840 likes | 1.31k Views
ILMU EKONOMI. Suharyono. Pendahuluan. Permasalahan Ekonomi - Komoditi apa yg harus diproduksi dan berapa banyaknya - Bagaimana komoditi tsb (barang dan jasa) harus diproduksi - Bagi siapa berbagai komoditi tsb diproduksi
E N D
ILMU EKONOMI Suharyono
Pendahuluan Permasalahan Ekonomi - Komoditi apa yg harus diproduksi dan berapa banyaknya - Bagaimana komoditi tsb (barang dan jasa) harus diproduksi - Bagi siapa berbagai komoditi tsb diproduksi Permasalahan ekonomi di atas masuk dalam ruang lingkup teori ekonomi mikro. Permasalahan utama: keinginan tidak terbatas, tetapi sumberdaya terbatas.
Analisis permasalahan di atas belum dapat menerangkan beberapa masalah lain, seperti: pengangguran, pertumbuhan lambat, inflasi, dll. Karena itu diperlukan teori Ekonomi Makro. • Definisi Ilmu ekonomi (economics): ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memanfaatkan sumberdaya yang langka untuk memenuhi kebutuhan yang alternatif sifatnya.
Ekon. Mengumpulkan deskriptif informasi Ek. Mikro Menjelaskan Ilmu Ek. Teori hub. antar ekonomi variabel Ek. makro Ekon. Menerapkan terapan teori untuk men- laskan fakta
Ek. Mikro dan Makro Teori ekonomi dibagi 2 cabang : - Teori ekonomi mikro (teori harga) - Teori ekonomi makro (teori ekon. agregatif) Ekon. Mikro: mempelajari perilaku ekonomi dari unit ekonomi secara individual (konsumen, produsen, pemilik faktor produksi) Disebut Teori Harga karena berkaitan dengan bekerjanya sistem hargadan pengaruhnya.
Tujuan Teori Mikro: melatih mengadakan deduksi tentang perilaku konsumen dan produsen,sebagai unit ekonomi yang kecil, dan untuk memahami alokasi sumber2 ekon. yang ada dalam suatu masyarakat ttt. Ekon. Makro : mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan (agregatif) Variabel2: tingkat pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, pengeluaran konsumsi RT, saving, investasi, jumlah uang yang beredar, tingkat harga, tingkat bunga, neraca pembayaran internasional, utang Pemerintah, dll.
Ekonomi Makro • Tujuan Ekon. Makro: mengetahui hukum2 ekon. yang diperlukan untuk dapat memecahkan masalah2 ekon. makro. • Tujuan Kebijakan Ekon. Makro: - Tingkat kesempatan kerja tinggi (full employment) - Kapasitas produksi yang tinggi (terkait dengan pertumbuhan) - Tingkat pendapatan nasional yang tinggi (terkait dengan kesejahteraan masyarakat)
- Stabilitas perekonomian: pendapatan, kesempatan kerja, harga. - Neraca pembayaran LN yang seimbang - Distribusi pendapatan yang merata (terkait dengan keadilan sosial) • Hubungan antar variabel Makro 1. Hub. sebab akibat (kausalitas) Mis: C = f (Y) Konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan Y = variabel bebas C = variabel terikat
C = a + bY a = konstanta = konsumsi minimal yang dikeluarkan meskipun tidak memiliki penghasilan. b = Marginal Propensity to Consume (MPC) yakni perbandingan antara pertambahan C dengan pertambahan Y (Δ C/∆ Y ) 0 < b < 1 2.Hubungan fungsional Berubahnya variabel yang satu otomatis merubah variabel yang lain. Y = C + S Y = C + I maka S = I
Jika Y dan C tetap, maka S akan bertambah sebesar pertambahan Y • Jika I sedangkan C tetap, maka Y yang diakibatkan meningkatnya S Teori Makro Klasik dan Modern • Klasik (Adam Smith, Say) - Percaya keampuhan sistem ekonomi Liberal (laissez faire) yng dianggap bisa mensejahterakan masyarakat - Campur tangan Pem. seminimal mungkin
Dengan laissez faire akan terjadi tingkat ekonomi yang optimal (full employment) dan alokasi yang efisien. Ketidak seimbangan dalam pasar barang, pasar uang, dan pasar tenaga kerja, akan kembali seperti semula. • Campur tangan Pem. yang disetujui : + Menghapus monopoli dan hambatan kelembagaan yang menghalangi fleksibi- litas harga + Pengaturan terhadap uang yang beredar
Kritik: • Perkembangan distribusi pendapatan yang tidak sesuai dengan perkembangan GDP dan tingkat harga, sehingga menimbulkan masalah sosial. • Krisis tahun 30-an tidak dapat diatasi dengan mekanisme pasar sehingga perlu campur tangan Pemerintah. b. Modern (Keynesian) - Sistem laissez faire harus dihilangkan - Pemerintah harus lebih banyak campur tangan - Faktor produksi dan kegiatannya masih dapat dilakukan swasta, tetapi Pem. melakukan pengaturan makro.
