640 likes | 921 Views
Berisi tentang topik : Hijrah Nabi, 4 Jenis Kepala Madrasah hingga Proses pembangunan MAN IC Pasuruan
E N D
Pesantren Lansia Darus Syifa’ Jombang Santri yang Tak Lagi Memikirkan Dunia BIANGLALA Dua Santri Pesepakbola Timnas Indonesia NO. 09/384 / 2018 / TH. XXXXII 1 MPA 09/384 / 2018
B I D I K A N Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Syamsul Bahri melepas keberangkatan kloter 83 sebagai kloter terakhir embarkasi Surabaya pada 15 Agustus 2018 pukul 05.00 WIB. 10 pejabat administrator dan 8 orang pejabat pengawas yang dilantik Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Syamsul Bahri pada 2 Agustus di aula al-Ikhlas. Kakanwil memantau langsung proses penyembelihan hewan qurban dan pembagiannya di lingkungan Kanwil Kemenag Prov. Jatim pada 22 Agustus 2018. Semarak penyembelihan hewan qurban di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Prov. Jawa Timur. Suasana persiapan pembagian daging hewan qurban di lingkungan Kanwil Kemenag Prov. Jatim pada 22 Agustus 2018. 2 MPA 09/384 / 2018
MPA 09 / 384 / 2018 Assalamu’alaikum MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, DAN EDUKASI, KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA TIMUR P medali emas. Begitupun dengan Thailand yang juga begitu cepat mengumpulkan medali emas hingga mendekati perolehan kedua negara tersebut. Pembaca setia, di tengah semaraknya perhelatan Asian Games tersebut, kami sengaja menurunkan tulisan tentang dua pesebakbola Timnas Indonesia; Muhammad Rafli Mursalim dan Evan Dimas Darmono. Pasalnya, keduanya adalah sama-sama santri. Rafli adalah Santri jebolan pondok pesantren Al As’ariyah Banten. Sedangkan Evan Dimas, disamping pernah sekolah di Madrasah Tsanawiyah di Lakarsantri Surabaya, dirinya juga nyantri-ngaji dan sekaligus sekolah di SMA NU Shafta Lontar Citra Surabaya. Anda bisa menyimaknya di rubrik Bianglala. Sementara di rubrik Bilik Santri juga ada liputan menarik. Di Jombang ada pesantren khusus Lansia. Namanya Pondok Pesantren Lansia Darus Syifa’. Yang boleh mondok di tempat ini, usianya minimal berkepala 5. Syaratnya, disamping harus berbadan sehat dan mandiri, juga ada pihak yang bertanggung jawab atasnya. Banyak mantan pejabat yang mondok di sini, karena setelah pensiun baru menyadari kalau dirinya belum memiliki bekal untuk negeri akhirat. Oh, ya.. bagi insan-insan KUA juga ada kabar gembira. Pada Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) antar Kepala KUA-Penghulu tingkat Nasional, peserta dari Jawa Timur dinobatkan sebagai Juara I. Ahmad Hadiri, S,Ag, Kepala KUA Kec. Kedungkandang kota Malang, mengangkat tema “Implementasi PP no. 19 tahun 2015 terhadap Akad Nikah di Kantor Urusan Agama Perspektif Efektivitas Hukum (Studi di KUA kecamatan Klojen Kota Malang)”. Beritanya bisa Anda baca di rubrik Lensa Khusus. Sementara untuk rubrik Lensa Utama, kami sengaja mengangkat tema ‘MUHARRAM; Aktualisasi Hijrah di Era Milenial. Disamping kami meminta pendapat dari Prof. Dr. H. Shonhaji, Dip.Is (Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur), Dr. H. Muhammad Sholihin, MPSDM (Ketua Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Jawa Timur), dan Dr. H.M. Sudjak, M.Ag (Ketua MUI Jatim bidang Pendidikan dan Anti Narkoba), kami juga mewawancari generasi milenial; Hafidzul Islam (Ketua Jamaah Masjid Manarul Ilmi ITS Surabaya), Zein Farid Vicky Mahendra (Ketua SKI SMAN 5 Surabaya), dan Sani Akmal Fadhlullah (santri pondok pesantren Amanatul Ummah Pacet di Mojokerto). Selamat Membaca! esta olahraga Asian Games ke-18 tampak berjalan semarak. Dalam perebutan medali, Indonesia sempat menduduki ranking 5 besar dalam even yang diselenggarakan mulai tanggal 18 Agustus – 2 September 2018 tersebut – dengan perolehan 10 medali emas. Namun posisi itu belumlah aman. Sebab Korea Utara (ketika tulisan ini dibuat) koleksi medalinya terus melejit. Ia berhasil menyamai Indonesia dengan meraih pula 10 Pembina Drs. H. Syamsul Bahri, M.Pd.I Penasehat Drs. H. Moch. Amin Machfud, M.Pd.I Pemimpin Umum/Pemimpin Perusahaan DR. HM. Na’im, M.Ag Pemimpin Redaksi Markus, S.Pd., M.M.Pd Sekretaris Redaksi Sudiono, SE Wakil Sekretaris Redaksi Dra. Ummu Choiriyah Hanum Keuangan Dra. Masfufah Dewan Redaksi Drs. H. Moch. Amin Machfud, M.Pd.I Drs. H. Ramin Abd. Wahid, M.Pd.I Drs. H. Abd. Hadi AR, MM DR. H. Hartoyo, M.Si Drs. H. Ahmad Husein AR DR. HM. Na’im, M.Ag Redaktur Pelaksana Choirul Mustofa Reporter M. Hisyam Suprianto M. Muflih Nuriz Setia Hadi Desain - LayOut Muhammad Munib Ilustrator M. Tadjuddin Nurcholis Sirkulasi/Distribusi Isnaini Sukardjito Achmad Supijanto TEROPONG …...................……. 04 LENSA UTAMA ….............…… 05 LIPUTAN KHUSUS .................... 11 BIANGLALA ............................... 16 LENSA KHUSUS ........................ 18 KHUTBAH ................................... 19 AGAMA ....................................... 22 CAHAYA HATI ............................ 26 FIGUR .......................................... 30 BILIK SANTRI ............................. 32 TA’ARUF ....................................... 34 EDUKASI ..................................... 36 SERAMBI MADRASAH ............ 42 SELASAR ..................................... 44 SYIFA ............................................ 46 INSPIRASI ................................... 48 LINTAS PERISTIWA ................... 49 DUNIA ISLAM ............................ 57 Koresponden: Berkedudukan di setiap Kankemenag Kabupaten/Kota se-Jawa Timur. Alamat Redaksi: Jl. Raya Juanda No. 26 Sidoarjo, Telp. 031 - 8680490, Fax. 031 - 8680490 e-mail: mimbarjatim@gmail.com Diterbitkan Oleh: KPRI SEJAHTERA Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur 3 MPA 09/384 / 2018
TEROPONG HIJRAH & DIASPORA “Maka berjalanlah (mengembaralah) dimuka Bumi dan perhatikan bagaimana akibatnya orang-orang yang mendustakan agama.” (QS Ali Imran [3] : 137) H Peringkat berikutnya Sate Madura. Banyaknya orang jual sate Madura menandakan begitu banyak orang- orang Madura yang tinggal di daerah itu. Belum lagi Soto Lamongan yang merambah seluruh wilayah di Nusantara. Ini sebagai contoh dari banyaknya para pengembara dari daerah tertentu yang memang penduduknya suka berdiaspora. Diaspora mengandung motif yang berbeda dengan hijrah. Dalam Ensiklopedia Islam 2 disebutkan bahwa Hijrah dari kata bahasa Arab yang artinya berpindah, meninggalkan, berpaling dan tidak mempedulikan lagi. Dari segi istilah mempunyai tiga pengertian, yaitu (1) kaum muslimin meninggalkan negeri asalnya yang berada dibawah kekuasaan pemerintah yang kafir; (2) menjauhkan diri dari dosa; dan (3) permulaan tarikh Islam. Hijrah dalam sejarah Islam biasanya dihubungkan dengan kepindahan Nabi Muhammad saw dari Mekah ke Madinah. (Hafizh, 1994 : 108) Motif hijrah dalam tarikh Islam adalah karena faktor agama. Adapun Diaspora adalah pengem- baraan dalam arti luas yang motifnya bermacam- macam. Mereka berdiaspora bukan karena ditempat asalnya dipegang oleh Penguasa yang dholim. Diantaranya karena ingin mengembangkan karir maka ia harus pergi jauh. Sebagian besar diaspora disebabkan oleh dorongan faktor ekonomi. Tidak sedikit pula orang mengembara, khususnya anak- anak muda, karena ia harus menuntut ilmu di tempat lain. Ada atsar dalam Islam yang mendorong orang pergi jauh dengan alasan menuntut ilmu, “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri China.”. Lebih- lebih dalam era global dan pasar bebas dewasa ini, diaspora adalah suatu keniscayaan. Terutama sekali bagi generasi millenial. Antara Hijrah dan Diaspora sekalipun berbeda motif, tetapi mempunyai tahapan-tahapan yang relatif sama. Tahapan-tahapan itu adalah: Pertama, adanya keprihatinan di tempat lama yang mendorong untuk berpindah dari tempat kelahirannya. Kedua, proses perjuangan batin karena harus meninggalkan keluarganya, kampung halamannya bahkan harta benda yang tidak mungkin dibawa. Ketiga, hasil gemilang atau kemenangan yang diperoleh setelah berjuang dan berikhtiar sungguh-sungguh di tempat baru. Disini diperlukan rasa optimisme atau kemam puan bertawakal kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Nabi Muhammad saw dan pengikutnya yang berhijrah juga melalui tahapan-tahapan seperti itu. Pertama, tahap keprihatinan. Nabi dan kaum muslimin di Mekah mengalami masa penderitaan yang amat sangat. Pada awal penyiaran Islam di ampir diseluruh kota di Indonesia kita jumpai Rumah Makan Padang. Ini menunjukkan ada orang Padang yang mengembara di kota itu. tempat lahirnya sudah dijumpai kekerasan dan penindasan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik terhadap beliau dan sahabatnya. Pada jaman pertama Islam di Mekah, banyak pengikt Nabi yang berasal dari golongan lemah, seperti budak. Para pemeluk Islam dari orang- orang dhoif ini yang paling berat menerima siksaan sebagaimana yang dialami oleh Bilal. Nabi Muhammad saw sendiri yang sudah mendapat perlindungan dari keluarganya yaitu Banu Hasyim dan Banu Mutholib masih sering menerima penghinaan dan kekerasan dari orang-orang kafir. Cukup lama penderitaan karena penyiksaan oleh orang-orang kafir ini dialami Nabi saw dan kaum muslimin. Demi mempertahankan akidah dan iman mereka, Nabi dan sahabatnya menerima kekerasan itu dengan lapang dada, penuh kesabaran dan tetap dalam keimanan dan agamanya. Penyiksaan terhadap kaum muslimin makin keras bahkan ada yang dibunuh. Nabi saw menyarankan agar para sahabatnya menghindari sebisa mungkin dari siksaan orang kafir Quraisy itu. Masuklah tahap kedua, pergi meninggalkan Mekah. Para sahabat minta ijin berhijrah dan minta petunjuk kemana harus pergi. Karena kalau masih berada di Mekah orang-orang kafir Quraisy itu tetap mengejar dan menyiksanya. Nabi menyarankan, “Pergilah ke Habsyi (Ethiopia). Karena rajanya seorang yang adil, tidak pernah berbuat dholim.”. Walaupun Raja dan penduduknya beragama Nasrani, mereka dapat menerima kehadiran pengungsi yang beragama Islam. Atas ijin Rasulullah saw berangkatlah ke Habsy 15 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Beberapa bulan mereka tinggal dengan aman atas perlindungan Raja Najasyi. Ketika mendengar kabar bahwa sudah ada perdamaian antara Nabi saw dengan orang-orang kafir Quraisy, maka pulanglah para pengungsi ini ke Mekah. Ternyata berita yang didengar adalah berita bohong (hoax), sedangkan orang-orang Quraisy lebih keras dan kejam penyiksaannya terhadap kaum muslimin. Melihat keadaan yang makin kritis dan mempri- hatinkan, kaum muslimin berangkat mengungsi lagi ke Habsyi. Kali ini berjumlah 80 orang dan tetap tidak diikuti oleh Nabi. Hijrah mereka yang kedua ini bukan tanpa halangan. Orang-orang Quraisy yang mendengar makin besarnya jumlah yang hijrah ke negara Nasrni itu berusaha menggagalkannya. Pemuka kafir Quraisy mengirimkan dua orang utusan yaitu Abdullah ibn Abi Rabi’ah dan Amru ibn Ash (sebelum masuk Islam) dengan membawa hadiah yang banyak. Dua orang utusan ini awalnya mempengaruhi para pembesar kerajaan yang membantu raja. Mereka terpengaruh dan menolak kedatangan pengungsi muslim tersebut. Raja Najasyi tidak menerima begitu saja rekomendasi dari para pembantunya. Ia ingin bicara langsung dengan para pengungsi. Bertemulah Raja dengan Ja’fan ibn Abu Thalib yang mewakili para pengungsi. Raja bertanya, “Agama apa yang kalian anut, sampai kalian rela meninggalkan negaramu?”. Ja’far menjawab, “Kami memeluk agama Islam, agama yang diturunkan kepada utusan-Nya Muhammad saw. Agama kami memerintah kami untuk menyembah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.”. Raja berkata, “Kalau begitu ajaran agama yang dibawa Nabimu sama dengan ajaran agamaku.”. Raja bertanya lagi, “Bagaimana penda- patmu tentang Nabiku?”. Jawab Ja’far, “Nabimu adalah Isa ibn Maryam. Ia adalah Ruh Allah dan Firman-Nya.”. Raja Najasyi bisa menerima pengungsi muslim ini dan mengembalikan semua hadiah dari dua orang utusan Quraisy termasuk yang diberikan kepada para pembantunya. Tahap ketiga, kemenangan. Hijrah ke Habsyi tersebut memperluas wilayah syiar Islam, karena setelah itu banyak orang Habsyi yang memeluk agama Islam. Lebih-lebih hijrah ke Madinah dengan jumlah yang lebih besar dan diikuti oleh Nabi Muhammad saw tidak hanya dapat mempertahankan eksistensi agama Islam melainkan juga mengantarkan Islam ke puncak kejayaannya. Di Madinah ini Nabi Muhammad saw menjadi pemimpin teladan yang patut diikuti oleh semua orang hingga di era modern ini. Bagi generasi millenial, tiga hal yang harus diikuti dari teladan Rasulullah dalam hijrahnya tersebut. Pertama, kita tidak boleh menyerah kepada nasib. Allah memang sudah menentukan rezeki dan nasib seseorang (QS Hud : 6). Tetapi manusia boleh mengharapkan lebih dari yang ada saat ini, dengan tujuan agar lebih bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena Allah lebih menyukai orang beriman yang kuat, daripada orang yang lemah. Maka bertolak dari kondisi saat ini yang masih lemah kita bertekad untuk maju dan berkembang. Kedua, kita harus berani berhijrah atau berdiaspora. Dimulai dari hijrah mental dari penakut menjadi pemberani, dari lemah menjadi kuat, dan dari putus asa (akan Rahmat Allah) menjadi orang yang optimis, penuh harapan (roja’) akan pertolongan Allah. diikuti dengan hijrah secara pisik, khususnya generasi millenial, generasi muda. Generasi yang berani berlomba di negeri orang dan berlaga di arena yang lebih luas. Harapan terakhir sebagai tahapan ketiga bahwa tujuan kita berdiaspora meninggalkan kampung halaman, bekerja keras dan berikhtiar sungguh- sungguh adalah keberhasilan dan kemenangan. Tetapi kita sadar bahwa hanya Allah yang kuasa menentukan keberhasilan seseorang. Maka kita mesti berdo’a dan bertawakal kepada Allah swt. •RAW 4 MPA 09/384 / 2018
Spirit Hijrah Masjid dan Pasar sebagai Basis Perjuangan Hijrah secara sederhana berarti pindah. Pada zaman Rasulullah, hijrah itu berpindah dari Makkah ke Madinah. Karena di Makkah dianggap kehidupan dan perjuangan Islam tidak kondusif. Bahkan mengalami banyak kendala dan perlawanan dari lawan-lawan Islam. Padahal Rasulullah SAW membawa Islam dengan misi rahmatan lil ‘alamin sehingga mereka tercerahkan. Tapi pada waktu itu, orang-orang yang menghalangi Rasulullah salah paham. “Mereka menganggap Islam itu datang hanya untuk mengusik mereka yang sangat enjoy di dalam kondisi mereka yang serba gelap itu,” ujar Prof. Dr. H. Shonhaji, Dip.Is. B kuat. Apalagi mereka berusaha keras untuk bisa membinasakan Rasulullah. Melihat kondisi yang tidak bisa dipertahankan semacam itu, memaksa Rasulullah mencari tempat lain yang lebih kondusif dan lebih memungkinkan untuk pengembangan Islam. Dengan begitu upaya pencerahan dan penyebaran rahmatan lil ‘alamin bisa lebih luas. Hijrah dipilih juga dikarenakan perjuangan fisik tidak memungkinkan. Dari sisi jumlah populasi dan persenjataan juga belum memungkinkan. Apalagi pada saat itu orang Islam kondisinya lemah-lemah. Sebab yang masuk Islam adalah orang- orang dhu’afa’. Sedangkan orang-orang kafir musyrik, mereka orang berada dan bahkan orang-orang bangsawan yang tentu saja mereka jauh lebih kuat. “Hijrah itu juga bagian dari perjuangan. Karena dalam berjuang juga perlu strategi. Hijrah merupakan satu alternatif yang paling strategis pada saat itu,” ungkapnya. Guru Besar di UIN Sunan Ampel Surabaya ini juga menganggap, bahwa hijrah yang didukung kaum Anshor di Madinah menjadi sesuatu yang luar biasa. Sementara jika tetap berada di Makkah, masih banyak mereka yang kafir. Dengan hijrah berarti ada keseimbangan kekuatan, dan dengan hijrah tersebut akhirnya umat Islam bisa seimbang kekuatannya dan juga populasinya dibandingkan dengan orang-orang kafir. agi Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur ini, dalam konteks ketika itu hijrah adalah pindah dari situasi dan kondisi yang tidak kondusif untuk pengembangan Islam. Sebab orang-orang yang mempertahankan kehidupan jahiliyyah masih sangat Prof. Dr. H. Shonhaji, Dip. Is. Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim. Pemilihan hijrah ke Madinah bukan tanpa pertimbangan. Sebelum hijrah, orang-orang Madinah sebenarnya telah bertemu dengan Rasulullah dan menge tahui perilaku beliau pada saat mereka melaksanakan ibadah haji. Dari pertemuan tersebut, mereka merasa cocok dan yakin bahwa apa yang diajarkan oleh Rasulullah itu sejalah dengan apa yang dijarkan oleh Nabi Ibrahim dengan ajaran hanifnya. 5 MPA 09/384 / 2018
