRI K 2013 71 003 ROSY FITRIYANI 2013 71 056 GHEA NINDITA 2013 71 062 JUWITA SARI 2013 71 072 MARCO WIDIA 2013 71 097 HENRY HARMAWAN 2013 71 138 HARJUN 2013 71 096
Pengertian Remaja Masa remaja atau adolescence adalah periode perkembangan transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa. Periode ini bukan hanya ditandai dengan perubahan fisik dan fungsi organ seks yang meningkat tapi juga pencapaian kemandirian dan identitas yang menonjol. Pemikiran mereka menjadi semakin logis, abstrak, dan idealistis.
Pembagian Masa Remaja • Remaja awal antara usia 12-15 tahun • Remaja pertengahan usia 15-18 tahun • Remaja akhir usia 19-22 tahun
Pengertian Fisik perkembangan fisik adalah perubahan – perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensorik dan keterampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh/fisik ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan.
Perkembangan Fisik Remaja 1. Fase pra remaja yaitu: pertumbuhan badan sangat cepat. Wanita nampak lebih cepat daripada laki-laki. Pertumbuhan anggota badan dan otot-otot sering berjalan tak seimbang. Seks primer dan sekunder mulai berfungsi dari produktif ditandai mimpi pertama bagi laki-laki dan m,enstruasi bagi perempuan.
2. Fase remaja yaitu: Bentuk badan lebih banyak memanjang daripada melebar terutama bagian kaki dan tangan. Akibat produksi kelenjar hormon menimbulkan jerawat dan timbulnya dorongan seksual terhadap lawan jenis, akibat matangnya kelenjar seks. 3. Fase adolescence (akhir masa remaja) yaitu: pertumbuhan badan merupakan batas optimal kecuali bertambah berat badan. keadaaan badan dan anggotanya menjadi berimbang, muka berubah menjadi semetris sebagaimana layaknya orang dewasa.
Ciri-Ciri Remaja • Pada wanita: • Pertumbuhan tulang pada tubuh • Pertumbuhan payudara • Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan. • Mencapainya pertumbuhan badan yang maksimal setiap tahunnya. • Bulu kemaluan menjadi keriting. • Haid (menstruasi). • Tumbuh bulu-bulu ketiak.
lanjutan • Pada pria: • Pertumbuhan tulang-tulang anggota tubuh. • Testis membesar. • Tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus dan berwarna gelap. • Awal perubahan suara • Ejakulasi (keluar mani) • Bulu kemaluan menjadi keriting. • Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya. • Tumbuh bulu-bulu halus di wajah. • Tumbuh bulu ketiak • Akhiran perubahan suara. • Tumbuh bulu di dada.
Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik • Faktor keluarga yaitu meliputi faktor keturunan dan lingkungan keluarga. • Faktor gizi yang erat hubungannya dengan sosial ekonomi. • Faktor emosional yang bertalian dengan gangguan emosional yang dialami selama perkembangannya. • Faktor jenis kelamin dimana lelaki cenderung memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi dan lebih berat dibandingkan wanita. • Faktor kesehatan.
Contoh Kasus Saat ini remaja, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat berakhir dari orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend seculer. Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai menstrruasi sekitar usia 15-17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun, di tahun 1880, laki – laki mencapai tinggi maksimum pada usia 18-20 tahun dan perempuan pada usia 13-14 tahun. Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan (mobilitas) di usia bayi dan kanak-kanak.
Pengertian Kognitif Kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Tingkatan intelegensi : 1. Idiot (IQ 0 – 29). 2. Imbecile (IQ 30 – 40). 3. Moron atau debil (IQ 50 – 59). 4. Bodoh (IQ 70 – 79). 5. Normal rendah (IQ 90 – 109). 6. Normal tinggi (IQ 110 – 119). 7. Cerdas/superior (IQ 120 – 129). 8. Sangat cerdas/gifted (IQ 130 – 139). 9. Genius (IQ > 140).
Perkembangan Kognitif Remaja Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut a. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah c. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak d. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis
Lanjutan e. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya psikologi remaja f. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi g. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri)
Contoh Kasus Rina putus sekolah sejak setahun lalu karena orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Dia beberapa kali memprotes dan mengamuk karena tidak disekolahkan ke sekolah menengah seperti tiga kakaknya yang kini duduk di bangku SMP dan SMA. Orangtua Rina, Hande dan Nasir, merasa tak bisa berbuat banyak untuk memenuhi permintaan Rina. Warga Tondrolima, Kecamatan Matakali, itu hanya berusaha sebisa mungkin menenangkan Rina ketika putri mereka itu mengamuk.
Pada Selasa (9/4/2013), Rina kembali mengamuk dan memprotes orangtuanya yang menurut dia tidak adil karena tidak menyekolahkan dia. Seperti sebelum-sebelumnya, Rina mengancam minum racun serangga. Kedua orangtua Rina tidak menghiraukan ancaman itu. Hande malah pergi ke kebun dan meninggalkan Rina yang masih mengamuk. Kali ini Rina membuktikan ancamannya minum racun serangga jika orangtuanya tidak mendaftarkan dia ke sekolah seperti teman-teman SD-nya. Rina ditemukan dalam keadaan lemas oleh keluarganya. Mereka langsung melarikannya ke rumah sakit. Namun, setelah 12 jam dirawat, dia mengembuskan napas terakhirnya pada dini hari tadi.
Menurut keluarganya, Rina mengaku sering merasa malu dan minder karena semua temannya bisa mengenyam pendidikan di sekolah umum. Dia pernah didaftarkan di SMP terbuka. Namun, Rina merasa malu karena SMP terbuka itu tidak seperti sekolah umum. Hande dan Nasir, yang menjadi petani kelapa sawit, mengaku tidak mampu membiayai pendidikan semua anaknya. Mereka memutuskan Rina tidak melanjutkan pendidikan agar kakak-kakaknya bisa menamatkan pendidikan.
Hande tidak menyangka putri keempat dari tujuh bersaudara itu nekat mengakhiri hidup. “Saya bingung dan tidak bisa berbuat banyak. Sebagai orangtua, tentu kami ingin semua anak kami bisa sukses dan berpendidikan. Tapi, karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, ya jadinya seperti ini,” ujar Hande, yang mengaku merasa sangat bersalah. Jenazah Rina kini sudah dibawa pulang ke rumah keluarga di Dusun Tondrolima, Kecamatan Matakali, Polewali Mandar. Rencananya dia akan dimakamkan siang ini. Remaja 15 tahun itu meninggal pada Rabu (10/4/2013) dini hari.
Pembahasan: pada kasus ini, remaja tidak dapat memilih alternatif penyelesaian masalah sekolah dan keluarganya secara tepat. Remaja seharusnya menyelesaikan masalah dengan memikirkan dulu secara teoritis, menganalisa masalahnya dengan mengembangkan penyelesaian memulai berbagai hipotesis yang mungkin ada. Namun dalam keadaan ini, remaja tidak menggunakan kemampuan kognitifnya tersebut dalam menyelesaikan masalah.