1 / 12

PERSPEKTIF ATAU PARADIGMA KOMUNIKASI Pertemuan 02

PERSPEKTIF ATAU PARADIGMA KOMUNIKASI Pertemuan 02. Matakuliah : O0062 / Pengantar Ilmu Komunikasi Tahun : September 2008. Materi: Perspektif Mekanistis Perspektif psikologis Perspektif interaksional Perspektif pragmatis. 2. Tujuan.

lolita
Download Presentation

PERSPEKTIF ATAU PARADIGMA KOMUNIKASI Pertemuan 02

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. PERSPEKTIF ATAU PARADIGMA KOMUNIKASI Pertemuan 02 Matakuliah : O0062 / Pengantar Ilmu Komunikasi Tahun : September 2008

  2. Materi: • Perspektif Mekanistis • Perspektif psikologis • Perspektif interaksional • Perspektif pragmatis 2

  3. Tujuan Mahasiswadapatmemahami fungsidan peranan setiap pendekatandalam menjelaskanfenomena komunikasi 3

  4. 2.1. Pendahuluan Pengertian paradigma berasal dari Thoman Kuhn. Paradigma pada dasarnya berarti suatu pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter yangsemestinya dipelajari (lihat Prof. Dr.Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi, Sebuah Pengantar; Jakarta:Rajawali Pers, 2006:37). Terminologi paradigma ini oleh A. Aubrey Fisher dikenal dengan terminologi perspektif. Baik terminologi paradigma maupun terminologi perspektifmemiliki pengertian yang sama dalam pembahasan Fisher. Dalam konteks ini Fisher merangkum kajian komunikasi kedalam empat perspektif yakni 1) perspektif mekanistis; 2) psikologis; 3) interaksional dan 4) pragmatis (ibid. p.38)

  5. 2.2. Perspektif Mekanistis • Perspektif mekanistis pada mulanya melukiskan komunikasi secara sederhana dengan model SMR. S=source, M=message dan R= receiver. Artinya komunikasi terdiri dari tiga unsur yakni sumber, pesan dan penerima. Unsur ini telah dimulai sejak Aristoteles (384-322). Dalam ilmu tentang retorikanya Aristotels merumuskan tiga unsur dalam retorika yakni pembicara-pembicaraan-pendengar. Perspektif mekanistis ini juga dapat kita lihat dalam karya Shannom dan weaver yang merumuskan lima unsur komunikasi yakni source – encoder – signal – decoder – destination. Dan model komunikasi David K. Berlo juga dapat dikategorikan dalam perspektif mekanistis ini. Berlo mengemukakan ada enam unsur dalam komunikasi yakni Source – encoder – message – channel – decoder – receiver. • Model mekanistis yang lebih umum adalah model SMCRE (source – message – channel – receiver – effect). Artinya suatu sumber (S) menyampaikan pesan (M) melalui saluran (C) kepada penerima (R) dengan efek (E) tertentu. • Model mekanistis ini dapat juga ditemui dalam formula Lasswel dengan menggunakan kata tanya yakni siapa, berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa dan bagaimana efeknya?

  6. Doktrin mekanisme yang diwarnai oleh cara berpikir kausal atau determinis memang mudah dipakai, terutama dalam merumuskan komunikasi sebagai proses. Proses yang dimaksud adalah proses penyampaian atau pengoperan lambang atau simbol yang disebut pesan (komunike) dari sumber (komunikator) kepada penerima (komunikan). Dengan demikian komunikasi sebagai suatu proses dipahami sebagai suatu mekanisme yang berjalan dari … ke……melintasi ruang dan waktu dari satu titik ke titik lainnya. Sesuai dengan doktrin mekanisme yang dintai oleh cara berpikir kausal atau sebab akibat, maka proses komunikasi itu akan menimbulkan akibat yang dinamakan efek. Doktrin mekanisme juga mengajarkan bahwa selain efek itu bisa diaramalkan juga bisa diciptakan, dengan menghilangkan kendala atau rintangan mungkin terjadi, melalui suatu perencanaan pada awal. Mengetahui masa kini, orang bisa meramalkan masa yang akan datang adalah doktrin mekanisme yang sudah dikenal luas.