mulia tidak akan pernah tercapai. Lalu yang kedua, untuk mengem- bangkan Islam juga dibutuhkan sosok pimpinan yang cerdas dan mampu untuk meyakinkan kepada orang lain, bahwa apa yang akan kita kerjakan adalah sesuatu kebaikan dan akan menemui kesuksesan. “Untuk meyakinkan orang lain seperti itu, dibutuhkan figur pemimpin yang mem punyai kecerdasan spiritual dan kecer dasan sosial,” tukas pria kelahiran Lamongan 12 Mei 1968 ini. Pelajaran ketiga dari peristiwa hijrah, adalah menjadikan para pemuda untuk menjadi tulang punggung perjuangan. Sebab hampir semua peristiwa penting dalam kehidupan, pemuda selalu menjadi bagian terpenting. Begitu juga dengan Islam. “Oleh karena itu, mari kita siapkan para pemuda Islam untuk menjadi bagian terpenting dalam perjuangan Islam. Jangan alergi dengan anak-anak muda. Sebab pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan,” ucapnya. Adapun hikmah keempat, hijrah seakan-akan memberikan isyarat bahwa umat Islam harus menjadikan masjid dan pasar sebagai basis perjuangan untuk mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dan jika kedua tempat ini sudah dikuasai oleh umat lain, maka umat Islam pasti akan menjadi lemah secara ekonomi yang akan mengakibatkan lemah iman. Lantas bagaimanakah cara mengimple- mentasikan ajaran hijrah dalam konteks kekinian? Menurut mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya ini, hijrah harus dipahami sebagai perubahan dari sesuatu yang tidak baik menjadi lebih baik dalam konteks berbangsa, bernegara, politik, ekonomi, sosial, budaya. “Dalam konteks berbangsa dan bernegara mislanya, hijrah dapat dimaknai dengan membangun sebuah tatanan berbangsa dan negara yang lebih adil, makmur dan berkemajuan,” bebernya menjelaskan. Baginya, makna hijrah di era milenial dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang. Sebut saja dalam bidang pemerintahan, berarti harus dibangun sistem pemerin- tahan yang menghargai masyarakat sipil. Dalam hal ini pemerintah juga bisa memberikan porsi dan peranan yang lebih besar terhadap agama dalam membangun sebuah sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam bidang ekonomi, umat Islam harus bangkit. Pemerintah juga harus memberikan perhatian atau pemberdayaan ekonomi kerakyatan dengan mengurangi peran pemodal besar. Artinya, sudah Oleh karenanya, mereka langsung menyatakan diri masuk Islam. Mereka menawarkan kepada Nabi untuk pindah ke Madinah. Dengan berpindah ke Madinah, maka Rasulullah tidak akan diganggu atau dimusuhi lagi oleh mayoritas masyarakat yang ada di Makkah. Tidak hanya penawaran saja, tapi juga mereka siap untuk membantu. Orang-orang Madinah rupanya haus akan keadilan dan haus akan berbagai macam pencerahan dari Allah yang Maha Esa. Pada saat itu Ka’bah sudah diwarnai Latta, Manata, dan Uzza sehingga membuat mereka resah. Belajar dari peristiwa hijrahnya Rasul, peraih gelar doktor dalam Islamic Studies ini menyatakan, jika itu diterapkan dengan konteks sekarang tentu saja ada benang merahnya. Yang terjadi pada hijrahnya Rasulullah dan kaum Muslimin dari Makkah ke Madinah, semangatnya adalah perjuangan li i’laa-i kalimaatillah agama Allah di muka bumi. Kemudian juga untuk memberikan pence rahan, mengubah sistem yang menindas, yang tidak berkeadilan, kedho liman, diubah menjadi sistem yang Islami yang manu- siawi. Yang awalnya kaum wanita tertindas, teraniaya, kemudian oleh Islam diberdayakan, dimerdekakan dan dipo sisikan di posisi yang dihormati. Untuk konteks sekarang, semangat hijrah ini dapat kita terapkan dengan mempertanyakan pribadi kita masing- masing. Apakah kita sudah menjalankan Islam yang sebenarnya? Apakah kita ini masih mementingkan diri sendiri atau sudah mementingkan umat? Di sisi lain misalnya dari ilmu, ilmu pengetahuan sekarang ini masih didominasi oleh ilmu yang berasal dari orang-orang Barat. Tugas kita adalah bagaimana kita bisa mengislamkannya. Dalam konteks yang lain, nilai hijrah juga bisa kita terapkan dalam menyejahterakan mayoritas kaum Muslimin yang masih didera kemis kinan. “Mengalihkan mereka dari suatu kondisi ke kondisi yang lebih baik, itu juga hijrah,” ungkapnya. Bagi pria asli Jombang ini, aktualisasi nilai hijrah itu masih sangat kontekstual untuk diaplikasikan saat ini. Artinya, ada Dr. H. Muhammad Sholihin, MPSDM Ketua Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Jawa Timur. aktualisasi makna hijrah yang dulu terjadi pada masa Rasulullah, sekarang dapat kita aktualisasikan dan kita sesuaikan dengan kondisi sekarang. Aktualisasi ini dapat diterapkan kepada kondisi yang tidak baik atau yang kurang baik menjadi kondisi yang baik atau yang lebih baik. Salah satu keutamaan bulam Muharam bagi umat Islam, tutur Dr. H. Muhammad Sholihin, MPSDM, adalah peristiwa hijrah. Fase ini merupakan tonggak sejarah perkembangan agama Islam di Madinah. Sementara sebelumnya Rasulullah dan para pengikutnya mendapatkan perla- wanan sengit dari penduduk Makkah. “Sebab kedatangan Islam dianggap sebagai ancamam atas eksistensi agama nenek moyang mereka,” ujarnya. Menurut Ketua Majelis Tabligh PW Muhammadiyah Jawa Timur ini, peristiwa hijrah ini sangat penting bagi kebangkitan umat Islam di Madinah dan dunia pada umumnya. Sebab di Madinah inilah dasar- dasar perkembangan Islam dibangun oleh Rasulullah; semisal turunnya perin tah shalat jamaah, dasar-dasar peme rintahan, berdirinya masjid Abwa’ dan Nabawi, mendirikan pasar, hingga mem persa tukan suku-suku di Madinah dan mem per- saudarakan kaum Muhajirin dan Anshor. Lebih lanjut dia menjelaskan, bahwa dari peristiwa agung tersebut ada beberapa pelajaran yang bisa diambil. Pertama, dalam mengembangkan agama Islam memerlukan strategi dan dukungan dari berbagai pihak agar berjalan dengan lancar dan sukses. Bila tidak, maka tujuan yang menegakkan hak-hak 6 MPA 09/384 / 2018
saatnya peranan modal asing dibatasi. Dan sebaliknya, keikutsertaan modal ekonomi pribumi harus terus didorong. “Dan di bidang sosial, seharusnya pemerintah menggali nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagai kekuatan sosial yang asli Indonesia,” ucapnya menekankan. Menurut Dr. H.M. Sudjak, M.Ag, hijrah itu mempunyai dua makna; yaitu hijrah fisik dan hijrah maknawi. Hijrah fisik adalah meninggalkan suatu daerah menuju daerah lain. Jika umat Islam di suatu daerah berada dalam kondisi tertindas dan tidak dapat menjalankan ajaran agamanya, maka dia harus berhijrah. Sedangkan hijrah maknawi, adalah meninggalkan hal-hal negatif dalam diri sendiri dengan mengubah sikap, mental, akhlak dan gaya hidup ke arah yang lebih baik menurut ajaran dan tuntunan Islam. “Seorang Muslim sejati, adalah yang menyelamatkan Muslim lain dari kejahatan lisan dan tangan. Dan Muhajir sejati adalah orang yang berhijrah dari hal yang dilarang oleh Allah,” ulasnya. Di era milenial dan khusunya bagi anak muda, tutur Ketua MUI Jatim ini yang membidangi pendidikan dan anti narkoba ini, maka hijrah bisa dimaknai dengan menuntut ilmu setinggi-tingginya. Menuntut ilmu itu tidak terbatas di era milenial saja, tetapi sampai ke liang lahat. “Selain menuntut ilmu, generasi milenial harus sanggup menjadi orang yang shaleh (memperrbaiki diri sendiri, muslih (memperbaiki sekitarnya), dan uswah (teladan),” ujarnya penuh harap. Mantan Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur ini menyatakan, bahwa hijrah itu masih sangat relevan di era milenial. Terutama yang berkaitan dengan hijrah nafsiyah (individu), yakni dengan berusaha menjauhkan diri dari melakukan perbuatan yang menyimpang. Dia juga berusaha mem perbaiki diri untuk bersih dari segala perbuatan kotor, sehingga hati, jiwa dan raga serta segala perbuatannya menjadi suci. “Setelah itu berusaha menghijrahkan keluarga, kerabat, lingkungan dan masya rakat yang ada di sekitarnya (muslih). Sehingga pada akhirnya, bisa membentuk komu nitas yang siap melakukan hijrah,” urainya. Dekan Fakultas Tarbiyah IAI Al- Khoziny ini mengakui, bahwa hijrah di era milenial itu sangatlah berat. Sebab disamping harus memiliki kesabaran, juga dituntut memiliki ketahanan ideologi dan keyakinan, agar tidak mudah terbujuk rayuan dan godaan dari kenikmatan dunia yang fana. Disi lain, dia harus memiliki ketangguhan diri dan tidak mudah lentur saat mendapatkan cobaan yang setiap sehari-hari. “Sebuah realita bukan berarti harus diterima begitu saja, melainkan harus ditolak. Terlebih jika itu bertentangan dengan nilai-nilai agama,” tegasnya. Bagi doktor lulusan UINSA Surabaya ini, dalam kehidupan bernegara dengan beraneka ragam budaya, ras, suku, golongan dan agama, kita harus tetap satu dan menjunjung tinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Merupakan kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia untuk membangun dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia, sehingga dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai rahmatan lilalamin,” tandasnya. Di sisi lain, lanjut Mustasyar PWNU Jatim ini, kita harus dapat membangun kerukunan antar umat beragama satu sama lain, sehingga dapat menumbuhkan kerukunan antar sesama dan yang lain. Juga dapat membangun kehidupan masyarakat yang diliputi oleh suasana yang marhamah (saling menghormati). “Jika semua itu bisa dilakukan, maka akan terwujud suatu kelompok atau negara yang aman, tentram dan damai,” tukasnya menekankan. Dengan berhijrah, tutur mantan Kepala Biro AAK UIN Sunan Ampel Surabaya ini, diyakini akan melahirkan model-model pergaulan yang sehat, interaksi dan komunikasi yang jujur dan saling percaya, serta persaudaraan yang kokoh antar keluarga, tetangga, dan antar masyarakat umumnya. “Dengan berhijrah, diharapkan dapat melahirkan praktik politik yang bermoral, steril dari aksi-aksi provokatif murahan, yang pada akhirnya akan menciptakan realita politik yang berwibawa dan bermartabat,” harapnya. Itulah spirit berhijrah Nabi Muhammad SAW yang pernah diaktualisasikan dalam kehidupannya. Maka kitapun perlu mereak tualisasikannya dalam kehidupan kita. “Nilai hijrah itu sungguh tidak sebatas semangat untuk beragama dan bersosial semata, melain kan juga dapat meneguhkan kualitas keyakinan setiap insan Muslim dalam menga rungi bahtera kehidupan,” pungkasnya. •Laporan: Muhammad Hisyam, Suprianto, Nuriz Setia Hadi. Dr. H. M. Sudjak, M.Ag Ketua MUI Jawa Timur. saat menghadangnya. “Ciri khas seorang Muslim sejati, meskipun bercampur baur namun memiliki ciri khas tersendiri atau tidak terkontaminasi,” tegasnya. Menurut lelaki kelahiran Kediri 1 Pebruari 1954 ini, kini krisis multidimensi sudah begitu menggejala dalam tubuh umat Islam. Oleh karenanya, dibutuhkan hijrah yakni dengan melakukan pembenahan sedini mungkin. Diawali dari diri sendiri, lalu anggota keluarga, lingkungan sekitar dan masyarakat luas. Dalam kehidupan sosial, ujar pria yang pernah nyantri di Pesantren Al Hikmah Purwoasri Kediri ini, hijrah mengandaikan upaya keras untuk meninggalkan berbagai bentuk kemaksiatan yang menjalar dalam sendi-sendi pergaulan bebas anak muda masa kini. Juga dari berbagai bentuk tipu- muslihat dalam hidup manusia, serta semua bentuk iri dan dengki dalam hidup persaudaraan kita. Dalam kehidupan politik, sambung Dewan Penasehat IPHI Prov. Jatim ini, hijrah mengandaikan upaya maksimal untuk menolak semua aksi sogok- menyogok, bentuk-bentuk politik uang, ataupun “politik sarung” – sekalipun semua itu dianggap sudah menjadi realita politik 7 MPA 09/384 / 2018
Fenomena Hijrah Strategi dan Model Dakwah di Era Milenial Bulan Muharam menjadi salah satu bulan istimewa dalam Islam. Sebab didalamnya terdapat peristiwa Hijrahnya Nabi Muhamad SAW beserta para sahabat dari Makkah menuju Madinah sebagai basis dakwah. Tak heran jika oleh Umar bin Khathab peristiwa agung tersebut dijadikan pijakan awal dalam kalender Islam. T membaca peluang ketika kata hijrah begitu viral di tengah masyarakat,” ujar Hafidzul Islam. Bagi Ketua Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) ITS Surabaya ini, dengan banyaknya komunitas hijrah tentu akan memberikan keuntungan bagi siapa saja yang ingin mendalami agama dan ingin berubah menjadi sosok pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. “Memang saat ini hijrah sudah mengalami perluasan makna. Tidak sekedar berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tapi hijrah juga dipahami lebih personal sebagai sebuah sebuah perubahan diri menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya,” beber Izul – panggilan karib Hafidzul Islam – ini. Apalagi menurutnya, Indonesia saat ini sedang memasuki suatu tahapan atau era yang sangat krusial dan menentukan dalam perjalanannya sebagai sebuah bangsa – yang juga berada dalam masa pembangunan. Era yang krusial ini oleh banyak kalangan disebut-sebut sebagai era bonus demografi, yang saat ini sudah dimulai dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada rentang tahun 2025-2030. “Era bonus demografi sendiri ditandai dengan dominasi jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) atas jumlah penduduk tidak produktif,” ungkapnya menjelaskan. Di sisi lain, tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini kian kompleks. Kemudahan akses informasi yang ditopang internet dan media sosial ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi bisa menumbuhkan iklim kreatif dan semakin luasnya pengetahuan, tapi di sisi lain berpotensi menyebabkan dekadensi moral dan spiritual. “Inilah tantangan para dai dan aktivis dakwah kampus untuk mengembangkan strategi maupun model dakwah yang sesuai agar para remaja tidak terjerumus pada hal-hal negatif. Sehingga pada puncak bonus demografi nanti mampu dihasilkan generasi unggul,” katanya penuh harap. erlepas dari peristiwa historis tersebut, saat ini istilah hijrah menjadi fenomena tersendiri di kalangan Muslim perkotaan dan remaja. Bahkan kini banyak bermunculan komunitas-komunitas hijrah seperti Go Hijrah, Pemuda Hijrah, dan Main Ke Masjid. “Inilah kepiawaian para aktivis dakwah 8 MPA 09/384 / 2018
Sementara itu, menurutnya, fenomena hijrah saat inipun harus disambut oleh semua pihak tidak hanya lembaga dakwah. Dari sisi ekonomi dengan boomingnya fenomena ini menawarkan ceruk bisnis yang menggiurkan. Salah satu contohnya, adalah kebutuhan fashion Islami dan aneka produk perawatan tubuh yang sesuai tuntunan syariah. Bahkan konon saat ini Indonesia menjadi trend setter hijab di dunia. “Ada berapa jenis hijab di Indonesia saat ini? Ada ratusan model yang itu tidak ada di negara lain,” ucapnya memberikan contoh. Memang fenomena hijrah tidak bisa dilepaskan dari perkembangan dunia fashion. Bahkan saat ini orang tidak perlu takut tampil tidak modis ketika sudah berhijrah. Karena sudah banyak produk yang ditawarkan. “Jangan sampai trend ini justru menguntungkan pelaku bisnis non Muslim. Inilah momentum bagi Muslim untuk mengembangkan ekonomi keumatan,” tukas mahasiswa Teknik Material ITS Surabaya ini mengingatkan. Bagi Zein Farid Vicky Mahendra, hijrah secara bahasa berarti berpindah. Namun saat ini, istilah itu digunakan sebagai sebutan untuk menamai sebuah gerakan yang mengajak kaum Muslim. Khususnya anak muda untuk berpindah menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara meningkatkan menjalankan syariat agama. Gerakan hijrah sendiri amat populer di kalangan anak muda kelas menengah perkotaan. Hal ini terjadi karena memang kampanye hijrah paling masif dilakukan di media sosial, di mana pengguna terbesarnya adalah anak muda kelas menengah perkotaan. Menurutnya, hijrah itu sudah menjadi kebutuhan urgen bagi remaja saat ini. Apalagi masalah yang dihadapi remaja saat ini kian kompleks. “Kita harus lebih dini berhijrah demi hari depan yang lebih berkah,” tukasnya. Ketua SKI SMAN 5 Surabaya ini beralasan, bahwa kalau tidak segera dila- kukan, dikhawatirkan dikemuain hari akan salah jalan. Ditambah lagi per- kembangan dunia teknologi informasi seperti media sosial dan internet saat ini yang memebutuhkan daya kontrol pribadi. “Dengan berhijrah, paling tidak akan menjadi perisai diri dari pengaruh buruk dari lingkungan maupun teknologi informasi,” ucapnya. Memang saat ini hijrah menjadi sesuatu yang populer di kalangan anak muda kekinian. Apalagi banyak pesohor dan artis yang mengaku melakukannya kepada Allah, tidak saja pada sisi ritual tapi juga spiritual. Kita tingkatkan ibadah kita agar kita semakin dicintai Allah,” ajaknya. Agar dalam proses hijrah tidak salah jalan, dirinyapun membagikan beberapa tips. Pertama, dalam memilih guru harus seseorang yang mumpuni dari sisi keilmuan maupun perilakunya. “Dan kedua, kalau ingin menambah referensi dari internet harus dari sumber yang terpercaya,” katanya menjabarkan. Sementara itu, bagi siswa Kelas XII IPA 2 SMAN 5 Surabaya ini, konsep hijrah sendiri sejatinya bisa diaplikasikan ke dalam beragam bidang. Paling tidak, kalau sebagai pelajar selama ini tidak memiliki semangat belajar, tentu ke depan harus lebih giat demi menuai kesuksesan di hari depan. “Kalau kita selama ini memanfaatkan teknologi hanya sebagai sarana hiburan semata, dengan konsep hijrah kita bisa beralih dengan memanfaatkannya untuk hal positif dan kebaikan,” pungkasnya. •Suprianto Hafidzul Islam Ketua JMMI ITS Surabaya. Hijrah secara bahasa berarti berpindah. Namun saat ini, istilah itu digunakan sebagai sebutan untuk menamai sebuah gerakan yang mengajak kaum Muslim. Khususnya anak muda untuk berpindah menjadi pribadi yang lebih baik dengan cara meningkatkan ketaatan dalam menjalankan syariat agama. ketaatan dalam - Hafidzul Islam - dan terlihat jadi lebih Islami. Tapi ternyata banyak yang salah paham terhadap konsep hijrah ini. Menurut Vicky – pangglan karib Zein Farid Vicky Mahendra, hijrah bukan sekedar berpindah menjadi lebh Islami belaka atau hanya sekedar perubahan fisik semata. “Meski memakai pakain Islami tapi perilakunya masih tidak Islami.. ya tidak ada artinya. Jadi kalau bisa ekspresi enternal itu merupakan perwujudan ekspresi internal jiwa,” tuturnya. Nah, datangnya bulan Muharam ini menurutnya bisa dimanfaatkan sebagai momentum bisa kembali kepada jalan Allah SWT. “Mari memanfaatkan Muharam ini untuk senantiasa mendekatakan diri Zein Farid Vicky Mahendra Ketua SKI SMAN 5 Surabaya. 9 MPA 09/384 / 2018