Pemerintah boleh menyerap TK yang menganggur meskipun terpaksa harus defisit anggaran • Bila terjadi inflasi, Pemerintah harus mengurangi anggaran • Full employment hanya bisa dicapai dengan tindakan yang terencana, bukan sesuatu yang datang sendiri (supply create its own demand) • Dalam kaitan dengan pasar uang, tidak sependapat dengan Teori Kuantitas MV = PT bahwa perubahan dalam jumlah uang yang beredar menimbulkan perubahan yang sama terhadap harga.
Pendapatan Nasional • Ada 4 variabel yang dominan dalam Ekn.Makro: 1. Output (Produk Nasional Bruto) 2. Kesempatan kerja 3. Inflasi 4. Neraca pembayaran • Tujuan perekonomian makro: - Produk nasional yang tinggi dan laju pertumbuh an ekonomi yang cepat
Tujuan perekonomian makro: - Produk nasional yang tinggi dan laju pertumbuhan ekonomi yang cepat - Kesempatan kerja yang besar dan tingkat pengangguran yang rendah - Stabilitas harga dalam pasar bebas - Keseimbangan neraca pembayaran LN dan stabilitas nilai kurs valuta asing
Penciptaan kondisi: • Kebijakan fiskal • Kebijakan moneter, melalui pengendalian jumlah uang yang beredar dan mempengaruhi tingkat sukubunga • Kebijakan pendapatan, dengan membuat pedoman tingkat upah (sukarela) atau pengendalian upah (paksaan) • Kebijakan perekonomian LN, melalui kebijakan perdagangan dan campurtangan atas nilai kurs VA
Dalam perekonomian moderen ada 4 sektor perekonomian yan terlibat, yakni: - Sektor RT (household sector) - Sektor Perusahaan (business sector) - Sektor Pemerintah (government sector) - Sektor Luar negeri (Foreign sector) Barang dan jasa mengalir dan berputar dalam empat sektor tesebut tanpa berhenti. Inilah yang dinamakan mesin perekonomian.
Belanja Nasional, Produk Domestik Bruto dan Produk Nasional Bruto • Barang dan jasa yang dihasilkan sektor perusahaan dan mengalir ke sektor lain, harus dibayar oleh masing-masing sektor tsb. Pembayaran tersebut dinamakan Belanja atau Pengeluaran Nasional. • Pengeluaran Nasional (National Expenditure): pembayaran barang dan jasa yang dihasilkan sektor perusahaan; nilainya sama dengan :
Produk Domestik Bruto : nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu • Produk Nasional Bruto = Produk Domestik Bruto dikurangi Pendapatan Neto terhadap LN • Pendapatan Neto terhadap LN = hasil penanaman modal di LN dikurangi hasil penanaman modal asing di DN • PNB (GNP) : salah satu ukuran kemakmuran suatu negara
Perhitungan PDB dan PNB ada 2 cara: 1. Perhitungan atas dasar harga yang berlaku. Kelemahan: tidak mungkin mengetahui pertumbuhan yang sesungguhnya 2. Perhitungan atas dasar harga konstan, melalui indeks harga yang ditetapkan pada satu tahun tertentu Besarnya Pendapatan Nasional dapat menggu - nakan 3 pendekatan: 1. Pendekatan produksi : menghitung nilai akhir barang dan jasa dari semua unit produksi
2. Pendekatan pendapatan: mengumpulkan data pendapatan semua pemilik sumberdaya, meliputi: upah dan gaji, sewa, bunga, laba. 3. Pendekatan pengeluaran, dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran dari 4 sektor perekonomian, yakni RT (konsumsi = C), Perusahaan (investasi = I), Pemerintah (G), Perdagangan LN (selisih ekspor – impor = X – M) Di Indonesia : - Pendekatan produksi - Pendekatan pengeluaran
Perhitungan : (1)Produk Domestik Bruto Rp………… Pendapatan neto thd LN Rp. ………. (-) (2) Produk Nasional Bruto (GNP) Rp. ……….. Penyusutan Rp………….(-) (3) Produk Nasional Neto (NNP) Rp. ………… Pajak tidak langsung Rp………….(-) (4) Pendapatan Nasional (NI) Rp. ……….. dikurangi penjumlahan dari: - Keuntungan perush.yg tdk dibagi - Pajak yg dikenakan Pem.atas keuntungan perusahaan - Iuran yang dipungut perusahaan untuk jaminan sosial Rp. …………(-) Rp. ………..