  7. 2.3. Perspektif psikologis • Perspektif psikologis, komunikasi dikonseptualisasi atau dipahami sebagai proses dan mekanisme internal penerimaan dan pengolahan informasi pada diri manusia. Eksistensi empiriknya terletak pada diri manusia (bukan pada saluran sebagaimana perpsektif mekanistis), yaitu “kepala” individu yang dinamakan “filter konseptual” (seperti sikap, persepsi, keyakinan dan keinginan). Komponen komunikasi dalam perspektif psikologis ini bukan lagi sumber/penerima, saluran, pesan/umpan balik dan efek, melainkan stimulus dan respon dengan fokus individu. • Dalam perspektif psikologis ini, manusia dianggap berada dalam suatu medan stimulus yang disebut lingkungan informasi. Di sekeliling setiap orang terdapat arus stimulus yang hampir tidak terbatas jumlahnya. Stimulus-stimulus ini diproses melalu panca indera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan rasa. • Manusia yang sedang berkomunikasi tidak hanya menerima stimulus tetapi juga menghasilkan stimulus. Dalam konteks ini manusia memiliki peran ganda dalam komunikasi yakni sebagai penerima stimulus dan menghasilkan stimulus.

  8. Berikut adalah contoh komunikasi mekanistis yang dibuat oleh Kincaid dan Schram (1977). Mereka membedakan komunikasi mekanistis dalam tiga kategori yakni 1) model komunikasi umpan balik, 2) model timbal balik dalam komunikasi dan 3) model komunikasi antara manusia yang memusat. Sumber pesan Penerima saluran Umpan balik

  9. 2.4. Perspektif interaksional • Perspektif interaksional menunjukan pandangan komunikasi manusia yang telah berkembang secara tidak langsung dari cabang sosiologi yang dikenal sebagai interaksi simbolis. • Dari semua perspektif yang diterapkan dalam studi komunikasi, barangkali yang paling “manusiawi’ adalah perspektif interaksionisme simbolik. • Perspektif interaksionisme menonjolkan nilai individu yang berada dalam suatu konteks kebudayaan tertentu dan bersosialisasi dengan masyarakat serta menghasilkan buah pikiran tertentu. • Dalam konteks ini individu sekaligus aktif dan pasif, subyek dan obyek pada dirinya sendiri. Perspektif interaksionisme memungkinkan individu untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana orang lain melihat dirinya. • Pada saat individu melihat dirinya ia keluar dari dirinya dan memandang dirinya sebagai obyek. Dengan proses seperti ini, individu dalam mengambil peran orang lain di dalamnya.

  10. Dalam perspektif interaksionisme komunikasi dikonseptualisasikan sebagai interaksi manusiawi pada masing-masing individu. Eksistensi empiriknya berada pada pengambilan peran individu, sehingga komponennya berlainan sama sekali dari model psikologis. • Komponen-komponen komunikasi dalam perspektif interaksionisme adalah peran, orientasi, keserahan, konteks kultural dan adaptasi. • Dalam model interaksionisme, pesan/umpan balik/efek, sumber/penerima dan saluran sama sekali tidak penting. • Titik berat dalam perspektif interaksi adalah tindakan, khususnya tindakan sosial atau tindakan bersama. • Pada saat individu berperilaku dalam tindakan sosial ia mengembangkan defenisi tentang diri sendiri.

  11. 2.5. Perspektif pragmatis • Perspektif pragmatis merupakan suatu perspektif yang relatif baru. Dalam perspektif ini komunikasi dipahami sebagai sistem perilaku. • Eksistensi empiriknya (lokusnya) berada pada perilaku yang berurutan, sehingga komponennya meliputi pola, interaksi, sistem, struktur dan fungsi. • Titik berat atau fokus pengkajian dan penelitian adalah perilaku interaktif. Hal ini terlihat dalam studi mengenai kategori perilaku, sistem komunikasi, fase-fase perkembangan kelompok dan lain sebagainya.

  12. 2.6. Penutup Perspektif atau paradigma sebagaimana yang kita pelajari di atas menggambarkan bahwa penelitian komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai perspektif. Dan kenyataan ini dapat kita lihat dengan begitu banyaknya pengertian mengenai apa itu komunikasi sebagai mana yang telah kita pelajari dalam pertemuan pertama. Sebagai calon seorang ilmuwan dan bahkan sebagai seorang praktisi komunikasi sekalipun, kita dapat menggunakan salah satu perspekti untuk menjelaskan fenomena komunikasi yang terjadi antara manusia.

More Related