Makna Aktualisasi Hijrah bagi Anak Milenial Kebangkitan Hijriyah, bagi Sani Akmal Fadhlullah, lebih dimaknai sebagai ruang belajar secara terus menerus. Dari sanalah dirinya dapat berkiprah di dunia sains dan menyabet berbagai kejuaraan. Sani – demikian dia biasa disapa – juga menorehkan kejuaraan pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) XVII 2018 yang dihelat Kementerian Pendidikan di Kota Padang, Sumatera Barat, sejak tanggal 1 s.d 6 Juli 2018. D (UNP) tersebut, santri pondok pesantren Amanatul Ummah Pacet ini lebih memilih bidang IPS. Padahal dia juga menguasai bidang IPA. Hal itu telah dibuktikannya pada olimpiade sains tingkat kabupaten dan provinsi. “Tapi saya memang lebih memilih IPS,” tukas siswa Kelas 9/CI (Cerdas Istimewa) Madrasah Tsanawiyah Amanatul Ummah ini singkat. Pasalnya, kakaknya juga anak olimpiade IPA. Di SMA kakaknya meraih juara di bidang biologi. “Dulu sewaktu di SD Muhammadiyah saya juga pernah menang olimpiade IPA, juga bidang biologi. Lantas saya berpikir, masak harus ikut-ikutan kakak terus,” kilahnya. “Nah, sejak saat itulah saya putuskan untuk ikut olimpiade IPS. Yaa.. biar satu keluarga nggak sama semua,” katanya menambahkan. Anak pasangan Ari Indijanto dan Umi Nur Jannah ini mengaku memang termotivasi oleh sang kakak. Itulah sebabnya, ketika kakaknya mencipta puisi, dirinya hendak membaca puisi-puisi tersebut. Saat kakaknya membacakan puisi di depannya, hati Sani semakin tertarik. Itulah yang membuat dirinya sering mengikuti lomba baca puisi. “Jadi sebenarnya saya ini bukan anak olimpiade, tapi anak seni. Dulu kan ada PSP (Pekan Seni Pelajar). Nah, saat ngikut lomba baca puisi tingkat provinsi saya juga dapet juara,” ungkapnya ceria. Saat ditanya mengapa pada akhirnya tertambat di bidang IPS, santri kelahiran 30 Nopember 2004 ini menyatakan, bahwa di IPS – seperti pada geografi, sosiologi, sejarah, dan ekonomi – itu ada metode analisis dan tidak banyak alam OSN yang pembukaannya diselenggarakan di auditorium Universitas Negeri ustadz sangat membantu saya. Ini untuk menganalisa apakah berita yang kita baca itu hoaks atau bukan. Dan kita harus ambil yang riil,” tandasnya. Untuk memperluas penghobi makanan rendang dan gule ini mengajak anak-anak lainnya untuk gemar membaca. “Sebagai generasi milenial, setiap ada waktu senggang sempatkan untuk membaca dan membaca. Disamping membaca buku-buku pelajaran, juga buku-buku pengetahuan,” katanya penuh harap. “Aku sendiri selalu menyempatkan membaca di sela-sela aktivitas apapun. Disamping itu juga mengamati lingkungan. Baik lingkungan alam sekitar maupun lingkungan sosial,” tambahnya. Setiap ada waktu, sambungnya, selalu dipergunakan untuk sharing dengan teman-temannya untuk berbagi ilmu. Ini sekaligus untuk menjajagi seberapa dalam ilmu dan pengalaman hidup yang telah dicapainya. Sani juga tak segan-segan menularkan pengetahuan kepada adik-adik kelasnya. “Disamping untuk menyalurkan ilmu, juga agar ilmu itu barokah. Karena kalau ilmu itu dipakek sendiri, kayaknya kurang bermanfaat,” terangnya. Lantas apa yang ingin dicapai Sani ke depan? “Saya ingin ke pulau-pulau terpencil. Di sana saya akan mengeterapkan ilmu pengetahuan yang selama ini kupelajari. Dan juga ke luar negeri. Sebab aku ingin menambah ilmu pengetahuan dari sana. Setelah mendapatkannya saya akan mengeterapkannya di Indonesia,” paparnya. “Untuk harapan nasional, saya ingin jadi seseorang yang bermanfaat melalui pemerintahan. Jadi ketika bangsa ini ada masalah, saya akan segera untuk mencarikan solusinya,” tandasnya. •M. Tajuddin Nurcholis Padang pengetahuan, teori. masalah-masalah sosial yang muncul. “Karena mudah bergaul, saya sering pula menghadapi masalah dalam pergaulan. Nah, saya pengin belajar bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Itulah kenapa saya memilih IPS,” tegasnya. Di IPS itu, lanjut anak ketiga dari empat bersaudara ini, tak hanya nilai yang penting tapi juga sikap. Juga termasuk analisa akomodasinya terhadap lingkungan. Dengan pengetahuan dan cara berpikir logis kita dituntut untuk dapat menyelesaikannya. “Makanya saya sering sekali mengamati lingkungan. Jika ada problem saya berpikir bagaimana cara mengatasinya,” ujarnya. “Karena saya di pesantren, otomatis informasi dari para Apalagi kini banyak sekali 10 MPA 09/384 / 2018
LIPUTAN KHUSUS HAJI MABRUR Keshalehan Sosial dan Lentera Umat Setiap jamaah haji pasti ingin meraih predikat Haji Mabrur. Oleh karenanya, setiap jamaah perlu memperhatikan dan memiliki jiwa kemabruran haji tersebut. “Haji mabrur laysal jaza’ illal jannah,” tukas Drs. Jamal, M.Pd.I. M saat melaksanakan ibadah haji. Yang pertama, adalah menghindari sifat rofats atau menggunjing orang lain. Karena potensi untuk melakukan rofats saat ibadah haji sangatlah besar karena situasi dan keadaan dengan berkumpulnya banyak orang, serta banyaknya perbedaan-perbedaan yang ada. Yang kedua, harus menghindari sifat fusuuq atau kemunafikan. Sifat kemunafikan ini luar biasa halusnya berpotensi menghinggpi jamaah haji. Menghindari sifat ini sangat penting karena akan berdampak pada perilaku, baik yang berhubungan dengan ibadah maupun muamalah. “Setan itu sangat luar biasa halusnya mengajak seseorang kepada perbuatan fusuq ini,” katanya mengingatkan. Sedangkan yang ketiga, adalah menghindari jidaaal atau berbantah- bantahan. Hal ini sangat berpotensi untuk terjadi. Mengingat suasananya luar biasa gampang untuk menyulut kemarahan. Disamping karena udaranya yang panas, ditambah lagi dengan fisik yang letih. Sehingga gampang sekali di antara jamaah terjadi saling marah-memarahi lalu berbantah-bantahan dan bertengkar. Menurut pria kelahiran Lamongan 16 Maret 1963 ini, sebenarnya Allah SWT telah memberikan solusi atas hal tersebut; bahwa setiap jamaah harus membekali diri dengan ketaqwaan. “Taqwa di sini adalah cenderung atau lebih dominan pada nilai kesabaran. Sebab ibadah haji itu tidak sekedar secara ritual atau secara syar’i semata, tapi lebih banyak secara fisik,” jelasnya. enurut Kabid Penyelenggara Haji dan Umroh Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur ini, untuk menuju Haji Mabrur tersebut minimal ada tiga hal yang harus dihindari Drs. Jamal, M.Pd.I. Kabid Penyelenggara Haji dan Umroh Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Oleh karenanya, jika tidak didasari dengan nilai-nilai kesabaran, maka jamaah haji tidak akan sanggup melaksanakannya. Namun jika para jamaah haji mampu mengelola hatinya menjadi orang yang sabar, maka mereka akan merasakan nikmat yang luar biasa. “Dan ini merupakan tanda-tanda dari kemabruran haji seseorang,” tukasnya. 11 MPA 09/384 / 2018
LIPUTAN KHUSUS Untuk menyongsong kemabruran haji, lanjut lelaki yang menyelesaikan S1nya di IAIN Sunan Ampel Surabaya ini, maka yang harus dihayati adalah terutama ritual wukuf di Arafah. “Secara bahasa, Arafah berarti mengenal diri; bahwa kita adalah hamba Allah Dzat yang Maha Kuasa,” urainya. “Allahlah yang menggerakkan kita. Mulai dari hati dan fisik, sehingga mampu melaksanakan ibadah haji dengan penuh keikhlasan,” tambahnya. Setiap jamaah haji harus dapat menyerap dan merasakan apa makna dari Arafah dalam rangka mengembalikan fitrah manusia. Hal ini perlu dilakukan, karena kita sudah bergelimang dosa, khilaf dan seterusnya. “Kita adalah hamba Allah yang banyak salah, banyak dosa dan khilaf. Oleh karenanya kita harus kembali kepada nilai fitrah kita,” ulasnya. Jika tahu bahwa kita adalah hamba Allah, tuturnya, tentunya kita tidak akan sombong, congkak dan takabbur. Menghambakan berarti kita berkewajiban untuk sujud. Sujud tidak hanya sebuah kewa ji ban namun sebuah kebutuhan. Orang yang tidak mampu mengenali dirinya, maka orang tersebut tidak akan mau bersujud. “Jadi, pada hakekatnya orang yang mampu melaksanakan wukuf di Arafah tentu akan mmpu mengenali dirinya,” simpulnya. Untuk menunjang kemabruran haji tersebut, sambung pria yang meram- pungkan S2nya di UNSURI tahun 2005 ini, Bidang PHU selalu menyarankan jamaah haji untuk bergabung dengan IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia). Sebab di dalam IPHI terdapat kegiatan- kegiatan positif yang bisa diikuti. Selain itu, setiap jamaah yang telah kembali ke Tanah Air hendaknya juga mengikuti kegiatan-kegiatan keislaman, pengajian, atau kegiatan keagamaan lainnya. Hal tersebut dibutuhkan untuk meme- lihara kemabruran haji, sehingga tidak gampang luntur. Kemabruran ini harus terus diasah dan harus ada perubahan ke arah yang lebih baik. Kemabruran juga perlu dibiasakan sehingga menjadi sebuah akhlaq. “Kata Imam Ghazali, perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh seseorang akan menjadi akhlaq. Kalau sudah menjadi akhlaq, maka menjadi sesuatu yang akan dilakukan secara spontanitas,” tandasnya. Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), tutur DR. M. Naim, M.Ag, memang mempunyai visi untuk mengim- ple mentasikan Haji Mabrur di tengah- tengah masyarakat. tercapai kondisi umat dan bangsa yang untuk berhaji. “Harapan IPHI, bahwa setiap orang yang berhaji bisa melaksanakan secara mandiri dan betul-betul mengerti tentang makna manasik haji,” pintanya. “Dengan memahami hikmah perjalanan haji, inysaAllah akan membentuk haji yang mabrur,” tambahnya bernada harap. Sejak pra dan pasca haji, lanjut pria kelahiran Lamongan 19 Agustus 1964 ini, IPHI memang mempunyai kewajiban untuk membimbing dan mengarahkan jamaah haji. Ini agar mereka memperoleh ilmu-ilmu tentang seputar haji. Kedepan nanti diharapkan bisa dibangun suatu jalinan erat antara jamaah haji dengan IPHI, sehingga calon jamaah haji bisa ikut dalam kegiatan-kegiatan yang diberikan IPHI. Seperti kegiatan ibadah, kegiatan sosial bersama, serta pengembangan ekonomi melalui ekonomi syariah. Menurutnya, haji merupakan iba- dah yang sangat penting bagi Muslim sedunia. Keberadaan haji sebagai ritual keagamaan pada akhirnya bertujuan untuk membuang sifat egois yang ada pada diri manusia. “Ketika berpakaian ihram, maka semua wajib melepas atribut yang ada. Yang ditonjolkan adalah sisi solidaritas, kemanusiaan dan sosial,” ujarnya. “Setelah melaksanakan haji diharapkan manusia menjadi lebih bersih dan suci,” tandasnya. Oleh karenanya, ibadah haji sangat naïf jika hanya dipandang sebagai ritual keagamaan yang sifatnya individual semata. Kita harus mampu menjadikan haji sebagai ibadah sosial. “Sebab di dalam ritual haji, semua umat Muslim menjadi sama, tidak ada yang membedakan secara tampilan fisik satu sama lain,” terangnya. Naim mengingatkan, bahwa ibadah haji tak saja membutuhkan kesiapan fisik prima, harta untuk perjalanan dan akomodasi semata, melainkan juga memerlukan kesiapan mental yang tangguh. Tak cuma memerlukan pengetahuan yang cukup tentang ilmu haji itu sendiri, namun juga ajaran Islam secara keseluruhan dan wawasan dunia Islam. “Dalam Islam, setiap jenis ibadah mengandung setidaknya tiga hal; yakni niat, ritus (praktik) dan hikmah (sosial),” simpulnya. Ibadah haji juga tak sekadar membu- tuhkan niat dan ritual yang benar semata, tapi juga membutuhkan bukti keikhlasan dan amaliah yang benar dengan adanya perubahan pada perilaku, baik secara transendental maupun secara sosial. “Untuk itulah, para jamaah haji harus siap menjadi manusia baru yang memiliki kesalehan individual dan sosial. Kesalehan itulah yang menjadi modal bagi perbaikan DR. M. Naim, M.Ag Bendahara IPHI Jawa Timur. sejahtera lahir dan batin. “IPHI hendak memberdayakan para jamaah haji untuk meles tarikan kemabruran hajinya, se- hingga dapat menjadi teladan, panutan dan pilar peningkatan kualitas umat dan bang sa Indonesia,” ujarnya. Menurut Bendahara IPHI Jawa Timur ini, pihaknya memang bertugas untuk membimbing, memberikan penyuluhan, serta melaksanakan pembinaan dan penerangan haji kepada calon jamaah haji. Targetnya, bagaimana mereka dapat memahami manasik haji yang sebenarnya. “Sedangkan tugas pasca haji, adalah melak- sanakan dan melestarikan haji mabrur tersebut,” tukasnya. Doktor Psikologi Pendidikan ini mene kankan, untuk melestarikan kema- bruran haji tersebut, maka pembinaan pra haji harus lebih diintensifkan lagi. “IPHI telah menye pakati, bahwa pembinaan haji dilaku kan lima tahun sebelum berangkat. Ini artinya, orang yang sudah mendaftar haji ada waktu cukup lama untuk pengenalan dan pembelajaran tentang haji,” paparnya. “Dengan begitu mereka yakin kalau ada hik mah di balik pelaksanaan ibadah haji. Jadi ketika berhaji sudah siap melakukan ibadah karena rentang pendidikan yang cukup lama tersebut,” tambahnya menjelaskan. Ketua Gabungan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam (GUPPI) Jatim ini menyatakan, bahwa untuk menyentuh kesadaran bagaimana memahami makna haji yang baik dan benar. Dengan demikian, maka setiap calon jamaah haji tidak lagi mementingkan dirinya sendiri, serta melepas atribut yang dipakai sehingga orang bisa belajar sabar IPHI bertugas Tujuannya agar 12 MPA 09/384 / 2018
LIPUTAN KHUSUS diri, keluarga, lingkungan, dan bangsa secara keseluruhan,” tuturnya. Bagi umat Islam yang menunaikan ibadah haji diharapkan menjadi manusia- manusia baru, dengan semangat baru, untuk menjadi pionir dalam perbaikan bangsa. Seseorang yang meraih Haji Mabrur akan memberikan pengaruh bagi dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Ini artinya, seseorang yang meraih Haji Mabrur tak hanya shaleh secara ritual, tetapi juga shaleh secara sosial atau memiliki kepedulian sosial. “Seseorang yang meraih Haji Mabrur itu menjadi panutan di dalam masyarakatnya. Haji Mabrur di tengah- tengah masyarakat seperti lentera sekaligus teladan umat,” tandasnya. Oleh karenanya, sambung Ainun Na’imah, SHI, M.Pd, untuk meraih Haji Mabrur itu perlu dipersiapkan jauh hari sebelumnya. Prosesnya dimulai dari awal persiapan, selama di tanah suci, dan pasca haji. “Semua KBIH yang terakreditasi harus ada program pembinaan bimbingan selama di Tanah Air dan selama di tanah suci,” tukasnya. Ketua KBIH Nurul Faizah Surabaya ini menuturkan, persiapan yang paling utama adalah pemurnian kembali niat karena Allah. Setiap calon jamaah haji harus benar-benar ikhlas semata karenaNya dan tiada niatan lain. Selain itu, rezeki yang digunakan untuk berangkat haji harus rezeki yang halal. “Allah hanya menerima rezeki yang baik- baik dan halal, sehingga di tanah suci akan menjadi berkah,” ujarnya. Yang tak kalah pentinya, kata dosen STIT Urwatul Wutsqo Jombang ini, adalah pengetahuan tentang manasik. Sebab ibadah haji yang tak didukung dengan ilmunya, di tanah suci akan kesulitan menjalankan ibadah haji. Dalam ibadah haji, ada ketentuan syarat, wajib dan rukunnya. “Banyak jamaah haji yang riskan melanggar peraturan yang ada pada ritual haji,” ungkapnya. Di tanah suci, selain harus mening- katkan ibadah secara pribadi, namun sebisa mungkin bermanfaat bagi jamaah yang lain. Jadi selain meningkatkan ibadah secara personal, juga sebisa mungkin bermanfaat kepada siapapun yang membutuhkan di sekitarnya. Apalagi kebersamaan para jamaah haji sudah terjalin dari sebelum berangkat. “Deg-degan sama-sama, exiceted sama-sama, di sana juga bersama-sama selama 42 hari,” terang alumnus Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta ini. Sebelum berangkat haji, KBIH Nurul Faizah melakukan kegiatan manasik haji dari KBIH Nurul Faizah sela- ma 40 hari sudah mendapatkan jadwal runut setiap harinya. Sehingga mereka sudah mengetahui apa yang seha rusnya dilakukan. Namun demikian, pendam- pingan juga terus dilakukan. Mulai dari shalat berjamaah di Masjidil Haram, shalat malam di Masjidil Haram atau di hotel, saat melaksanakan umroh, atau juga kajian-kajian seusai shalat berjamaah saat berada di hotel. Kajian-kajian tersebut untuk memberikan pemahaman terkait hal-hal yang perlu diketahui para jamaah. Saat berada di bus pendamping haji juga selalu memberitahukan hal-hal yang harus dijauhi karena dapat merusak pahala haji. Karena dalam haji ada larangan untuk rofats, fusuq, dan jidal yang rawan untuk dilakukan. “Apalagi kalau pulang dari masjid, antre lift lalu ada orang yang tiba- tiba menyerobot, itu sangat merangsang kita untuk marah,” katanya menyontohkan. Lulusan S2 Universitas Islam Asy- Syafi’iyah Jakarta ini mengatakan, bahwa dalam haji ada rukun dan wajib yang harus dilakukan. Larangan-larangan haji yang jika dilanggar, disarankan untuk langsung dibayar supaya tidak merusak pahala hajinya. “Untuk menjadi Haji Mabrur itu syaratnya harus sah dulu. Kalau sah berarti ketentuan wajib dan rukunnya harus dilakukan sesuai dengan syariah yang ditentukan Allah SWT,” tuturnya. Ketika jamaah haji sudah kembali ke Tanah Air, untuk menunjang kema bruran haji KBIH Nurul Faizah masih menyam- bung silaturrahmi di forum persaudaraan haji. Di forum ini secara bergantian di rumah para jamaah haji. Pertemun sekali dalam 2 atau 3 bulan yang diawali dengan shalat Dhuha, shalat Tasbih, atau shalat Hajat, sebagaimana menjadi kebiasaan saat jamaah haji mengikuti manasik haji. Selain itu juga ada mauidhoh- mauidhoh yang langsung disampaikan oleh pendamping haji Nurul Faizah. Forum tersebut juga dipergunakan untuk saling mengingatkan kembali terkait ibadah- ibadah sehingga menjadi semakin lebih baik. “Indikator kemabruran haji seseorang adalah ibadahnya meningkat dan secara sosial lebih baik,” tukasnya. “Haji yang mabrur merupakan titik tolak untuk membuka lembaran baru ke depan. Jadi, harus meninggal kan hal-hal buruk yang dilakukan sebelum berhaji,” tutur perempuan kelahiran Jombang 8 Oktober 1979 ini mengutip perkataan Hasan Al-Basri. Laporan: Muhammad Hisyam, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), memang mempunyai visi untuk mengim ple mentasikan Haji Mabrur di tengahtengah masyarakat. Tujuannya agar tercapai kondisi umat dan bangsa yang sejahtera lahir dan batin. IPHI hendak memberdayakan para jamaah haji untuk meles tarikan kemabruran hajinya, se hingga dapat menjadi teladan, panutan dan pilar peningkatan kualitas umat dan bang sa Indonesia. dilakukan Ainun Na’imah, SHI, M.Pd Ketua KBIH Nurul Faizah Surabaya sebanyak delapan kali yang dilakukan setiap bulan. Salah satunya di Asrama Haji Sukolilo Surabaya dengan praktek. Selain praktek haji, juga dilaksanakan shalat sunnah. Biasanya diawali dengan shalat Dhuha berjamaah, shalat Tasbih, atau shalat Hajat. Lalu ditambah lagi dengan istighotsah. “Hal itu dilakukan untuk pembiasaan dan pemanasan, sehinga ketika berada di tanah suci sudah tidak kaget lagi. Karena di tanah suci, harus dimaksimalkan untuk ibadah,” paparnya. Selama di tanah suci, calon jamaah bersamaan Nuriz Setia Hadi. 13 MPA 09/384 / 2018