Rp. ………….. Pembayaran transfer Rp…………… (+) (5) Pendapatan Personal (PI) Rp. …………. dikurangi Pajak perseorangan (pajak penda- patan, pajak kekayaan, dll) Rp…………… (-) (6) Pendapatan disposabel Rp. …………. Catatan : • Pembayaran transfer terdiri atas: + Uang pensiun yang dibayarkan + Bantuan Pem. (veteran, penderita cacat, bencana alam) + Beasiswa
Pendapatan Personal : semua jenis pendapatan yang diterima oleh penduduk suatu negara atau sektor RT • Pendapatan Disposabel : pendapatan yang siap dibelanjakan oleh sektor RT, dan sisanya ditabung
Konsumsi, Pendapatan dan Tabungan • Hubungan antara Pendapatan (Y) dengan Konsumsi (C) dan Tabungan (S) dijelaskan oleh Keynes dengan hukum Psychological Law of Consumption - Bila Y maka C , tetapi tidak sebanyak tambahan pendapatan - Setiap tambahan kenaikan pendapatan akan digunakan untuk C dan S - Setiap kenaikan pendapatan jarang menurunkan C dan S
Contoh Y C S 10 11,5 -1,5 12 13,0 -1,0 15 15 - 20 18 2 25 22 3 Hubungan antara Konsumsi dengan Pendapatan disebut Hasrat Konsumsi (Propensity to Consume) atau Fungsi Konsumsi Fungsi Konsumsi : fungsi yang menghubungkan laju pengeluaran konsumsi dg tkt pendapatan
D C 22 c,s 18 15 B 13 11,5 F S O Y 10 12 15 20 25 S
Garis OBD – scale line : garis yang menunjuk- kan bahwa titik tsb besarnya Y = C • Titik B – break even point : titik yg menunjukkan besarnya C =Y • FC – garis fungsi konsumsi :garis yg menunjuk- kan besarnya konsumsi pada berbagai tingkat Y • Daerah FBO : daerah dissaving (utang) Daerah DBC: daerah saving • SS – garis fungsi saving : garis yang menunjuk- kan besarnya S pada berbagai tingkat Y
Aplikasi dalam PerekonomianTertutup - Sederhana • Tertutup : perek. yg tdk mengenal hub ekon dg negara lain • Sederhana: tdk ada transaksi ekonomi yang melibatkan pemerintah Bentuk umum Fungsi Konsumsi: C = a + c Y (1) a = nilai konstan, yakni besarnya C pd Y sebesar Nol
c = Marginal Propensity to Consume (MPC), yakni: perbandingan antara besarnya ∆ C dengan besarnya ∆ Y c = MPC = ∆ C / ∆ Y (2) Angka MPC umumnya < 1, tetapi > 0,5. Yang pasti positif MPC <1: penggunaan ΔY tdk seluruhnya utk C MPC > 0,5 : penggunaan ΔY sebagian besar digunakan utk C • Average Propensity to Consume (APC) : perbandingan antara besarnya C pd suatu tkt Y APC = C/Y (3)
Bila APC dan MPC diketahui, maka persamaan fungsi konsumsi bisa ditentukan, yakni : C = (APCn – MPC) Yn + MPC. Y (4) Contoh: Bila Y = Rp.200 T - C = Rp.180 T dan Y = Rp.220 T - C = Rp.195 T Tentukan: a. Persamaan fungsi C b. Letak BEP Jawab : APC200 = C/Y = 180/200 = 0,90 APC220 = 195/220 MPC = Δ C / Δ Y = 15/20 = 0,75
C = (APCn – MPC) Yn + MPC.Y = (0,90 – 0,75) 200 + 0,75 Y = (0,15) 200 + 0,75 Y C = 0,75 Y + 30 Jadi C = 0,75 Y + Rp. 30 T b. Terjadi BEP bila Y = C atau Y – C = 0 Y - (0,75 Y + 30 ) = 0 Y - 0,75Y – 30 = 0 0,25 Y = 30 maka Y = 120 Jadi BEP pada Rp.120 T per tahun