LIPUTAN KHUSUS Indonesia Mencetak Sejarah di Asian Games 2018 Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memastikan Indonesia mencetak sejarah di Asian Games 2018. Kali ini Merah Putih meraih medali emas terbanyak sepanjang masa. Per 27 Agustus 2018 pukul 20.30 WIB, Indonesia untuk sementara mendapatkan 22 medali emas, 15 perak, dan 27 perunggu di Asian Games tersebut. Total sudah 64 medali dikumpulkan Indonesia. H perolehan medali Indonesia kali ini sudah melampaui dari yang ditargetkan. Sebelumnya, Indonesia hanya ditargetkan meraih 16 hingga 20 medali emas. Selain itu, torehan itu sudah jauh melampaui pencapaian saat tampil di Asian Games 1962. Waktu itu, Indonesia meraih 11 emas, 12 perak, dan 28 perunggu. Dengan torehan 11 emas pada Asian Games 1962, Indonesia menunjukkan laju terbaik. Dan pada 2018 ini Indonesia menunjukkan rapor terbaik sepanjang sejarah keikutsertaan Asian Games. Menteri Pemuda (Menpora) Republik Indonesia (RI) Imam Nahrawi cukup puas dengan torehan kontingen Indonesia di ajang Asian Games 2018. “Ini adalah emas terbanyak di sepanjang keikutsertaan Indonesia di Asian Games. Kita sudah melampaui perolehan di Asian Games 1962. Ini luar biasa,” ujarnya sumringah. Dia juga bersyukur beberapa cabang olahraga (cabor) emasnya di ajang Asian Games 2018. asil ini menjadikan Indonesia menempati posisi keempat dalam perolehan medali. mensupport seluruh pahlawan olahraga yang bertempur di medan olahraga,” harap Ketua IKA UINSA ini. Meski demikian, mengingatkan masyarakat untuk tetap memberi dukungan kepada para atlet yang gagal meraih medali. Menurutnya, hal ini harus dilakukan karena para atlet telah berjuang sekuat tenaga. “Selain memberikan apresiasi bagi yang belum berhasil, jangan sekali-kali kita bully mereka. Jangan sekali-kali kita singgung perasaannya. Sebaliknya, kita harus terus support. Karena saya yakin di hati mereka tidak ada secuilpun keinginan untuk kalah. Mereka sudah berjuang sekuat tenaga,” tukasnya berpesan. Di luar itu, menurut Imam, Asian Games membuat Indonesia berbenah terutama dari segi infrastruktur olahraga. Menurutnya, pemerintah akan terus berupaya memajukan prestasi olahraga lewat sarana dan prasarana kelas dunia. Hal inilah yang akan jadi warisan generasi berikutnya. Melalui sarana fisik akan terbangun jiwa-jiwa anak muda yang kuat karena olahraga. Selain itu, warisan yang tak kalah penting dan harus lahir dari Asian Games Tentunya, dirinya juga Dr. (HC) H. Imam Nahrawi, S.Ag., M.KP dan Olahraga Menteri Pemuda dan Olahraga RI Pundi-pundi dipastikan masih bakal terus bertambah karena perhelatan Asian Games 2018. “Saya berikan penghargaan sekaligus terima kasih kepada mereka. Masih ada waktu, masih ada hari dimana kita masih terus ingin meraih emas lagi. Kita akan terus dukung perjuangan atlet-atlet kita sampai titik darah penghabisan. Kami akan terus medali Indonesiapun mengakhiri puasa 14 MPA 09/384 / 2018
LIPUTAN KHUSUS terakhir, Asian Games 1990 di Beijing, Cina, Indonesia meraih peringkat ke-7 dengan 3 emas, 6 perak, dan 21 perunggu. Dengan persaingan ketat dan bertambahnya jumlah negara peserta, prestasi Indonesia pada Asian Games selanjutnya tampak mengalami kemunduran. Pada Asian Games 1994 dan 1998 misalnya, Indonesia harus keluar dari peringkat 10 besar, dimana harus berada di peringkat 11. Sementara, pada Asian Games 2002, Indonesia berada di peringkat 14 dan 22 di Asian Games 2006 di Doha, Qatar. Prestasi Indonesia sempat naik kembali pada perhelatan Asian Games 2010 dengan duduk di peringkat 15. Namun, pada ajang Asian Games 2014, Indonesia harus puas peringkat ke-17. Ketika itu tim merah putih berhasil meraih 20 medali yang terdiri dari 4 emas, 5 perak, dan 11 perunggu dari 23 cabang yang diikuti (total 37 cabang yang dipertandingkan). Bagi Imam, Indonesia ialah bangsa yang besar. Hal ini dapat dibuktikan di lapangan olahraga. Pada suatu masa, Indonesia pernah amat gemilang. Masa- masa itu ialah ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962 dan finis di peringkat kedua klasemen akhir. “Sekarang ialah waktu yang tepat merebut kembali era kejayaan itu. Asian Games 2018 ialah momentum untuk mengubah cara pandang kita terhadap olahraga,” ujar lelaki kelahiran Bangalan ini. “Jika mungkin selama ini kita kurang yakin, kurang percaya diri, kurang tegak, masih takut, masih ragu-ragu akan kemampuan sendiri, Asian Games 2018 harus mampu mengubah itu semua. Dan sekali lagi kita sudah membuktikannya bahwa kita mampu,” imbuhnya optimistis. Sementara itu dari sisi penyelenggaraan, Dewan Olimpiade Asia (OCA) menga- presiasi kerja keras Indonesia dalam menggelar Asian Games 2018 Jakarta- Palem bang. Bahkan mereka memuji upacara pembukaan yang disuguhkan Indo nesia pada 18 Agustus lalu, cukup istime wa. OCA optimistis Indonesia bakal sukses menjalankan Asian Games hingga tuntas. Menurut OCA, Indonesia telah mampu menggelar Asian Games dengan mewah hanya dengan waktu persiapan sekitar tiga tahun. Padahal, untuk melaksanakan Asian Games biasanya membutuhkan waktu minimal enam tahun. Meski persiapan waktu singkat tapi seluruh penikmat merasa puas akan pelaksanaan Asian Games di Indonesia. Dengan ini menjadikan Indoensia sebagai negara pertama di Asia yang bisa menyelenggarakan nya dalam waktu singkat. •Suprianto/berbagai sumber yang makin Jafro Megawanto Peraih Medali Emas Cabor Paralayang Ajang Asian Games merupakan acara perayaan olahraga terbesar di Asia. Acara ini didirikan tahun 1951 di New Delhi, India. Namun Indonesia baru mengikutinya pada tahun 1962. Pada saat itu, Indonesia berhasil menduduki posisi runner up dengan perolehan medali sebanyak 51 medali: 11 emas, 12 perak, dan 28 perunggu. Memang jika melihat ke belakang, Indonesia memiliki prestasi yang flutkuatif di Asian Games. Indonesia beberapa kali masuk dalam 5 besar dalam Asian Games. Yakni pada tahun 1962, 1970, dan 1974. Sementara rangking sepuluh besar ditorehkan Indonesia pada tahun 1951 di New Delhi, India dengan duduk di peringkat ke-7. Tahun 1966 di Bangkok, Thailand, Indonesia duduk di peringkat ke- 6 dengan perolehan 7 emas, 4 perak, dan 10 perunggu. Tahun 1978 di Bangkok, Thailand, Indonesia berada di posisi ke-7 dengan perolehan 8 emas, 7 perak, dan 18 perunggu. Tahun 1982 New Delhi, India, Indoensia menduduki peringkat 6 dengan 4 emas, 4 perak, dan 7 perunggu. Tahun 1986 di Seoul, Korea, Indonesia meraih posisi ke-9 dengan 1 emas, 5 perak, dan 4 perunggu. Dan yang Puspa Arumsari Peraih Medali Emas Cabor Pencak Silat Khoirul Mukhib Peraih Medali Emas Cabor Balap Sepeda Gunung ialah budaya berolahraga. Masyarakat yang gemar berolahraga merupakan investasi bagi prestasi olahraga di masa depan. Jika seluruh masyarakat secara aktif dan berkesi- nambungan melakukan olahraga, Indo nesia tidak bakal kekurangan manu sia-manusia berprestasi. Dengan begini kebang kitan olahraga akan segera terealisasi. 15 MPA 09/384 / 2018
BIANGLALA Muhammad Rafli Mursalim Dua Santri Pesepakbola Timnas Indonesia Siapa sangka santri dapat merambah dunia sepak bola nasional? Selama ini, timnas Indonesia dibanjiri pemain dari klub dan sekolah sepak bola. Tapi Muhammad Rafli Mursalim telah mengukirkan namanya dapat berlaga di timnas. Santri jebolan pondok pesantren Al As’ariyah Banten ini, terbukti sanggup menjadi striker andalan timnas U-19. R Dalam ajang kejuaraan yang digelar di Stadion Thuwanna Yangon Myanmar itu, Rafli menyumbangkan 6 gol. Semen tara di ajang Piala AFF U-19 yang diselengga- rakan di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Rafli selalu mencetak gol setiap kali ditu- runkan merumput. Nama Rafli mulai berkibar saat dirinya mengikuti Liga Santri Nusantara (LSN). Dirinya mencuat bersama tim pondok pesan- tren Al Asy’Ariyah, Tangerang, Banten. Pada kompetisi – hasil kerja sama Kemenpora dan RMI-Nahdatul Ulama – itu, tak tanggung- tanggung Rafli mencetak 15 gol. Itulah yang membuat pemain kelahiran Tangerang 5 Maret 1999 ini dinyatakan sebagai top skorer turnamen. Dari turnamen itulah nama Rafli melambung hingga menjadi pemain andalan timnas. Itulah pasalnya, pemain Mitra Kukar dan bernomor punggung 9 ini tak pernah melupakan Liga Santri. Sebab hidupnya mulai berubah setelah turut serta dalam Liga Santri Nusantara (LSN). “Dari Liga Santri akhirnya saya bisa dipanggil untuk timnas. Alhamdulillah.. saya bisa seperti afli adalah satu dari dua striker andalan Timnas Indonesia U-19, khususnya di Piala AFF U-18 2017. ini. Ini rezeki dari Allah SWT dan doa orangtua saya,” ujarnya besahaja. Rafli mengakui, bahwa kehadiran Liga Santri mengubah nasibnya. Karenanya dia berharap, agar dalam setiap gelaran banyak santri yang bisa mengikuti jejaknya. “Harapan saya buat Liga Santri, bisa lebih maju lagi. Bisa lebih baik lagi. Bisa melahirkan banyak pemain potensial. Semoga mereka bisa jadi pemain hebat,” katanya penuh harap. “Kaum sarungan juga punya kans besar untuk melahirkan bibit muda pesepak bola nasional,” tandasnya. Namun demikian, dirinya berpesan agar para santri tak cepat berpuas diri. Pesan tersebut disampaikan, mengingat LSN diikuti santri dari pesantren se-Indonesia. “Semoga mereka benar-benar antusias dengan kompetisi ini dan bisa memberikan yang terbaik,” tukasnya. “Teruslah berpartisipasi. Terus berlatih. Meskipun gagal, berlatih terus. Jangan permah menyerah. Sebab menyerah itu akan mematikan semuanya. Terus berlatih dan kejar cita-cita,” tuturnya memberikan motivasi. Rafli benar-benar berharap agar para santri selalu tekun berlatih dan tanpa harus terkendala fasilitas. Seperti yang dicontohkannya, kecintaan terhadap sepak bola sudah terpupuk sejak kecil. Dan ketika berada di pesantren, minatnya untuk menjadi pesepak bola tak pernah pudar. Di sela-sela mengaji dan belajar agama, Rafli senantiasa menyempatkannya Dengan fasilitas alakadarnya, dirinya tetap rajin berlatih dan terus berlatih. “Di pesantren, lapangan latihan sangat kecil, berlantai tanah, pakai lapangan bulu tangkis. Dan biasa.. main nyeker enggak pernah pakai sepatu,” ucapnya sambil melempar senyum manisnya. Kini Rafli merasa bersyukur dengan yang diraihnya. Dan itu semua diperun- tukkan bagi keluarga tercinta. Lebih-lebih bagi ayahnya, yang dulu gagal menjadi pesebak bola nasional. “Saya ingin mewu- judkan impian ayah. Dulu ayah gagal menjadi pemain sepak bola karena rumah kami di Makasaar terbakar. Kemudian ayah merantau ke Jakarta,” kisahnya pilu. “Suatu hari ayah bertanya; apakah saya ingin menjadi pesepakbola? Saya langsung menjawab iya,” tukasnya serius. Peristiwa hidup itulah yang memotivasi alumnus SMA Darussalam Tangerang Selatan ini untuk merampungan cita- cita sang ayah. Rafli memang dikenal untuk berlatih. 16 MPA 09/384 / 2018
BIANGLALA sebagai pemain yang cinta keluarga. Dirinya selalu menampakkan support dari keluarga di setiap pertandingan. Ketika dia menjebloskan gol ke gawang lawan, Raflipun mengucap bangga: “Saya persembahkan gol ini untuk ayah!”. Jauh sebelum Rafli ‘Santri’ Mursalin tenar namanya, ada Darmono. Skill kemampuan Evan saat merumput, khalayak bola Nusantara telah mengetahuinya. Prestasinya yang seabreg dan terus melejit juga tak pernah luput dari sorotan media. Yang barangkali belum banyak diketahui orang, adalah sejarah hidup sang bintang. Anak pasangan Condro Darmono dan Ana ini, sejak kecil memang paling gemar dengan bola. Bagi pria kecil pendiam tersebut, seolah tak ada hari tanpa bola. Dimana saja selalu bermain bola. Maklum jika baju seragamnya tak pernah bersih sepulang sekolah. “Setiap pagi dan sore Evan selalu bermain bola dengan teman-temannya di kampung,” tukas Ana mengisahkan. “Sejak kecil dia itu tak punya rasa takut. Padahal saya merasa takut saat dia main loncat- loncatan,” katanya mengenang. Ketika masih berumur empat tahun, anak kelahiran Surabaya 13 Maret 1995 ini sudah minta dibelikan bola. Pada saat kelas 2 SD bakat bolanya sudah dicoba merumput di lapangan yang tak jauh dari rumahnya. Di sekitar kampung yang terletak di pinggiran Barat kota Surabaya ini, memang banyak areal tanah yang masih kosong. Di tempat itulah Evan dan rekan-rekannya bermain bola. Saat kelas 4 Sekolah Dasar dia merengek minta dimasukkan ke sekolah sepak bola. Namun keinginannya untuk ke Sasana Bhakti Surabaya sangat sulit diwujudkan. Pasalnya, setiap murid di sana harus memiliki sepatu bola. Tentu saja itu membuat kedua orangtuanya kelimpungan. Sebab ayahnya cuma pedagang sayur keliling waktu itu. Sedangkan ibunya hanya bisa mbantu kerja serabutan. “Demi anak, akhirnya saya belikan sepatu yang seharga 20 ribu rupiah,” tukasnya. Evanpun tak menampik. Sebab dengan sepatu itulah dia berhasil menjadi murid SSB Sakti Jalan Bogowonto komplek TNI- AL. Jadwal latihannya Kamis sore jam 15.00 WIB, serta Sabtu dan hari Minggu pagi jam 06.00 WIB. “Tiga Minggu kemudian, sepatu saya rusak. Disamping harganya murah, juga agak kebesaran. Saya harus memasukkan kain agar bisa dipakai,” ujar Evan mengenang. Setiap latihan, Ana – perempuan asli warga desa Ngemplak, Made, Sambikerep ini –mengantarkannya ke ujung kampung dengan sepeda angin. Setelah itu Evan melanjutkan dengan naik angkot umum. Maklum, keluarga Evan memang tak punya motor. Pernah suatu ketika ibunya pinjam motor untuk mengantarnya latihan. Hasilnya? Malah dapat cemoohan. Tiba- tiba wajahnya tampak padam dan sembab. Evan Dimas tak tega melihat airmata ibunya yang meleleh di pipi. Namun semua itu tak membuat Evan patah arang. Setelah tamat dari SDN I Made dan melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah di Lakarsantri, “kegilaan” main bolanya kian menjadi-jadi. Setelah tiga tahun belajar di SSB Sakti Bogowonto, dia minta pindah ke SSB Mitra Surabaya. Padahal jarak ke tempat tersebut, agak jauh dari tempat tinggalnya. Dari sanalah bakat Evan mulai sayup- sayup bersinar. Kemampuannya kian tampak setelah dirinya masuk ke Club Persebaya. Lelaki yang sehari-harinya belajar mengaji dan sekolah di SMA NU Shafta Lontar Citra Surabaya ini, akhirnya mulai berlaga. Baik antar kabupaten dan kota se- Jawa Timur, maupun mengikuti turnamen mewakili provinsi Jatim yang digelar di luar Jawa. Anak pertama dari empat bersaudara ini dinyatakan lolos seleksi PON tahun 2010. Inipun berlanjut dengan mengikuti PON di Palembang tahun 2012. Evanpun sukses mengikuti seleksi tim U-19, yang diberangkatkan ke Spanyol untuk seleksi di Barcelona dan Hongkong. Saat tanding di Hongkong, tim yang dikawal Evan berhasil menyabet juara satu. Pada tahun 2013, Evan kembali dinyatakan lolos seleksi dan masuk ke AFF untuk Tim Nasional Garuda. Mahasiswa Universitas dr Soetomo Surabaya jurusan Administrasi Negara ini juga terpilih sebagai kapten timnas U-19. Berkat penampilannya yang gemilang, dirinya terpilih untuk skuad Timnas Indonesia Senior. Pada tahun 2016, Evan mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan di RCD Espanyol B di Spanyol selama 4 bulan. Sepulang dari sana lantas memperkuat Bhayangkara FC untuk mengarungi kompetisi liga 1 2017. Penghobi minuman favorit es duren ini kembali dipanggil bergabung di Timnas Indonesia U-22 untuk mengikuti SEA Games 2017. Begitupun di tahun 2018 ini, Evan juga tetap dipanggil untuk memperkuat timnas untuk ajang ASIAN Games. Kiat dalam bermain, Evan? “Kuncinya, bermain bola dengan hati. Karena dengan hati pasti ketika bermain hasilnya sangat bagus. Dan dengan sendirinya akan tampil baik,” ucapnya berfilosofi. “Dan jangan lupa minta doa kedua orangtua,” tambahnya singkat. Itulah pasalnya, setiap kali menjelang pertandingan dirinya selalu menghubungi kedua orang tuanya. Meskipun lewat SMS: “Ibu, saya sayang sama ibu. Doakan Evan ya.” Dia juga berpesan, bahwa sekolah itu penting. “Jujur, dulu saya sering tidak masuk sekolah untuk latihan bola. Setelah pulang dari Spanyol saya menyadari, bahwa sekolah itu penting. Jadi, harus berimbang antara pendidikan dan bermain bola,” tandasnya. •CM/berbagai sumber Evan Dimas Evan Dimas Darmono 17 MPA 09/384 / 2018
LENSA KHUSUS Kemenag Prov. Jawa Timur Menyabet Juara I LKTI Tingkat Nasional Ada ungkapan menarik dari Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin tentang KUA. Hal itu disampaikan saat dirinya membuka acara ‘Musabaqah Bahtsul Kutub, Lomba Karya Tulis Ilmiah, Penganugerahan KUA dan Penyluh Teladan Tingkat Nasional tahun 2018’, yang digelar pada tanggal 9 Agustus 2018 di Jakarta. Ahmad Hadiri (kanan) bersama Kabid Urais dan Binsyar. Para pemenang brpose bersama Dirjen Bimas Islam. M kini tampil dengan wajah yang bersih, profesional dan melayani. “Dengan pelak- sanaan tiga kegiatan secara bersamaan, ini menandakan terjalinnya sinergi antar unit yang akan menajamkan capaian Kemen- terian Agama. Dan semua itu bermuara pada penguatan KUA,” ujarnya. “Sinergi program dan penguatan KUA merupakan semangat baru untuk eksistensi Kementerian Agama secara keseluruhan,” tandas Menag. Bagi Menag, indikator yang bisa kita ambil di antaranya kondisi gedung yang representatif, kesejahteraan meningkat, dan tentunya manajerial per- kantoran yang modern. “Ini adalah capaian semua ASN Kementerian Agama, baik pusat maupun daerah. Semua hadir untuk KUA, semua ada untuk KUA,” tuturnya. “Kementerian Agama memiliki segalanya untuk memperkuat kelem bagaan KUA. Yang diperlukan adalah saling bicara, saling berkoordinasi dan bekerjasama antar unit,” pintanya. PMA no. 34 tahun 2016 adalah menjadi penegas eksistensi dan kebutuhan sinergi dengan penyuluh agama Islam. Oleh karenanya, Menag mengajak seluruh jajaran Ditjen Bimas Islam pusat dan daerah serta seluruh stakeholder untuk bersama-sama mendorong KUA lebih enurutnya, KUA saat ini telah berubah. Wajah yang dahulu kumuh, tidak tertib, malas, berdayaguna. “Mari kita jadikan KUA sebagai lembaga yang kredibel, profesional dan akuntabel,” tegasnya. “Kepada peserta yang berkompetisi di tiga bidang, mari kita ciptakan perubahan itu dengan terukur dan terhormat. Tujuan kita tidak berhenti pada pemilihan yang terbaik, akan tetapi bagaimana para juara mampu menginspirasi yang lain untuk menjadi lebih baik,” ujar Menag penuh harap. Dari ketiga lomba di atas, satu lagi uluran juara untuk Kementerian Agama Prov. Jawa Timur. Dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Kepala KUA dan Penghulu tingkat Nasional, Ahmad Hadiri, S,Ag berhasil menyabet juara pertama di ajang tersebut. Karya tulis yang dirilisnya berjudul “Implementasi PP no. 19 tahun 2015 terhadap Akad Nikah di Kantor Urusan Agama Perspektif Efektivitas Hukum (Studi di KUA kecamatan Klojen Kota Malang). Menjadi juara 1 LKTI tingkat Nasional, bagi Kepala KUA Kec. Kedungkandang kota Malang ini, tentu saja merupakan sebuah raihan yang cukup membanggakan. Sebab dengan begitu dirinya dapat terus berkhidmat untuk umat. “Terus terang, saya tidak menyangka kalau bisa meraih juara satu. Sebab dari propinsi yang lain juga bagus-bagus. Apalagi diantara peserta pendidikannya juga ada yang doktor,” ungkapnya bersahaja. “Karena orientasi saya bukan juara, saya menjawab seluruh pertanyaan dewan juri dengan jujur dan lugas. Saya menyampakan kenyataan hasil penelitian yang ada secara apa adanya,” kata pria kelahiran Sumenep 22 Juni 1975 ini menambahkan. Anak pasangan Bukhari (alm) dan Sa’ona (almh) ini berharap, agar ke depan para penghulu – khususnya yang ada di Jawa Timur – bisa menghasilkan karya yang lebih baik lagi sesuai dengan zamannya. Dan Lomba Karya Tulis Ilmiah Kepala KUA dan Penghulu, adalah sarana bagi mereka untuk menuangkan inspirasi dan ide yang berkaitan dengan peran mereka di masyarakat, baik berupa pelayanan pernikahan, Wakaf, kemasjidan, Zakat dan sebagainya. Suami Yeti Wahidiyah. S.Psi yang dika- runiai satu anak ini mengaku, bahwa dirinya sebenarnya tidak begitu sering menulis. Tapi dengan usaha keras, akhirnya dia berhasil menyuguhkan karya terbaiknya. “Menulis adalah kegiatan yang membutuhkan kebiasaan. Sebab tidak setiap orang bisa menulis. Terkadang kita punya gagasan menarik, punya permasalahan yang kekinian untuk dibahas dan disikapi, akan tetapi karena tidak terbiasa menulis maka tidak bisa jadi tulisan,” ungkapnya berterus terang. “Karena ditunjuk oleh Kemenag kota Malang untuk ikut seleksi tingkat Kota dan juga tingkat propinsi, saya tuangkan seluruh kerangka berfikir saya sehingga lahirlah karya tersebut,” ujarnya. •CM mempertegas penghulu 18 MPA 09/384 / 2018