Fungsi Saving Saving adalah bagian dari Y yang tidak dikonsumsi S = Y – C (5) Bila dihubungkan dengan persamaan Fungsi C, maka : S = Y – C } C = a + cY } S = Y – (a + cY) = Y – a – cY S = (1 – c) Y – a atau S = (1 – MPC) Y – a (6)
Contoh: Bila C = 0,75Y + Rp.30 T Hitung dan gambarkan fungsi Saving Jawab: S = (1 - c) Y – a = (1 – 0,75) Y – 30 S = 0,25 Y – 30 Mencari titik BEP: Y – C = 0 Y – (0,75 Y + 30) = 0 Y – 0,75 Y – 30 = 0 0,25 Y = 30 Y = 120 Jadi Titik BEP pada Y = Rp. 120 T
C,S C = 0,75 Y + 30 30 S = 0,25 Y - 30 Y O 120 - 30
Marginal Propensity to Save (MPS) MPS : perbandingan antara besarnya Δ S dengan besarnya Δ Y s = MPS = Δ S / Δ Y (7) Ciri : untuk fungsi S yang berbentuk garis lurus, besarnya nilai s pada semua tingkat Y adalah sama • Average Propensity to Save (APS) APS : perbandingan antara besarnya S dengan besarnya Y APSn = Sn / Yn (8)
Hubungan antara MPC dengan MPS dan APC dengan APS a. MPC dengan MPS MPC + MPS = 1 (9) atau MPC = 1 – MPS MPS = 1 - MPC Pembuktian: Y = C + S ΔY = Δ C + Δ S Bila ruas kiri dan kanan masing2 dibagi dg Δ Y, maka : Δ Y / Δ Y = Δ C + Δ S Δ Y 1 = Δ C / Δ Y + Δ S / Δ Y atau 1 = MPC + MPS
b. APC dengan APS APC + APS = 1 (10) atau APC = 1 – APS APS = 1 - APC Pembuktian: Y = C + S , maka Yn = Cn + Sn Bila ruas kiri dan kanan masing2 dibagi dg Yn, maka : Yn/ Yn = Cn + Sn Yn 1 = Cn / Yn + Sn / Yn 1 = APCn + APSn
Contoh: Diketahui C = 0,75 Y + Rp. 20 T Hitung : Fungsi S, APC, APS, MPC dan MPS untuk berbagai tingkat Y Tk.Y C S APC APS MPC MPS 0 20 -20 - - - - 20 35 -15 1,75 -0,75 0,75 0,25 40 50 -10 1,25 -0,25 0.75 0,25 60 65 - 5 1,1/12 -1/12 0,75 0,25 80 80 - 1 0 0,75 0,25 100 95 5 0,95 0,05 0,75 0,25 120 110 10 11/12 1/12 0,75 0,25
Keseimbangan Pendapatan Nasional • Pendapatan Nasional: - Dari segi sumber : Y = C + I - Dari segi penggunaan : Y = C + S Hubungan C, I, S dan Y digambarkan sbb: C1 + I1 = Y1 : sumber Y1 = C2 + S2 : penggunaan C2 + I2 = Y2 Y2 = C3 + S3 C3 + I3 = Y3 dst. Bila Y1 =Y2 = Y3 maka Y dlm keadaan ekulibrium
Y yang seimbang : tingkat Y di mana tidak ada kekuatan ekonomi yang memiliki kemampuan untuk mengubahnya; atau Tingkat Y yang setiap kali ada gangguan akan kembali ke arah tingkat semula. • Keseimbangan disebabkan oleh berimbangnya kekuatan konsumen yang membelanjakan pendapatannya dengan produsen yang menghasilkan barang dan jasa. • Keseimbangan terjadi bila Cp (barang yg diproduksi) = Ce (jumlah brg yg ingin dibeli konsumen). Bila itu terjadi maka S = I
Bila Cp > Ce berarti sejumlah barang tidak terjual sehingga S > I. Produsen mengurangi produksinya dan Y akan berkurang. Berkurangnya Y akan mengurangi besarnya S dan I secara bersama-sama. Keduanya akan kembali pada tingkat semula asalkan S lebih cepat daripada I. • Bila Cp < Ce, penjualan barang akan lebih cepat. Produsen akan menghasilkan barang lebih banyak maka Y akan naik ke tingkat keseimbangan.