LENSA KHUSUS Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) Tingkat Provinsi Jawa Timur Pramuka merupakan sebuah kawah candradimuka, dimana nilai-nilai luhur, karakter, dan kepribadian generasi muda ditumbuhkembangkan, ditempa dan dibentuk. Akan sangat baik bila Pramuka itu bersatu dengan pondok pesantren, yang pelakunya ialah santri. P disatukan dengan nilai-nilai yang tertanam pada pondok pesantren, tentunya akan melahirkan gene- rasi muda yang berkarakter dan berlandaskan agama. Demikian dikatakan Drs. Syamsul Bahri, M.Pd.I selaku Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur saat memberikan sambutan sekaligus membuka Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) tingkat Provinsi Jawa Timur di Halaman Wisma Santri Kanwil Kemenag Prov. Jatim tanggal 24 Agustus 2018. PPSN tersebut dilaksanakan selama tiga hari. Hadir pada kesempatan itu seluruh peserta PPSN yang berjumlah 228, Pembina Pendamping (Bindamping) sebanyak 28, Pimpinan Kontingen Daerah (Pinkonda) sejumlah 7, para Kasi, Kabid, dan Kan Kemenag se Provinsi Jawa Timur. Dengan diselenggarakannya kegiatan tersebut, Kakanwil berharap kepada seluruh santri agar menghilangkan rasa minder. Sebab mereka adalah santri yang merupakan produk pesantren. Menurutnya, seorang santri merupakan sosok yang hebat, bermartabat dan terhormat. “Para santri itu, dapat menyaring sangga terbaik yang emahaman dan pengamalan Tri Satya serta Dasa Dharma yang sungguh-sungguh bila nanti akan dikirim ke Jambi untuk mengikuti PPSN Nasional. Dirinya berharap, agar Jawa Timur jangan sampai dibawah lima besar. Apalagi kembali ke Jawa Timur tanpa membawa apa-apa. Hal itu dikarenakan Jawa Timur merupakan gudangnya pondok pesantren. Maka seharusnyalah Jawa Timur menjuarai PPSN Nasionalk tersebut. “Jawa Timur ini tempatnya pondok pesantrem. Mulai dari pesantren yang tertua sampai yang terbesar. Semuanya ada di Jawa Timur. Makanya, harus benar sungguh-sungguh, harumkan Jawa Timur di kancah nasional,” pintanya. Kakanwil juga menegaskan kepada panitia dan juri untuk menyaring dengan sungguh-sungguh dari setiap perlombaan yang diselenggarakan. Objektivitas harus- lah benar-benar diterapkan. “Jangan sam pai terjadi KKN, sehingga nanti yang dikirim ke Jambi benar-benar yang terbaik,” tandasnya. Sementara itu, Drs. Husnul Maram, M.HI selaku Plt. Bidang Pendidikan Pondok Pesantren diada kannya PPSN tingkat provinsi itu selain demi menyeleksi sangga terbaik, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat silaturahmi antar gugus depan pondok pesantren di Jawa Timur. Selain itu, tujuan yang tertepenting ialah demi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang kepanduan pada santri di pondok pesantren. Tujuan diadakan kegiatan ini, yang pertama, ialah menyeleksi sangga santri dan pondok pesantren yang terbaik se Jawa Timur. Ini yang nantinya akan dikirm ke Jambi demi mengikuti PPSN Nasional. “Selain itu, ajang PPSN ini juga bertujuan mempererat silaturahmi antar gugus depan pondok pesantren di Jawa Timur. Dan yang terakhir, yang paling penting, adalah demi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang kepanduan santri kita,” pungkasnya. •Solmisah yang mengikut perkemahan ini, jangan merasa minder untuk menjadi santri. Kita ini hebat, bermartabat, terhormat. Jadi, jangan pernah minder,” imbuhnya. Pria yang telah menamatkan pendi- dikan S2 di Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) itu menam bahkan, bahwa Presiden sendiri sudah mengakui bahwa pesantren dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Menurutnya, ini merupakan kepercayaan, sekaligus apresiasi terhadap pondok pesantren. Kakanwil pada sambutannya berharap, dengan adanya PPSN tingkat Provinsi menyampaikan, 19 MPA 09/384 / 2018
LENSA KHUSUS Peletakan Batu Pertama Pembangunan Asrama MAN IC Pasuruan Pada tanggal 24 Agustus 2018, Sekertaris Jenderal Kementerian Agama Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si beserta beberapa pejabat melakukan peletakan batu pertama pembangunan asrama Madrasah Insan Cendekia (MAN IC) Pasuruan. M upaya human investment. Dirinya mengajak kepada segenap tamu undangan yang datang untuk membangun pendidikan ekselen. “Kita harus menyadari bahwa apa yang kita lakukan saat ini merupakan human investment; yakni investasi kemanusiaan dari segi pendidikan. Maka sudah seharusnya kita menjadikan ini sebagai lembaga pendidikan yang ekselen,” tandasnya. Peletakan batu pertama tersebut, selain dihadiri oleh Sekertaris Jenderal Kementerian Aagama, juga dihadiri Kakanwil Kemenag Prov. Jatim, Pj Bupati Pasuruan, Kepala Kankemenag Kab. Pasuruan, Ketua DPD Pasuruan, Kepala Dinas Pendidikan Pasuruan, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Prov. Jatim, Alim Ulama’ pemrakarsa berdirinya MAN IC Pasuruan, serta beberapa perwakilan bank. Pria kelahiran Tuban 60 tahun lalu itu berpesan kepada segenap pengurus MAN IC Pasuruan, bahwa dalam mengelola MAN IC haruslah memiliki distingsi. Sebuah perbedaan dari lembaga pendidikan lain, daya tarik lebih bagi MAN IC Pasuruan. Menurutnya, jika suatu lembaga sudah memiliki distingsi, maka akan segera muncul keunggulan, kehebatan, kekuatan enurutnya, dengan didiri- kannya MAN IC Pasuruan ini merupakan salah satu tanggung jawab peme rintah daerah. “Kami komit terhadap apa yang sudah menjadi MoU diantara kita. Karena itu memang sudah tanggung jawab kami. Dan jangan khawatir, fasilitas yang merupakan tanggung jawab kami, akan segera kami tunaikan. Juga termasuk pagar,” ungkapnya. Sementara Kepala Kankemenag Kabupaten Pasuruan Mohammad As’adul Anam, M.Ag pada laporannya menyampaikan tujuan berdirinya MAN IC Pasuruan; yaitu mengembangkan pendidikan madrasah yang istemewa. Baik dalam sains dan teknologi, maupun kecerdasan emosional, spiritual dan sosial. Dalam paparannya, dari 22 MAN IC yang ada di Indonesia, pendaftar terbesar ke lima ditempati oleh MAN IC Pasuruan. Dari data yang dia miliki, dari seleksi pertama pendaftar sebanyak 1500 dan yang diterima hanya 48 siswa. “Tentunya ini merupakan prestasi bagi kami. Sebab dari seluruh MAN IC di Indonesia, pendaftar terbanyak ke lima diduduki MAN IC Pasuruan. Dari seluruh pendaftar itu hanya 48 yang kami terima,” tegasnya. Sebelum pembangunan rampung, MAN IC Pasuruan untuk sementara ditempatkan di gedung Wisma Santri Kanwil Kemenag Prov. Jatim. Mulai dari siswa, guru, hingga Kepala Madrasah bermukim di sana. •Solmisah yang Drs. yang luar biasa sehingga melahirkan ekselensi. “Kalau MAN IC Pasuruan ini sudah memiliki distingsi, maka nanti akan muncul kekuatan, kehebatan, maupun keunggulan dan menjadi lembaga yang ekselen. Ekselan lembaganya, siswanya, gurunya, sistemnya, dan masyarakatnya,” ujar mantan Rektor UINSA Surabaya ini. Sekjen juga berpesan kepada pemenang tender untuk dapat sesuai spesifikasi yang telah disepaktati bersama dan jangan sampai dikurang- kurangi. “Sejujurnya, saat ini kita sedang membangun pusat peradaban manusia. Oleh karena itu, untuk pemenang tender agar dapat melaksanakan pembangunan ini sesuai dengan spesifikasi yang telah disepekati. Jadi, jangan dikurangi,” tegasnya. Sementara itu, Agus Sutiadji selaku Sekda Kabupaten Pasuruan berjanji akan memegang komitmen terhadap apa yang sudah menjadi memorandum of understanding. Termasuk pula dengan membangun fasilitas yang merupakan membangun tersebut sehingga memiliki 20 MPA 09/384 / 2018
INSAN CENDEKIA Syamsul Ma’arif, S.Pd, M.Pd Kepala MAN Insan Cendekia Pasuruan Medan Pertarungan Prestasi MAN IC Bagi Syamsul Ma’arif, S.Pd, M.Pd, bukanlah tanggung jawab ringan diamanahi sebagai Kepala MAN Insan Cendekia Pasuruan. Sebuah Madrasah Aliyah Negeri yang lekat sebagai gudang produksi siswa unggul berprestasi. “Ini tantangan tersendiri bagi saya. Apalagi madrasah ini satu-satunya yang ada di Jawa Timur,” ujar mantan Waka Kurikulum MAN 1 Jombang. “Tapi saya yakin di tiap tantangan pasti ada peluang,” ujarnya. M menjadi dua jurusan; IPA dan IPS. Mereka merupakan siswa berprestasi hasil seleksi dari 975 pendaftar yang dilakukan oleh Tim Kemenag Pusat. “Secara input, siswa kami cukup bagus. Tugas saya adalah bagaimana memoles mereka agar terus mengukir prestasi demi prestasi,” tandas Juara II Guru Madrasah Berprestasi Kanwil Prov Jawa Timur Tahun 2015 ini. Tak heran jika sedari awal, dirinya dan tim pengajar sudah menganalisa dan memilah siswa sesuai dengan kemampuan bidang studi masing-masing. Selanjutnya, mereka dipersiapkan untuk mengikuti ajang Olimpiade Sains Nasional maupun Kompetisi Sains sepekan minimal ada lima kali bimbingan, yang dilakukan mulai pukul 15.30 hingga pukul 17.00 Wib. Pada malam harinya, di asrama siswa, mereka juga memperoleh fasilitas layanan pendidikan bernama Klinik dan Responsif. OSN dan KSM memang menjadi bagian instrumen pembuktian prestasi siswa MAN IC Pasuruan. Pihak madrasah eski baru berdiri, untuk angkatan pertama madrasah ini telah memiliki 43 siswa yang terbagi juga senantiasa mengikutkan para siswanya pada even berskala nasional untuk melatih jam terbang mereka. “Untuk menjadi petarung, butuh tempaan sedemikian rupa. Kita akan terus mencarikan medan pertarungan prestasi,” ucap penerima beasiswa pendidikan S2 bagi Guru Madrasah di Universitas Negeri Malang tahun 2007 ini berjanji. Untuk menunjang madra sah ini juga diisi oleh pengajar berprestasi yang kesemuanya diseleksi langsung oleh TIM Kemenag Pusat. Ini sebagai salah satu bukti daya dukung proses pendidkkan demi mewujudkan pembelajaran yang tuntas. “Semua proses tersebut terus kita kawal secara seksama. Agar pembelajaran berjalan efektif-efisien dan target terwujud, evalausi akan terus dilakukan setiap saat,” tegasnya. Sebagai Kepala Madrasah, tentu dirinya tidak membiarkan para siswanya hanya berkembang dari sisi kecerdasan intelektual-akademik model sistem boarding school atau asrama, tentu juga dimaksimalkan untuk menggembleng kematangan karakter dan religiusitas-spiritualitas. “Shalat jamaah lima waktu menjadi porsi wajib siswa. Selain itu, setiap pukul 03.30 mereka juga kita ajak untuk melakukan shalat tahajud yang disambung dengan jamaah Shubuh dan pembelajaran al-Qur’an,” bebernya penuh semangat. Meski MAN IC selama ini memfo- kuskan diri pada sains, tapi sebagai madra- sah tentu tidak bisa melepaskan penguatan agamanya. Terbukti, pembe lajaran kitab kuning dilakukan tiap hari bakda Isya’. Targetnya, selama tiga tahun minimal delapan judul kitab mampu dikhatamkan siswa. Dan bagi siswa yang ingin mengafalkan al-Qur’an, juga disediakan layanan Program Tahfidz. “Dengan semua itu, saya ingin mewujudkan siswa yang mandiri, prestasi dan Islami,” tandas lelaki Jombang 04 Juli 1975 ini. Saat ini, seluruh proses pembelajaran MAN IC Pasuruan dipusatkan di Wisma Santri Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Ini dilakukan sembari menunggu proses pembangunan fasilitas komplek madrasah seluas 90.040 meter persegi di desa Kedawung Wetan, kecamatan Grati, kabupaten Pasuruan rampung seluruhnya. •Suprianto itu semua, Madrasah. Dalam semata. Dengan 21 MPA 09/384 / 2018
Cerdas Menatap Era Milenial Oleh : H. Ahmad Hartoyo Banyak orang mengatakan bahwa era sekarang ini adalah ‘era milenial’. Dalam masa itu umumnya manusia dipengaruhi peningkatan penggunaan teknologi digital. Jangankan orang-orang terpelajar, mereka yang kurang mendapatkan pendidikan juga akrab bermain dengan ‘gadget’nya. Jangankan manusia-manusia dewasa, anak-anak yang masih kecilpun sudah terbiasa dengan istilah-istilah dalam dunia komunikasi dalam era digital, seperti down load, masih loading, segera diposting, dan sebagainya. M milenial karena mereka adalah satu-satunya generasi yang pernah melewati milenium kedua, sejak teori itu diungkapkan oleh Karl Mannheim tahun 1923. Generasi milenial biasa juga disebut ‘generasi Y’ yang merupakan pengganti ‘generasi X’ (Gen X). Dengan demikian era milenial bisa dikatakan sebagai masa sekarang ini. Banyak segi positif dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Dengan kemajuan itu orang dapat melakukan berbagai macam aktivitas dengan jauh lebih mudah. Tentu saja untuk itu seseorang harus menguasai ilmu dan teknologinya. Generasi muda muslim Indonesia tentu saja dituntut agar tidak ‘mis-tomorrow’ atau tidak ketinggalan dengan segala kemajuan tersebut. Sebab kalau itu yang terjadi, niscaya akan jatuh menjadi penonton yang akan menelan mentah-mentah segala produk kemajuan zaman. Agar tidak ketinggalan tentu mereka harus cerdas dan membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Generasi muslim dituntut cerdas, pandai dan terampil serta tidak boleh bersifat malas yang menunjukkan kelemahan dirinya. Tanpa kepandaian, kecerdasan dan keterampilan, sulit bagi seseorang untuk maju dan berkembang. Sesungguhnya orang yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan didasari kemauan bekerja keras, akan mempunyai kans yang cukup besar untuk mencapai kesuksesan. Hal itu tersirat dari firman Allah SWT dalam al-Qur’an, surat ar-Rahman [55] ayat 33: ilenial terambil dari kata millenium. Milenium sendiri artinya bilangan untuk tiap jangka waktu seribu tahun dalam kalender. Sebenarnya istilah milenial adalah sebutan dalam bidang demografi untuk kelompok manusia yang lahir di atas tahun 1980-an sampai 1997. Disebut 22 MPA 09/384 / 2018
pendidik, tetapi juga para orang tua, bahkan setiap orang yang mempunyai kepedulian terhadap pembinaan generasi muda. Kepada generasi milenial itu perlu disadarkan dan ditanamkan sikap berhati-hati akan bahaya kecanduan terhadap gadget. Boleh dan tidak dilarang orang memiliki gadget, hanya saja jangan sampai hal itu mempengaruhi kewajiban-kewajiban kita, terutama kewajiban kita dalam beragama. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an, surat al-Munafiqun [63] ayat 9: Artinya: “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” Sesungguhnya Islam mendorong agar umatnya mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi, terampil, dan suka bekerja keras. Sebab dengan begitu, di samping akan memperoleh hasil dari usaha dan kerja kerasnya, sekaligus hal itu akan mampu membentuk pribadi muslim yang sempurna, tangguh, kuat fisik dan mentalnya, kokoh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Meskipun demikian, kesemua itu harus dilandasi dengan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sehingga sepandai bagaimanapun dan setinggi apapun ilmu seseorang, harus tetap menjadi seorang muslim dengan keimanan kokoh, taat melaksanakan semua ajaran-ajaran Islam. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an, surat al-Mujadalah [58] ayat 11: Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi” Begitu pula perlu ditanamkan kepada mereka pentingnya bersungguh-sungguh dalam melakukan berbagai aktivitas. Termasuk dalam menuntut ilmu, dalam bekerja serta tidak bermalas- malasan dalam melakukan aktivitas apapun. Juga perlu ditanamkan kepada mereka keutamaan untuk saling tolong dan menaruh kepedulian kepada sesama. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menegaskan bahwa memberi bantuan kepada sesama ternyata lebih utama dari suatu ibadah khusus. Beliau bersabda: Artinya: “ ... Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ... “ Dari suatu penelitian yang dilakukan di Amerika (livescience. com), ada sisi-sisi negatif dari keberadaan generasi milenial ini. Di antaranya mereka merupakan pribadi yang pemalas, cenderung bersifat individual, kurang peduli untuk membantu sesama, dan banyak lagi segi negatif lainnya. Hal itu disebabkan adanya pengaruh kuat dari penggunaan alat-alat komunikasi, media dan teknologi digital. Kita melihat betapa orang sudah keranjingan menggunakan gadget, sehingga dalam situasi apapun gadget akan selalu nomor satu. Mungkin ini yang membuat mereka lebih bersifat individual. Sifat-sifat negatif tersebut memerlukan perhatian bagi semua pihak, tidak hanya para Artinya: “Barang siapa berjalan untuk memenuhi kebutuhan saudaranya dan usaha itu berhasil, maka hal itu lebih baik dari i’tikaf sepuluh tahun” (HR al-Baihaqy). 23 MPA 09/384 / 2018
Strategi Hijrah Nabi Muhammad SAW Oleh : H. Ahmad Hartoyo Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib adalah peristiwa penting dan amat menentukan dalam sejarah pertumbuhan Islam. Sebelum terjadinya hijrah beliau mengalami peristiwa Isra dan Mi’raj, suatu peristiwa yang justru membuat Nabi Muhammad semakin mantap dalam memperjuangkan dakwah Islam. K Namun demikian segala macam tantangan itu justru membuat Nabi Muhammad semakin kuat keyakinannya bahwa Allah SWT akan memberikan pertolongan-Nya. Seolah-olah Nabi Muhammad SAW memberi pelajaran kepada agar kita tidak mudah putus asa dalam berdakwah. ejadian isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW memang membuat permusuhan, aniaya dan perlakuan kasar dari kaum kafir Quraisy semakin menjadi-jadi. Bahkan ada di antara orang- orang yang tadinya sudah beriman menjadi murtad kembali kepada kepercayaan semula. HARAPAN MUNCUL DARI YATSRIB Kebiasaan orang-orang di jazirah Arab untuk ziarah dan berkumpul di Ka’bah setiap tahun, tidak disia-siakan begitu saja oleh baginda Nabi. Secara sembunyi-sembunyi kepada kabilah- kabilah itu, beliau mengajak mereka untuk memahami kebenaran Islam. Beliau tidak peduli apakah mereka mau menerima atau bahkan menolak dengan kasar dakwah tetap disampaikan. Orang-orang kafir Quraisy bukan tidak tahu yang dilakukan Nabi, karena itu mereka berusaha menghasud kabilah-kabilah yang ada dengan mengatakan bahwa ajaran yang disampaikan Muhammad adalah sesat. 24 MPA 09/384 / 2018
Karena takdir Allah SWT pada musim ziarah tahun kesebelas kenabian, ada enam pemuda suku Khazraj di Yatsrib menerima dakwah Nabi sehingga mereka beriman. Sepulang dari Mekkah, enam orang pemuda itu menyiarkan Islam kepada penduduk daerahnya. Maka pada musim ziarah tahun berikutnya, di antara rombongan Yatsrib ada dua belas orang yang secara rahasia menemui Nabi di Aqabah dan berjanji setia (baiat) kepada beliau. Peristiwa itu dikenal dalam tarikh Islam sebagai Baiah Aqabah Pertama. Mereka berjanji setia kepada Nabi, dan di antara janji mereka itu tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak mengumpat, tidak memfitnah, dan senantiasa berbuat kebaikan. Dengan begitu mereka memperoleh berita gembira, yakni barang siapa yang melakukan hal tersebut akan mendapat balasan sorga, dan barang siapa yang mencederainya semua dikembalikan kepada Allah, karena Dia Maha Kuasa untuk menyiksa atau mengampuni segala dosa manusia. Kepada para mualaf itu Nabi mengutus Mush’ab bin Umair utnuk mengajarkan al-Qur’an dan seluk beluk ilmu agama kepada masyarakat Yatsrib, dengan begitu maka Islam menyebar luas di kalangan orang-orang Yatsrib. Pada tahun ketiga belas kenabian, Baiah Aqabah Pertama berlanjut pada Baiah Aqabah Kedua dengan peserta yang lebih besar. Mereka berjumlah tujuh puluh lima orang, yang terdiri dari tujuh puluh tiga pria dan dua orang wanita. Sama ketika waktu- waktu sebelumnya, pada ‘ikrar’ yang kedua orang-orang Yatsrib juga secara sembunyi-sembunyi menemui Nabi di lembah ‘Aqabah’ di bilangan Mina. Pada saat Baiah Aqabah Kedua itu, baginda Nabi didampingi pamanya yang bernama Abbas bin Abdul Muthalib, yang masih memeluk keyakinan jahiliyah. Abbas sendiri sebenarnya amat mengkhawatirkan keselamatan keponakannya, itu sebabnya ia bersikeras ikut. Dalam iqrar yang kedua ini orang-orang Yatsrib berjanji setia akan membela Nabi seperti mereka membela diri, istri dan anak-anak mereka sendiri. Bahkan dalam kesempatan itu Nabi mengutarakan rencana hijrah ke Yatsrib bagi para sahabat beliau. Orang-orang Yatsrib menyambut baik dan bergembira dengan rencana itu. SWT beliau berhasil keluar dari rumahnya dan mendapati para pemuda itu tertidur lelap. Ketika mereka terbangun dan masuk ke rumah beliau dan berniat untuk membunuh, mereka kecewa karena hanya mendapatkan Ali bin Abi Thalib yang sedang tidur. Dengan begitu upaya kaum kafir Quraisy gagal total, itulah pertolongan Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surat al-Anfal [8]: 30 Artinya: “dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya”. KETIKA PERINTAH BERHIJRAH TIBA Abu Bakar as-Shiddiq yang telah menyiapkan dua ekor onta untuk berhijrah, beberapa kali menanyakan kepada Nabi kapan beliau berhijrah, belum juga mendapatkan jawaban pasti dari baginda Nabi. Sampai pada suatu saat ketika perintah hijrah turun, Nabi segera ke rumah Abu Bakar dan memberitahukan bahwa Allah SWT telah mengizinkan untuk hijrah. Selanjutnya Nabi Muhammad SAW menyiapkan rencana matang dan cermat untuk hijrah beliau, di antaranya: 1) Bersama Abu Bakar keluar pada malam hari lewat pintu belakang rumahnya; 2) Meminta Ali untuk bertahan sebentar di Mekkah sampai keadaan aman, untuk selanjutnya menyusul ke Madinah; 3) Nabi mengambil arah selatan menuju Yaman, bukan ke utara arah yang menuju Madinah; 4) Nabi membuat kesepakatan dengan Abdullah ibnu Uraiqith menemui mereka di gua Tsur setelah tiga hari; 5) Meminta Abdullah bin Abu Bakar untuk berbaur dengan kafir Quraisy sampai menjelang fajar, sehingga mereka mengira ia tetap bersama mereka. Begitu malam tiba ia bergegas pergi ke gua Tsur menyampaikan semua berita kaum kafir Quraisy dan segera pula kembali ke kota Mekkah; 6) Asma binti Abu Bakar diberi tugas mengirim makanan dan minuman ke gua Tsur; 7) Amir ibn Fahirah, bekas budak Abu Bakar ditugaskan menggembala kambing di arah gua Tsur, untuk menghapus jejak kaki-kaki Abdullah dan Asma; 8) Rasulullah SAW bersama Abu Bakar berada di gua Tsur selama tiga hari, baru keluar ketika suasana tenang dan orang-orang kafir Quraisy mengira beliau berdua sudah jauh meninggalkan Mekkah. Pada akhirnya Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar as- Shiddiq RA tiba di Yatsrib pada Jum’at, 12 Rabiul Awal, setelah empat hari di Quba dan membangun masjid pertama di sana. Di situ pula Nabi bertemu Ali bin Abi Thalib yang juga berhasil menyusul beliau dan bersama-sama ke Yatsrib. Sejak saat itu nama Yatsrib berubah menjadi Madinah. KAUM MUSLIMIN MULAI BERHIJRAH Setelah Baiat Aqabah Kedua, Nabi memerintahkan para sahabat hijrah ke Madinah, dan mereka hijrah secara diam- diam dan berkelompok kecil. Orang pertama yang hijrah adalah Abu Salamah bin Abdul Asad, disusul oleh Amir bin Rabiah bersama istrinya. Kemudian Abdullah bin Jahsy, lalu Umar bin Khattab. Dialah satu-satunya orang yang hijrah dengan terang- terangan. Rasulullah SAW tetap tinggal di Mekkah menunggu perintah Allah SWT, sehingga tidak ada satupun sahabat beliau yang tinggal di Mekkah kecuali Abu Bakar As-Shidiq dan Ali bin Abi Thalib, serta orang-orang yang ketahuan akan hijrah dan dicegah secara paksa oleh kafir Quraisy. Kaum Quraisy yang mengetahui bahwa Nabi memiliki pengikut di luar Mekkah, akhirnya merencanakan pembunuhan terhadap beliau. Rencana itu melibatkan semua suku, satu suku diwakili seorang pemuda, dengan satu tujuan yakni membunuh Nabi. Dengan begitu mereka berpikir kalau usaha itu berhasil, Bani Hasyim (termasuk keluarga Nabi Muhammad) tidak berani melawan seluruh penduduk Mekkah. Pada malam yang ditetapkan mereka membunuh Nabi Muhammad SAW, beliau memerintahkan Ali bin Abi Thalib supaya memakai selimut dan berbaring di tempat tidur Nabi. Namun atas izin Allah 25 MPA 09/384 / 2018
CAHAYA HATI Memasyarakatkan Islam Wasathiyyah Pagelaran Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia/ KTT-UCMD (High Level Consultation of World Muslim Scholars On Wasathiyyah Islam / HLC-WMS), dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Dalam sambutannya, beliau antara lain menyatakan, ”Saya optimis poros Islam Wasathiyah dunia akan menjadi arus utama, akan memberikan harapan bagi lahirnya dunia yang damai, yang aman, yang sejahtera, yang berkeadilan, dan menjadi gerakan Islam untuk mewujudkan keadilan sosial”. S pemikiran ekstrim yang menimbulkan koflik berdarah. Maka itu, saatnya seluruh negara Muslim bersama-sama menerapkan paradigma Islam Wasathiyah untuk meredam konflik yang selama ini telah membakar dan menghancurkan peradaban Islam”. Kini, KTT-UCMD telah berakhir dan melahirkan apa yang dinamakan ”Bogor Massage (Pesan dari Bogor)”. Ada 4 keputusan penting yang telah disepakati oleh 100 ulama dan cendekiawan Muslim dari berbagai negara dalam pertemuan yang digelar pada 1-3 Mei 2018 itu. Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Prof.DR. Din Syamsuddin, selaku penanggung jawab penyelenggaraan KTT tersebut menyampaikan ke 4 keputusan penting yang tercantum dalam Bogor Massage tersebut sebagai berikut : Keputusan Pertama, berkomitmen untuk mengaktifkan kembali paradigma Islam Wasathiyah, sebagai ajaran Islam yang meliputi 7 nilai utama : Nilai Pertama, tawassuth (moderat), yaitu berada pada posisi di jalur tengah dan lurus. Kedua, i’tidal (konsistensi), yaitu berprilaku proporsional dan adil, serta bertanggung jawab. Ketiga, tasamuh (toleran), yaitu mengakui dan menghormati perbedaan dalam semua aspek kehidupan. Keempat, syura elanjutnya, dalam penutupan KTT-UCMD itu, Wakil Presiden Juyuf Kalla antara lain mengingatkan bahwa, ”Ada dua hal yang menjadi penyebab negara-negara Islam mengalami konflik. Pertama, adanya intervensi dari negara-negara besar. Kedua, adanya (konsensus/musyawarah), yaitu bersandar pada konsultasi dan menyelesaikan masalah melalui musyawarah untuk mencapai konsensus. Kelima, ishlah (rekonsiliasi), yaitu terlibat dalam tindakan yang reformatif dan konstruktif untuk kebaikan bersama. Keenam, qudwah (kepemimpinan), yaitu melahirkan inisitif yang mulia dan memimpin untuk kesejahteraan manusia. Ketujuh, muwatonah (nasionalisme/kebangsaan), yaitu mengakui negara bangsa dan menghormti kewarganegaraan. 26 MPA 09/384 / 2018
CAHAYA HATI bahwa Islam adalah agama wasathiyah. Jadi, tidak benar kalau adaorang yang mengatasnamakan Islam, tapi bertindak keras dan radikal”. UKPDKAAP Prof. DR. Din Syam suddin menyatakan, ”Kita berupaya untuk menyam paikan sebuah pesan, kita hanya ingin menyatakan komitmen kita untuk merevitalisasi atau memperkuat kembali paradigma Islam Wasathiyah”. Ulama dari Bosnia, Musthofa Ceric, mengatakan, “Saya mendukung Pesan Bogor ini dan saya ingin meminta Anda untuk menerima rancangan ini secara konsensus. Pesan ini sangat singkat dan to the point”. Muzammil Asshiddiqi, Ketua Dewan Fiqih Amerika Utara yang bermarkas di Indiana ini menyatakan bahwa, ”... kedepannya perlu ada tindak lanjut dari prinsip nilai yang terdapat dalam Bogor Masage. Saya juga mendukung draft Bogor Massage. Dia menuturkan, saat ini banyak konflik yang terjadi di negara- negara Muslim, sehingga kedepannya harus dibentuk organisasi bersama untuk mnyelesaikan berbagai konflik keagamaan”. Abdul Rahman bin Abdullah al-Zaid, Asisten Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia menyatakan, ”Bogor Massage sangat bagus, komprehensif, dan to the point. Tapi yang terpenting adalah di akhir pertemuan ini agar pesan ini jangan hanya buat umat Islam. Tapi juga perlu dijelaskan kepada non-Muslim dan negara non-Muslim untuk menunjukkan citra umat Islam”. Seruan Imam Besar Al- Azhar Ahmad Muhammad Ahmad Ath- Thayyib menyatakan, ”Agar umat Islam Indonesia menempuh jalan persatuan dan menghindari fanatisme antar madzhab, penting untuk diwujudkan. Pertemuan ulama dan cendekiawan Muslim antar madzhab dunia yang digelar di Bogor ini harus menjadi acuan betapa pentingnya perstuan ummat itu”. Wal hasil ’ala kulli hal, dari banyak pesan, komentar, dan harapan diatas, disamping mendukung dan sepakat terhadap Bogor Massage tersebut, tapi mereka semua juga sangat menginginkan dan sepakat, bahwa tanpa sosialisasi yang gencar, kita khawatir keputusan- keputusan penting yang telah disepakati itu akan dilupakan begitu saja. Karena itu perlu pertemuan-pertemuan dan safari lanjutan ke berbagai negara Muslim untuk menggemakan pesan itu. Kita berharap Pemerintah Indonesia tetap mengambil peran untuk memasyarakatkan pesan itu. •sumber sk repub/02-060518) •Ahar tak lagi berlarut-larut. Besar harapan dari ormas-ormas Islam serta perwakilan dari negara-negara Islam terhadap bangkitnya dan peran gerakan Islam Wasthiyah ini, sebagaimana pernyataan berikut ini : Ketua Komisi Pengem bangan Masyarakat MUI KH Muhammad Cholil Nafisa.l. mengatakan, ”. . . acara HLC-WMS memiliki makna pen- ting. Sebab pertemuan itu, dimaksudkan untuk merevitalisasi makna Islam Wasa- thiyah sebagai karakter dan ciri Islam yang paling mendasar, yaitu membentuk umat yang moderat. Diharapkan, Islam kembali kepada makna awal yang original sebagai agama yang membawa perdamaian alam semesta (rahmatan lil ’alamin)”. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir a.l. menyatakan bahwa, ”Islam di Indonesia dikenal sebagai Islam tengahan (wasathiyah, moderat), sebagai- mana watak Islam pada umumnya selaku Ummatan Wasathan (QS. 2 : 143). Islam di Indonesia hadir secara damai dan ber- kembang menjadi Muslim terbesar di dunia. --- Umat Islam Indonesia dan dunia tidak cukup hanya berkarakter moderat, tetapi juga harus maju (berkemajuan), yakni unggul dalam segala bidang kehidupan, sehingga kehadirannya sebagai pembawa misi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ’alamin) benar-benar terwujud dalam kehidupan nyata. Disinilah relevansi Islam Wasathiyah berkemajuan sebagai gerakan Islam tranformatif yang menghadirkan peran Islam berkemajuan dalam memasuki abad ke-21”. Ketua Umum PB NU KH Said Aqil Siradj a.l. menyatakan, ”Islam Wasathiyah sangat bermakna dimana para ulama besar dari berbagai negara terutam dari Imam Besar Al-Azhar yang menegaskan bahwa Islam itu agama wasathiyah, agama moderat, yang anti radikalisme, anti ekstrimisme, hingga anti terorisme. Semua ulama juga berpendapat demikian. Bahkan Alquran sendiri juga menegaskan Dakwah dan Keputusan Kedua, ulama dan cendekiawan juga berkomitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai paradigma Islam Wasathiyah sebagai budaya hidup secara individual dan kolektif, dengan melambangkan semangat dan persatuan dari sejarah peradaban Islam. Keputusan Ketiga, cendekiawan juga berkomitmen dalam memperkuat tekad untuk membuktikan kepada dunia bahwa ummat Islam sedang mengamati paradigma Islam Wasathiyah dlam semua aspek kehidupan. Keputusan Keempat, negara-negara Muslim dan komunitas untuk mengambil inisiatf dalam mempromosikan paradigma Islam Wasathiyah melalui suatu badan yang akan dibentuk bersama, World Fulcrum of Wasathiyyat Islam (WFWI). Promosi itu bertujuan membangun, Umma tan Wasathan, yaitu sebuah masyarakat yang adil, makmur, damai, inklusif, hamo nis, berdasarkan pada ajaran Islam dan moralitas. Kita tentu mengapresiasi dan menyam- but lahirnya ”Bogor Massage”yang berisi pesan-pesan mulia ulama dan cende- kiawan Muslim dari seluruh dunia itu. Namun, yang lebih penting lagi adalah bagaimana ”Pesan dari Bogor” itu bisa benar-benar dibumikan, dimasyarakatkan, dan mewujud dalam kehidupan masya- rakat Muslim di seluruh dunia. Saat ini, sebagian negara berpenduduk Muslim tengah dicengkeram konflik yang tak berkesudahan. Pertumpahan darah di berbagai negara yang berpenduduk Muslim itu harus segera diakhiri. Karena itu, ”Bogor Massage” harus menjadi solusi agar konflik yang terus mengancam nyawa umat Islam ulama dan mendorong 27 MPA 09/384 / 2018
Memahami Makna Jihad Oleh : H. Ahmad Hartoyo Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Marilah kita tidak bosan-bosan untuk bersyukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Sesungguhnya Allah SWT sedikitpun tidak pernah bosan untuk mencurahkan nikmat dan kasih sayang-Nya kepada kita. Rasa syukur di samping kita ungkapkan dengan lisan, yang lebih utama adalah dengan meningkatkan amal ibadah kepada-Nya. Dalam kesempatan yang baik ini saya berwasiat, wasiat ini terutama saya tujukan kepada diri sendiri, dan kepada seluruh jamaah jum’at yang berbahagia, yaitu marilah kita bertaqwa kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya. Dengan begitu, niscaya kita akan menjadi manusia yang berbahagia, fid diini wad dunya wal akhirah. 28 MPA 09/384 / 2018
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran [3] ayat 102 : Kalau tidak karena perintah Allah SWT kaum Muslimin lebih suka untuk bersabar dengan segala macam permusuhan dan kebencian kaum kafir Quraisy, meski mereka telah menganiaya, merampas harta benda, bahkan mengusir kaum Muslimin dari kota Mekkah. Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam“. Di dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman dalam surat al- Baqarah [2] ayat 216 : Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Orang sering keliru dalam mempersepsikan makna jihad di jalan Allah. Jihad sering diartikan secara sempit sebagai berjuang mengangkat senjata di medan perang. Karena itu ketika orang mendengar istilah jihad, apalagi mendengar seruan jihad, bisa- bisa orang menjadi ngeri dan takut. Ada pula yang menganggap bahwa mujahid sebagai kelompok fundamentalis dan ekstrimis yang keberadaannya amat ditakuti masyarakat, bahkan dianggap membahayakan keutuhan negara. Sesungguhnya jihad dalam pengertian yang luas adalah perjuangan dengan sungguh-sungguh untuk menegakkan agama Allah SWT (dinullah). Mempertahankan kebenaran dan berjuang menolong sesama muslim untuk mencapai kebahagiaan dan ridha Allah SWT. Jihad dengan pemahaman seperti itu memberikan pengertian bahwa jihad tidak mesti harus mengangkat senjata, tetapi jihad adalah semua bentuk perjuangan yang mendukung tegaknya Islam dan kemaslahatan umatnya. Bentuk perjuangan seperti itu biasanya dilakukan melalui jalan dakwah, baik berdakwah dengan harta benda maupun dengan tenaga dan pikiran. Artinya : “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui“. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Barangkali itu sebabnya dalam pandangan Rasulullah SAW jihad melawan hawa nafsu adalah jihad yang paling berat. Sebab hawa nafsu jelas-jelas merupakan sumber kemunafikan, kedengkian, kesyirikan serta sumber penyakit iman yang lain dan bisa menyebabkan kehancuran nilai-nilai ajaran Islam. bahkan nafsu itu pula bisa menjadi penyebab kemunduran dan kebodohan umat. Rasulullah SAW bersabda: Kita perhatikan firman Allah SWT dalam surat al-Hujurat [49]: 15 Artinya: “Jihad yang paling utama adalah jihad seseorang terhadap hawa nafsunya” (HR Ibnu Najjar dari Abi Dzar). Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Dengan demikian maka perjuangan umat Islam di Indonesia yang saat ini berada dalam tarap pembangunan, tentu tidak lagi dengan mengangkat senjata seperti perjuangan bangsa Indonesia ketika merebut kemerdekaan dahulu. Tetapi perjuangan kita adalah membangun tata kehidupan bangsa yang Islami, menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat, mengentaskan ke mis kinan, keterbelakangan, dan kebodohan. Memberantas ke- mung karan dan berbagai penyakit masyarakat yang lain. Dengan begitu niscaya akan terwujud masyarakat yang adil dan makmur dalam ridha dan ampunan Allah SWT. (*) Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar”. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah Sesungguhnya Islam adalah agama damai, dan amat cenderung kepada kedamaian. Hal itu bisa kita buktikan dari sejarah kehidupan Rasulullah SAW bersama para sahabat. Mereka lebih senang menempuh jalan damai, tidak suka permusuhan dan peperangan. 29 MPA 09/384 / 2018