C + I 710 Cp > Ce C, C, C+I 650 E C 515 [ [ [ Ce > Cp Y 475 650 750
Titik keseimbangan E tercapai ketika pendapatan = 650. Jadi Y = C + I = 650. Y = C + I disebut Pendapatan Keseimbangan • Bila Prod.Nas menjadi 750, maka besarnya permintaan adalah 710 sehingga ada kelebihan 60 (Cp > Ce). Pengusaha akan mengurangi produksi sehingga kembali sama dengan permintaan yakni 650. • Bila produk nasional 475, maka besarnya permintaan 515 (Cp< Ce) sehingga kekurangan 60. Hal ini mendorong perusahaan memperluas produksi sampai terjadi titik keseimbangan.
Menghitung tingkat pendapatan Ekuilibrium • Saving Invesment Approach (SIA) S = I : Keseimbangan Y – C = I Y – (a+cY) = I Y – a – cY = I Y – cY = a + I Y ( 1 – c) = a + I Y = a + I 1 – c Y = 1 (a + I) 1 - c
2. Consumption Invesment Approach (CIA) Y = C + I } C = a + cY } Y = a + cY + I Y – cY = a + I Y (1 – c) = a + I Y = a + I 1 – c Y = 1 (a + I) 1 - c
Diket: a. Fungsi C per tahun : C = 0,75 Y + Rp.25 T b. Besarnya I per tahun: I = Rp. 60 T Hitung : - Besarnya Y ekuilibrium - Besarnya C ekuilibrium - Besarnya S ekuilibrium Jawab: a. Besarnya Y eq. Y = 1 (a + I) 1 – c = 1 (25 + 60) 1 – 0.75
= 1 (85) 0,25 = 4 X Rp. 85 = Rp. 340 T b. Besarnya C Eq. C = 0,75 Y + 25 = 0,75 (340) + 25 = Rp. 280 T c. Besarnya Saving Eq. S = Y – C = 340 – 280 = Rp. 60 T
Multiplier (Angka pelipat/pengganda) • Tingkat keseimbangan Y dapat berubah bilamana salah satu faktor ( I atau S) karena sesuatu hal berubah, sehingga I tidak sama dengan S. Perubahan itu akan berlangsung sampai mencapai titik keseimbangan baru • Keseimbangan baru dapat lebih besar atau lebih kecil dari sebelumnya, tergantung perubahan I atau S. Bila I atau S maka Y Sebaliknya bila I dan S maka Y
Keseimbangan pendapatan nasional tidak selalu menguntungkan • Faktor I lebih sering mengalami kegoncangan. Hal itu disebabkan karena I banyak dipengaruhi oleh faktor2 : Pengharapan, dugaan, serta ramalan terhadap perek. Masa mendatang. Sedangkan faktor S lebih bersifat konstan. • Hubungan antara Δ I dan Δ Y yang diakibatkan oleh perubahan I tersebut, dijelaskan dengan konsep Multiplier (angka pengganda)