FIGUR Drs. H. Suhaji, M.Si Memonitoring Langsung Sekolah Negeri dan Swasta Kehidupan Drs. H. Suhaji, M.Si penuh onak dan duri. Dia dibesarkan dari keluarga petani. Selain sebagai petani, ayahnya juga menerima jasa penyembelihan ayam dan kambing. “Sebelum berangkat sekolah, terlebih dahulu saya membantu penyembelihan itu di rumah,” ujarnya. N pesantren yang ada di dusun Juwet. Bersama kedua adiknya, lelaki kelahiran 17 Juli 1963 ini tekun mengaji dan bersekolah. Sebab itulah yang selalu ditekankan orangtuanya. “Kata Bapak, mengaji dan sekolah meru- pakan pegangan hidup di hari kelak,” kata Suhaji menirukan petuah ayahnya. Kebetulan mulai dari kakek hingga anak cucu, semua belajar mengaji di pondok pesantren Sunan Derajat yang terletak di desa Daliwangu, kecamatan Sugio, kabu- paten Lamongan asuhan Kyai Suep,” paparnya. “Bahkan ibu saya selama 15 tahun membantu Bu Nyai di pondok,” tambahnya. Waktu itu, tuturnya mengisahkan, daerah tersebut terkenal sebagai daerah basis PKI. Sehingga jumlah umat Islam yang ada di sana bisa dihitung dengan jari. “Jadi jarang orang yang pergi jamaah ke Musholla. Nah, setelah hancurnya PKI umat Islam berkembang sangat pesat di daerah ini,” ungkapnya dengan wajah sumringah. Setelah lulus dari SDN Deket Agung di tahun 1976, Suhaji melanjutkan ke SMP Negeri Lamongan dan lulus tahun 1983. Setelah lulus dari MAN Lamongan di tahun 1986, dirinya kuliah di IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya dan selesai tahun 1990. Sedangkan ijazah S2nya diraihnya tahun 2001 dari UMM. Melalui lika-liku hidup dan perjuangan yang gigih akhirnya Suhaji berhasil menjadi PNS Kementerian Agama. Tepatnya di ta- hun 1994, dengan awal karir sebagai staf di sub bagian Umum. Hal itu dialaminya sela ma empat tahun lamanya. “Sebelum men jadi pegawai negeri saya pernah men- coba peruntungan usaha jual beras di pulo wonokromo Surabaya,” tukasnya mengenang. Setelah dari staf Umum lalu dipindah ke PERGURAIS dan menjadi staf di bagian Pondok Pesantren hingga tahun 2007. Di tahun itulah dirinya diangkat menjadi Kasi Publikasi Dakwah dan PHBI bidang PENAIS. Berselang tiga tahun diamanahi jabatan sebagai Kasi Keagamaan bidang penguatan pendidikan karakter. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut meliputi; religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas, jujur, toleransi, disiplin, bekerja keras, kreatif dan demokratis. Termasuk juga rasa ingin tahu, cinta Tanah Air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, serta peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. “Pendidikan karakter dan PAI harus seiring untuk mengubah karakter bangsa,” katanya penuh harap. Agama, tuturnya melanjutkan, bukan hanya mengajarkan Namun agama harus bisa memberikan dan memenuhi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada anak. Alhasil, pema haman agama tak sebatas pengeta- huan semata, melainkan harus diwujudkan dalam bentuk afektif; sikap yang tawadhu’ , akhlak, perilaku, tutur kata yang baik,” ulasnya. “Disamping itu, juga dipraktrekkan dengan sikap psikomotorik. Artinya, anak bisa mempraktekan di dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di masyarakat sekitar, sehingga mereka bisa melakukan dan memahami agama dengan baik secara vertikal dan horizontal,” jelasnya menambahkan. Sebagai Kabid PAIS, dirinya berjanji akan turun langsung ke SD, SMP, SMA – baik negeri maupun swasta – untuk memonitoring bagaimana pelaksanaan kurikulum Mapel Agama Islam yang hanya tiga jam di sekolah. “Saya berharap para guru dapat mencetak anak-anak yang berkarakter dan bersikap lebih baik. Sebab pendidikan di sekolah adalah investasi masa depan,” ujarnya. Namun demikian Suhaji menyadari, bahwa membentuk karakter anak itu tidak semudah membalik telapak tangan. Sebagai guru harus penuh dengan ketekunan dan kesabaran dalam menghadapi anak-anak di sekolah. “Jika pendidikan karakter dan akhlak diterapkan dengan baik, maka kedepan anak-anak tersebut akan menjadi anak yang baik, berbudi pekerti dan berakhlakul karimah,” pungkasnya. •Nuriz Setia Hadi amun demikian, keluarga sederha- nanya cukup agamis. Sebab tempat tinggalnya tak jauh dari pondok pendidikan saja. PD. Pontren. Lalu di tahun 2014 menjabat Kasi Pondok Pesantren di Kemenag Kab. Sidoarjo. Kemudian pada tahun 2017 pindah ke bidang PAIS sebagai Kasi Sistem Informasi. Tepat pada tanggal 11 Agustus 2017 dipromosikan menjadi Kepala Keme- nag Kota Mojokerto. Dan di awal Agus tus lalu, Suhaji dilantik menjadi Kepala Bidang PAIS Kanwil Kemenag Prov. Jawa Timur. Lantas apa yang akan dilakukan penga- gum Gus Dur ini dengan jabatan barunya? Menurutnya, anggaran pada sektor pendi- dikan agama yang outputnya kurang me- muas kan perlu ditingkatkan. Dirinya akan fokus pada praktek pendidikan untuk mengubah perilaku anak. “Dengan begitu tujuan pemerintah agar anak-anak mem punyai pendidikan karakter yang otuputnya menjadikan anak berakhlakul karimah, berkarakter, dan berbudi perkerti yang luhur akan tercapai,” ujarnya serius. Hal itu sesuai dengan penguatan pendi dikan karakter amanat Presiden RI dengan menyiapkan generasi emas di tahun 2045. Sebagaimana yang tertuang dalam Perpres nomer 87 tahun 2017 yaitu 30 MPA 09/384 / 2018
FIGUR Ahmad Zuhri, S.Ag, M.Si Merekrut Zakat Profesi di Daerah Ahmad Zuhri, S.Ag, M.Si asli anak desa. Tepatnya, lahir di desa Damaian, Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 3 Agustus 1965. Sebagaimana galibnya anak desa, sebelum berangkat sekolah Zuhri kecil saban hari mencarikan makan ternaknya terlebih dahulu. “Namun demikian, orangtua saya selalu menekankan pentingnya mengaji dan sekolah,” tukasnya. S sudah bisa membaca al-Qur’an. Zuhri lantas melanjutkan ke MTs Negeri yang ada di desanya. Di tahun 1985, dia diterima di SMA Negeri di kota Rembang. Namun karena ingin memperdalam ilmu agama, kesempatan tersebut tak diambilnya. Zuhri lebih memilih hengkang ke Gresik untuk belajar di sebuah pesantren. Namun sayangnya, hanya betah tinggal di sana beberapa bulan saja. Lantaran takut diketahui keluarga, dia tak berani pulang kampung. Lalu singgah di pesantren al-Anwar pimpinan Kiai Maimun Zuber. “Kebetulan keluarga saya akrab sekali dengan beliau dan keluarga pesantren Al-Anwar lainnya,” katanya memberikan alasan. “Setelah dua tahun di pesantren ini, saya malah jadi haus ilmu agama. Makanya saya putuskan untuk melanjutkan ke ponpes Lirboyo di Kediri,” ujarnya. Memang sempat pihak keluarga khawatir Zuhri merasa tak betah lagi tinggal di pesantren yang jauh dari rumah. Tapi seorang pengurus berhasil meyakinkan pihak keluarga dan memintanya agar Zuhri tetap tinggal di Lirboyo. “Nanti anak itu akan menata hidupnya sendiri,” paparnya menirukan ucapan pengurus pondok. “Ketepatan adik saya sudah terlebih dahulu mondok di sini,” tambahnya. Karena tak tega orangtuanya setiap bulan mengirim biaya hidupnya, akhirnya Zuhri memutuskan untuk berkhidmat mengabdi “Keluarga nDalem”. Tepatnya di rumah Kiai Imam Yahya Mahrus selaku Pimpinan ponpes Lirboyo waktu itu. Dan ini adalah satu-satunya cara untuk meringankan beban orangtua. Oleh karenanya, tak hanya belajar ilmu agama saja yang dilakukan di pesantren. Setiap hari dirinya mendapatkan tugas membersihkan sampah di perguruan tinggi Tri Bakti Lirboyo. etelah tiga tahun sekolah di SD Inpres, dia masuk ke Madrasah Diniyah langsung kelas 4. Alasannya, karena tuturnya. “Saya pernah melayani dosen.. Pak Ghofir yang waktu itu sebagai Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur,” tukasnya bangga. Ketika lulus di tahun 1995, masih tak diperbolehkan tetap diminta membantu pesantren dan menemani Kiai Imam Yahya jika ada tugas di luar pesantren. Di tahun itulah, Kiai menyarankan untuk mencoba daftar tes menjadi PNS. “Karena nilai saya pas-pasan, dengan rasa tak percaya diri saya coba-coba untuk mengikuti tes,” paparnya. “Ketika tahu diterima, saya kaget dan mengucap alhamdulillah penuh rasa syukur,” ujarnya. Maka dijalaninya hari baru sebagai Penyuluh Agama di Kementerian Agama Kota Kediri. Dirinya tercatat sebagai PNS sejak tahun 2000 dan langsung golongan IIIA. Pada tahun 2007, diangkat sebagai Kasi Gara Zawa. Tak berselang lama, lantas dipromosikan menjadi Kasubag TU Kemenag Kota Kediri. Karena dinilai bisa membawa nama Kementerian Agama menjadi lebih baik, bulan Januari 2014 diamanahi sebagai Kepala Kemenag Kabupaten Pacitan. Tiga tahu berselang dirinya dipercaya menjadi Kepala Kemenag Kota Kediri. Di saat berada di Kediri, sekaligus dia mengajar di pondok pesantren Al Mahrusiah Lirboyo. Dan di awal bulan lalu Ahmad Zuhri dilantik sebagai Kepala Bidang PENAIS Kanwil Kemenag. Prov. Jawa Timur. Bagi Zuhri, apa yang sudah ditata senior sebelumnya tentu sudah baik. Dia tinggal meningkatkan saja. “Dalam waktu dekat kami ingin merekrut zakat profesi di daerah. Ini mengingat DIPA anggaran kegiatan keagamaan kurang. Dan ini sekaligus juga untuk membudayakan syiar agama,” tuturnya. “Kedepan, zakat profesi harus bisa masuk di Kanwil. Dengan begitu kita bisa membantu daerah yang minus dan memberikan santunan dengan membawa misi agama,” harapnya. •Nuriz Setia Hadi pulang. Dirinya Suatu ketika, pada saat sedang membersihkan kampus, Kiai Imam Yahya menghampirinya. Beliau menanyakan apakah dirinya memiliki ijazah sekolah? “Tentu saja saya mengiyakannya. Lantas Kiai Imam Yahya mengatakan; kalau begitu ya dilanjutkan saja,” ungkapnya sambil menerawang ke masa silam. “”Tidak usah bayar, yang penting belajar dan ikut ujian,” tambahnya mengisahkan. Lalu dia masuk ke Madrasah Aliyah. Setelah lulus di tahun 1990, terus melanjutkan ke perguruan tinggi yang ada di sana. “Meskipun saya resmi menjadi mahasiswa fakultas dakwah, tetapi tetap bertugas membersihkan sampah di sekitar kampus, serta memberikan minum dan membersihkan kamar para daosen,” 31 MPA 09/384 / 2018
BILIK SANTRI Pesantren Lansia Darus Syifa’ Jombang Santri yang Tak Lagi Memikirkan Dunia Pernah dengar pondok pesantren khusus bagi orang-orang lanjut usia? Pesantren itu ada di Jombang. Tepatnya, berada di Jalan Kapten Tendean Gang Karya No 10. Cuma orang-orang lansia yang boleh mondok di tempat ini. “Minimal usianya berkepala lima. Maksimalnya tidak terbatas. Asal dia sehat, mandiri, dan ada pihak keluarga yang bertanggung jawab,” tutur Anis Solichah, SH selaku pengurus pondok. “Kebanyakan yang mondok di sini atas kemauannya sendiri. Pihak keluarga biasanya tak tega melepasnya,” tambahnya. D hal-hal yang tak diinginkan – semisal meninggal dunia. “Kalau ini terjadi, pihak pengurus kan bisa menghubungi entah anak, adik, atau siapapun yang diserahi untuk bertanggung jawab padanya. “Pihak kelurahan di sini kan nggak mau menerima kalo dikebumikan di makam yang ada di sekitar sini,” kilahnya. Begitupun dengan persyaratan sehat dan mandiri. Syarat itu menjadi penting, karena di pesantren yang didirikan H. Muhammad Syifa’ ini punya aktivitas rutin sejak pagi hingga malam hari. Inilah yang membedakannya dengan panti jompo, yang biasanya berlatar belakang orang- orang terlantar dan kurang mampu. “Santri di sini rata-rata secara ekonomi cukup. Tak sedikit dari mereka malah mantan pejabat. Karena selama menjabat sibuk dengan pekerjaannya, setelah pensiun baru merasa kalau dirinya belum memiliki bekal untuk negeri akhirat,” jelasnya. Oleh karenanya, lanjut perempuan ipesyaratkannya ada pihak yang bertanggung jawab, karena itu untuk mengantisipasi keagamaan, yang meliputi akhlak, serta fiqih keseharian dan praktek. Kegiatan belajar biasanya dimulai pada pukul 08.00 hingga pukul 11.00 Wib. Ini khusus untuk mengaji dan memperdalam ilmu bacaan al-Qur’an. Lalu istirahat sejenak sambil menanti shalat Dhuhur berjamaah. Lalu dilanjutkan dengan makan siang bersama. Setelah shalat Ashar, tepatnya pada pukul 16.00, mereka kembali belajar. Dan ba’da shalat Isyak, para santri kembali mengkaji ilmu-ilm keislaman hingga pukul 20.30 Wib. Biasanya diisi dengan acara istighasah, mujahadah, majlis taklim dan Tahlil-Yasin. Untuk yang belajar pagi hari, biasanya dibagi tiga kelompok. Satu kelompok belajar Iqra’ dan dua kelompok bagi yang sudah bisa membaca al-Qur’an secara tartil. Ketiga kelompok tersebut ditempatkan di ruang yang terpisah. Sementara untuk pengajian sore dan malam, mereka disatukan dalam satu majelis. “Di hari Sabtu malam, kita selenggarkaan pengajian umum dari jam sembilan sampai jam sebelas. Ustadz yang mengisi pengajian tersebut kita datangkan dari luar,” terangnya. katanya, Anis Solichah, SH Pengurus Pesantren Lansia Darus Syifa’ kelahiran Jombang 29 Januari 1974 ini, setiap santri harus bertubuh sehat dan mandiri. Dengan begitu mereka bisa mengikuti aktivitas yang ada di pesantren secara optimal. Sejak pagi hari, para santri sudah diajak shalat Dhuha berjamaah. Setelah itu mereka belajar ilmu-ilmu 32 MPA 09/384 / 2018
BILIK SANTRI Santri Lansia yang mukim di pondok pesantren yang berdiri sejak tahun 2002 ini, mereka berasal dari beragam daerah; mulai dari wilayah Jombang sendiri, Bandung, Medan, Jambi, Palembang dan daerah-daerah lainnya. Santri yang paling jauh, dari Martapura. Bahkan pernah ada yang dari Malaysia. “Ada juga santri yang berstatus sebagai suami-istri lho.. Namun karena ini di pesantren, keduanya tidur di kamar terpisah,” jelasnya. Menurut istri Drs. Muhaimin Dimyati ini, kebanyakan mereka yang nyantri di pondok ini rata-rata belum fasih bacaan al-Qur’annya. Begitupun dengan ilmu keagamaan, rata-rata mereka minim ilmu agama. “Target kami, para santri di sini harus jadi orangtua yang berguna, berkualitas, dan tidak menjadi beban orang lain,” tandasnya. “Dengan usia lanjut yang seperti itu, sudah tidak semestinya memikirkan dunia lagi. Namun bagaimana memiliki bekal akhirat untuk menghadap Allah SWT,” ujarnya. Di Pesantren Lansia Darus Syifa’, santrinya berjumlah 80 orang. 40 persen dari mereka adalah santri mukim. “Jumlah santri di sini sengaja kami batasi jumlahnya. Sebab ini berkenaan dengan kapasitas ruang yang ada. Kalau untuk santri yang nggak mukim ya tak terbatas. Mereka biasanya tergabung dalam majlis taklim,” urainya. Yang butuh kesabaran lebih, sam- bungnya, adalah para gurunya. Sebab yang dihadapi adalah orang-orang yang secara sosial berada di atas. Diantara mereka banyak yang mengalami the power of sindrom. Makanya, cara menanganinya harus super hati-hati. Lebih-lebih ketika dian tara para santri ada yang melakukan pelangga ran. “Cara menghadapinya dengan kerendahan hati. Setiap pengajar di sini harus benar-benar kuat mental,” tegasnya. “Dengan secara perlahan kita beri penyadaran bahwa keadaan dirinya sudah tidak seperti dulu pada saat menjabat,” tambahnya. Begitupun pada saat mengajari mereka mengaji. Ibu tiga anak ini memaklumi semuanya. Sebab latar belakang mereka macam-macam. Bahkan ada yang sama sekali tidak tahu huruf alif ba’ ta’. Apalagi usianya memang sudah sepuh, sehingga daya tangkapya menururun. “Ada juga sih yang sudah bisa baca al-Qur’an. Tapi secara mahraj dan tajdwidnya sangat amburadul,” paparnya. “Yang kita pentingkan di sini bukan khatamnya, melainkan tentang makharijul huruf dan tajwidnya harus benar dulu. Begitupun dengan ngaji fiqih, yang kita tekankan yang berhubungan dengan praktek shalat,” ulasnya menambahkan. Perbedaan mengajar dan kaum remaja, ibarat sebuah lagu qasidah yang pernah populer; belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu. Sedangkan belajar sesudah dewasa laksana mengukir di atas air.Sebab mengajari orangtua itu susah, karena biasanya mereka sensitif. Penyakit lainnya, adalah gampang lupa. Pelajaran yang diperoleh hari ini, besoknya sudah lupa. “Usia lanjut itu memang begitu. Sangat sensitif dan gampang tersinggung,” tukas Anis. “Mereka butuh perhatian lebih. Jadi, tak bisa diperlakukan dengan kedisiplinan yang sangat ketat,” simpulnya. Namun ketika melihat semangat belajar para santri Lansia tersebut, siapapun akan merasa terharu. Meskipun sudah berusia lanjut masih tetap bersemangat. Mereka ingin menuntut ilmu walaupun dengan resiko meninggalkan keluarga, anak, dan cucu.Tempat tidurpun tak seenak di rumah.Begitupun dengan menu makan yang seadanya, juga tentu jauh seperti yang ada di rumah. Selain belajar rutin sehari-hari, lanjut perempuan yang juga aktif di Dharma Wanita dan KUD ini, diselenggarakan pula kegiatan penunjang lainnya. Seperti menanam sayur-mayur hidup. Meskipun lahannya tidak besar, yang penting bisa dimanfaatkan untuk kegiatan tanam-menanam. “Apalagi ini kan hanya sebagai kegiatan pelengkap saja bagi mereka. Sebab di pesantren sudah ada tukang kebun dan tukang masaknya sendiri. Jadi para santri tinggal belajar sama mereka,” terangnya. Disamping itu, juga diadakan kegiatan outdoor. Para santri selalu dilibatkan dalam kegiatan kemasyarakatan. Setiap Kamis malam Jum’at, para santri diajak pula untuk mengikuti acara “shalawatan” ke rumah-rumah berkeliling. “Kegiatan semacam ini mem- buat mereka tidak jenuh,” tukasnya. “Ada juga kegiatan senam, atau kegiatan lain sesuai dengan minat mereka masing- masing. Selain berkebun dan memasak, di sini ada pula santri yang senang kegiatan jahit-menjahit,” terangnya. Lantas, tanggapan masyarakat sekitar? “Ooo.. sangat positif sekali. Ini adalah satu-satunya pesantren Lansia yang ada lho..” tukasnya singkat. “Apalagi kegiatan para santri kan terarah. Waktu mereka benar-benar sangat bermanfaat dan tidak terbuang percuma. Bayangkan, untuk nonton televisi saja kita batasi cuma satu jam sehari,” tandasnya. Untuk harapan ke depannya, tutur Anis, ketika para santri kembali ke masyarakat, agamanya sudah menjadi lebih baik. Setidaknya, mereka bisa jadi imam shalat di Mushalla, serta mengajar ngaji di TPQ-TPQ yang ada. “Syukur-syukur kalau mereka bisa mempengaruhi keluarga besarnya sendiri dan masyarakat untuk belajar agama,” katanya penuh harap. •M. Tajuddin Nurcholis dan apotik orangtua penduduk secara 33 MPA 09/384 / 2018
TA’ARUF KH. Marzuqi Mustamar Menggenggam Tongkat Estafet Sang Kiai Tiada hari tanpa memberikan pengajian atau mauidzhoh hasanah kepada umat. Hari-hari KH Marzuqi Mustamar memang selalu disibukkan dengan ragam pengajian antar masjid, majlis taklim, ngaji di perkampungan hingga studio televisi – selain mengajar di kampus dan di pesantren. Gaya ceramahnya yang “membumi” membuat materi yang disampaikan mudah dipahami bahkan bagi kalangan Nahdliyin level bawah sekalipun. T 2 periode ini juga memanfaatkan media literasi dalam berdakwah dengan menyu- sun sebuah kitab berjudul Al-Muqtathafat li ahl al-Bidayat. Sebuah karya yang berisi tentang dasar-dasar atau dalil-dali amaliyah yang dilakukan warga Nahdhiyin. Melalui kitab inilah, Kiai Marzuki ingin membuka mata umat, bahwa amalan mereka ada dasar hukumnya. Ini sekaligus menjawab tudu- han orang-orang yang tidak setuju dengan sebagian amaliyah warga Nahdhiyin. Saking hebat dan lugasnya menjelaskan itu semua, sampai-sampai Ketua MUI Kota Malang menyematkan julukan kepadanya sebagai “Hujjatu NU”. Ini mengacu pada gelar Hujjatul Islam yang diberikan para cendekiawan Muslim kepada Imam al- Ghazali. yang merupakan peng hormatan atas sum bang sihnya cakrawala pemikiran Islam. idak hanya melalui mimbar-mim- bar pengajian, mantan Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Malang Tak jarang dia harus berhadapan secara langsung dengan orang-orang yang selama ini menyesatkan dan membid’ahkan ama- liyah NU. Bahkan pernah juga dirinya sempat dilaporkan oleh salah satu ormas ke pihak Kepolisian atas tindakannya meng- koreksi statemen tokoh dan suatu ajaran. Seakan sudah mewakafkan dirinya untuk ormas keagamaan terbesar di Indo- nesia yang didirikan Hadlratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, mantan anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang inipun tak gentar dan tak pernah berciut nyali. “Lebih baik saya mengorbankan diri saya secara pribadi dari pada NU secara organisasi untuk menghadapi mereka,” tandasnya. Ada sebagian kalangan yang menilai sikapnya terhadap kelompok yang anti NU terlampau keras. Namun menurutnya, apa yang dilakukan itu masih dalam batas kewajaran. Bahkan masih belum setimpal dengan apa yang telah diperbuat para penentang ajaran Ahlussunnah wal Jamaa’ah. “Sekeras-keras saya, tidak pernah mengkafir-kafirkan orang atau memfatwakan halal membunuh. Tapi selembut-lembut mereka, masih berfatwa pelaku tawashul dan tahlilan itu kafir dan halal darahnya,” kilah ayah tujuah anak ini. Lebih lanjut, suami Nyai Hj. Saidah ini menegaskan, bahwa sekeras-keras orang NU tidak pernah mengkafirkan negara atau menganggap sistem demokrasi sebagai bentuk kesyirikan. Tapi sebaliknya, seramah-ramah kelompok radikal mereka tetap memvonis negara Indonesia sebgai taghut; Pancasila dan demokrasi itu syirik. “Nah, jika kita berpangku tangan tanpa berusaha mengkanternya bisa berbahaya. Lantaran pemikiran mereka bisa meracuni anak bangsa. Bisa jadi negara akan bubar,” ulasnya. “Apalagi bagi mereka, melawan pemerintahan yang sah merupakan bentuk jihad,” tandasnya miris. dalam Kiai Marzuqi Musta- mar memang menjadi salah satu garda terdepan Nahdlatul Ulama dalam mengawal Aswaja dari gempuran- gempuran aliran lain. Atas kiprahnya itulah, dirinya dijuluki pula sebagai benteng NU. 34 MPA 09/384 / 2018
TA’ARUF Diakuinya, memang kelompok anti NU selama ini mengaku-ngaku sebagai pengu- sung faham Ahlussunnah wal Jamaah atau Sunni. Bagi pengasuh pondok pesantren Sabilurrosyad Gasek Malang ini, siapapun berhak mengklaim diri sebagai penganut faham Aswaja di bumi Indonesia. Tapi jika dalam berdakwah senantiasa menyulut kegaduhan dan merongrong eksistensi NKRI, berarti patut dipertanyakan. “Orang jangan mengaku Aswaja apalagi NU jika senantiasa merongrong NKRI. Sebab NKRI adalah harga mati,” tukas dosen Humaniora dan Budaya UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini. Baginya, dalam Aswaja ala NU ada tiga prinsip yang senantiasa dijaga; yakni wathaniyah, islamiyah, dan basyariyah. Hal ini seperti yang termaktub dalam muqaddimah Qanun Asasi. Ketiganya harus senantiasa berjalan seimbang dan beriringan. Tentu saja prinsip ini tidak akan bisa diaplikasikan jika kondisi negara lemah dan tidak kondusif. “Dalam konteks Indonesia itulah kita harus menjaga NKRI,” ucap penulis tetap di Media Ummat rubrik Mutiara Hadits dan Tanya Jawab Agama ini menggarisbawahi. Agar NKRI tetap eksis, katanya, maka ukhuwah juga harus dijunjung tinggi. Meski demikian, dirinya tidak sepakat jika atas nama ukhuwah lantas mengekang ruang gerak memerangi kebathilan yang tampak di depan mata. Baginya, kebenaran harus tetap disuarakan dengan bahasa yang santun tanpa mengolok-olok pihak lain dan disertai dalil-dalil yang kuat. “Jika dengan ini ada pihak lain yang tersinggung, berarti hati orang tersebut yang sakit. Dan kita jangan sekali-kali berhenti memberikan edukasi, pemahaman dan pencerahan kepada umat hanya gara-gara ada yang sakit hati,” tegasnya. Ketegasan sikap, keteguhan hati dalam memperjuangkan kebenaran, serta prinsip yang dimiliki Kiai Marzuqi tentu saja tak datang secara tiba-tiba. Itu merupakan hasil tempaan selama berpuluh-puluh tahun mengarungi kehidupan. Terlahir dari keluarga Kiai pada 22 September 1966 lalu di Blitar, tentu pula turut mempengaruhi pandangan dan pemahaman keagamaannya. Sejak kecil putra pasangan Kiai Mustamar dan Nyai Siti Zainab ini dibesarkan dan dididik langsung oleh kedua orangtuanya dengan disiplin ilmu tinggi. Praktis semasa bocah dirinya sudah belajar al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu agama. Bahkan sejak duduk di bangku kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah, anak kedua dari delapan bersaudara ini sudah mendalami ilmu nahwu, shorof, tasawuf dan ilmu fikih kepada ulama-ulama di Blitar. Untuk Ilmu Balagah dan Mantiq, dia berguru kepada Kiai Hamzah. Sedangkan kajian ilmu fikih dia nyatri kepada Kiai Abdul Mujib. Sedangkan bidang keilmuan Hadits didapatkannya dari Kiai Hasbullah Ridlwan. Setelah puas menyerap ilmu pada ulama-ulama di tanah kelahirannya, setamat dari MAN Tlogo Blitar dirinya memuaskan dahaga keilmuannya di IAIN Sunan Ampel Surabaya cabang Malang – sekarang UIN Maulana Malik Ibrahim – sembari ngenger di Pesantren Nurul Huda Mergosono Kota Malang yang diasuh langsung oleh almarhum KH. Masduqie Mahfudz. Dari Kiai kharismatik mantan Rois Syuriah NU Wilayah Jawa Timur dan mantan Ketua MUI Jawa Timur ini, sebagai santri Marzuqi banyak memungut biji hikmah dari beliau. Di pesatren tersebut, pria yang sempat menyelesaikan studi di LIPIA Jakarta ini diamanahi untuk membantu mengajar santri lain – meski ketika itu masih berusia 19 tahun. Marzuqi muda juga sering mendampingi Sang Kiai mengisi pengajian, maupun dalam rapat- rapat organisasi kemasyarakatan. Dari sinilah dia mulai mengetahui betapa beratnya tugas seorang ulama dalam mengayomi dan melayani umat. Dari gurunya itu pula dia belajar arti keistiqomahan. “Meskipun pulang malam hari dari mengisi pengajian, Kiai Masduqi selalu membangunkan para santrinya untuk mengaji,” ungkap pengisi kajian kitab-kitab Wahabi di Kantor PWNU Jatim ini kagum. Hingga kini biji hikmah dan petuah dari sang gurunya itupun masih terdengar nyaring. Apalagi kini dirinya didaulat sebagai Ketua Tanfidziyah PWNU Jatim periode 2018-2023. dirinya menggenggam tongkat estafet perjuangan Sang Kiai untuk senantiasa menjaga marwah NU. “Saya wajib me- nah kodai NU dengan berpegang teguh pada AD/ART NU, aqidah NU, serta bersama barisan para ulama NU,” tandas pengisi kajian Aswaja atau Kiswah di TV9 Surabaya ini mantab. •Suprianto Seolah pahitmanisnya 35 MPA 09/384 / 2018
EDUKASI CEO atau Kepala Madrasah? Semua bergulir serba kompetitif menuju ketidakteraturan (entropi) yang semakin besar. Fenomena ini akan berimbas pada madrasah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Madrasah memiliki beban tanggung jawab yang cukup berat. Sebagai institusi ia harus berkontribusi dalam pemecahan masalah abad 21. Disamping diharapkan sebagai problem solvernya, madrasah juga diharapkan dapat menelorkan generasi emas. berjalan sangat cepat dan dinamis, maka penguasaan keterampilan abad 21 menjadi sangatlah penting. Penguasaan jenis softskill yang terimplementasi dalam keseharian, kiranya jauh lebih bermanfaat ketimbang sekedar pengusaan hardskill. Maka cukup beralasan sekali Kemenag mencetuskan motto ”Madrasah hebat dan bermartabat”. Dengan motto tersebut diharapkan madrasah dapat meraih keberhasilan dalam mengayuh bahtera di hamparan abad 21. Untuk dapat menelor- kan generasi emas yang telah dicanang kan, hal itu tergantung pada tenaga pendidik dan kependidikan madrasah. Dan yang sangat urgen keberadaannya, adalah kom- petensi Kepala Madrasah sebagaimana diamanatkan PMA No 58 tahun 2017 yang meliputi; kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial. Dari kelima kompetensi terse but, menurut hemat saya, yang perlu men- dapat stressing adalah kompetensi kewira- usahaan (entrepreneurship). Bukan berarti menafikan kompetensi yang lain, namun hal itu sangatlah urgen sekali agar madrasah tetap survivaldi tengah persaingan yang semakin kompetitif. Kompetensi kewirausahaan dianta- ranya meliputi; menciptakan inovasi yang bermanfaat dan tepat guna bagi madrasah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan madrasah sebagai organiasasi pembelajaran yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin madrsah, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi madrasah, serta memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa madrasah sebagai sumber pembelajaran bagi peserta didik. Hal yang penting pula untuk dipahami, bahwa jiwa wirausaha tidak hanya dimiliki dan dilakukan oleh usahawan, akan tetapi juga dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Baik di kalangan pemerintah, mahasiswa, dosen, guru, maupun Kepala Madrasah. Hal ini juga inheren di Permendikbud No 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah. Yang menjadi pembeda PMA yang lama (PMA No 29 tahun 2014) adalah Kepala Madrsah setara dengan 24 JTM (pasal 16), sehingga tidak ada kewajiban minimal mengajar, sehingga Kepala Madrasah tugas serta fungsinya dianalogikan seorang direktur perusahaan yang lazimnya diperusahaan multinasional dengan nama CEO. Oleh : Drs. Mashudo, MM CEO (Chief Executive Officer) Chief Executive Eksekutif Tertinggi), tertinggi dalam sebuah perusahaan dimana secara sekilas merekalah yang menentukan arah perkembangan perusahaan. Istilah CEO sendiri adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris sebagai standard internasional. Tapi di Indonesia ini mungkin sebutan CEO jaranglah terdengar, alasannya adalah karena di Indonesia sebutan mereka adalah Direktur Utama (Dirut) atau Presiden Direktur (Presdir). Perlu diketahui bahwa sekarang ini sebutan Presiden Direktur sudah jarang diasosiasikan ke eksekutif yang sama dengan CEO. Hal itu disebabkan karena walaupun biasanya Presdir juga adalah CEO, namun beberapa menjadikan Presiden Direktur sebagai Pengawas Madrasah Madya Kantor Kemenag Kab. Mojokerto. Officer adalah (Pejabat jabatan P to be dan learning to live togetherin peace. Namun untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional, haruslah ditambah dengan pilar ‘belajar untuk memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlaq mulia’. Jadi bukan sekedar transfer juga pembentukan 4C (creative, critical thinking, communicative, dan collaborative). Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan. Karena abad ini perkembangan ilar pendidikan merupakan soko guru pendidikan. Unesco mem- berikan empat pilar pendidikan; learning to know, learning to do, learning materi, melainkan perusahaan 36 MPA 09/384 / 2018
EDUKASI jabatan tersendiri yang juga memiliki lingkup kerjanya tersendiri. Kalau CEO tugas dan fungsinya bagaimana agar perusahaan dapat memberikan margin keuntungan besar serta sehatnya cashflow dan alokasi budget, tetapi Kepala Madrasah punya nilai plus. Artinya, harus berpikir halalnya semua transaksi serta keberkahannya. Tugas Umum CEO - Merencanakan, mengelola, dan menga- nalisis segala aktivitas fungsional bisnis seperti operasional, sumber daya manusia, keuangan, dan pemasaran. - Merencanakan dan mengelola proses penganggaran, lalu mengamati dan menganalisis apabila ada kejanggalan dalam prakteknya. - Mengelola perusahaan sesuai dengan tujuan strategis perusahaan dengan keefek tivan dan biaya seefisien mungkin. - Merencanakan dan mengelola kinerja pada sumber daya manusia agar sumber daya manusia yang berkompeten teridentifikasi dan dapat ditempatkan pada posisi yang sesuai sehingga dapat memaksimalkan kinerja perusahaan. - Merencanakan, mengek sekusi perencanaan strategi bis nis atau korporat baik untuk jangka waktu menengah maupun panjang dengan mengacu pada visi dan misi perusahaan. - Mengidentifikasi dan meningkatkan performa operasional dengan cara memotivasi berbagai divisi di perusahaan. - Mengambil berbagai keputusan stra- tegis yang berdampak baik bagi sustai- na bilitas perusahaan berdasarkan hasil analisis data dan fakta baik yang telah menjadi jejak rekam (record) peru- sa haan maupun analisis terhadap berbagai faktor lingkungan bisnis - Menjaga sustainabilitas keunggulan kompe titif perusahaan dan meningkat- kan kompetensi utama perusahaan dan mengimplementasikannya. - Menganalisis dan mengambil langkah paling prioritas bagi alokasi sumber daya dan penganggaran perusahaan - Membuat kebijakan, prosedur, dan standar pada organisasi perusahaan - Menganalisis segala masalah dalam perusahaan dan mengkoordinasikan manajemen puncak dalam menyele- saikan masalah tersebut secara efektif dan efisien - Membuat keputusan strategis dalam hal integrasi, divestasi, investasi, aliansi, dan joint venture mengelola, dan perusahaan mengelola perusahaan tidak dapat terjadi dalam sehari melainkan hasil dari pengen- dapan berbagai pengalaman CEO di berbagai divisi pada perusahaan. Hal yang diharapkan dari CEO adalah kemam- puannya untuk membuat keputusan yang cepat dan tepat, meminimalisir risiko bisnis, dan meningkatkan profit perusahaan. finansial perusahaan, untuk membangun alokasi yang terbaik. Karena pada akhirnya walaupun CFO yang akan menentukan alokasi budget, keputusan akhir ada di tangan CEO. Kepala Madrasah atau CEO? Dari uraian di atas kita semua akan menyimpulkan rasanya ada benang merah antara CEO dan Kepala Madrasah. Barangkali bisa dikatakan ada irisan tugas dan fungsinya antara keduanya. Kalau CEO tugas dan fungsinya bagaimana agar perusahaan dapat memberikan margin keuntungan besar serta sehatnya cashflow dan alokasi budget,tetapi Kepala Madrasah punya nilai plus. Artinya, harus berpikir halalnya semua transaksi serta keberkahannya. Menurut Munif Chatib (Gurunya Manusia, 2011), mengurus sekolah/madra- sah adalah pekerjaan yang tidak mudah. Didalamya, 99 persen adalah manusia yang dinamis dan punya keinginan. Sekolah/ madrasah adalah institusi pembelajaran yang sangat komplek dan rumit. Maka dapat disimpulkan, bahwa sesungguhnya Kepala Madrasah adalah sebagai CEO Plus. Dan CEO Plus inilah yang pada akhirnya dapat mencapai Madrasah Hebat dan Bermartabat. (*) Mengukur Kesuksesan CEO Lingkup kerja CEO sangatlah luas, dimulai dari menentukan strategi hingga membangun tim eksekutif perusahaan. Sayangnya, semua itu tidak dapat diukur kesuksesannya kecuali setelah berjalan dalam jangka yang panjang. Terlepas dari evaluasi sekilas seperti survei, kebudayaan perusahaan, dan strategi perusahaan, di sinilah semua itu akhirnya kembali pada keuntungan utama sebuah perusahaan, yaitu keuntungan finansial. Dari keuntungan finansial perusahaan- lah diketahui seberapa sukses seorang CEO. Yang dimaksud keuntungan finansial di sini bukanlah hanya profit semata, namun juga termasuk bagaimana alokasi budget perusahaan ditentukan. Beberapa CEO menganggap mereka bukanlah seorang yang pintar dalam hal finansial, di sinilah CEO akan bekerjasama dengan CFO (Chief Financial Officer) atau anggota Tugas CEO di atas memang bersifat konseptual, tetapi pada prakteknya CEO dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dan pengalaman dalam mengelola perusahaan. Kemampuan CEO dalam 37 MPA 09/384 / 2018
EDUKASI Kepala Madrasah yang Kita Butuhkan Rendahnya kemampuan membaca dan menulis merupakan suatu hal yang menjadi keprihatinan bersama, karena kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan yang diperlukan dalam era global. Maka dibutuhkan terobosan melalui Gerakan Literasi di Madrasah. kepemimpinan tertentu. Bicara gaya kepemimpinan, di beberapa lembaga negeri dan swasta, dapat dijumpai empat jenis Kepsek; Kepsek SOP, nyentrik, “serigala berbulu domba” dan ala kadarnya. Tipikal Kepsek SOP – yang memimpin dan mengelola lembaga sesuai Standar Operasional Prosedur – dibutuhkan oleh lembaga pendidikan yang masih merintis dari awal atau membangun ulang citra dan sistem manajemennya. Kepsek yang bekerja sesuai SOP biasanya disegani para guru dan karyawan. Otomatis dia memiliki kharisma yang muncul dari cara kerjanya yang disiplin dan tertib administrasi. Apabila telah purna tugas, kepergiannya diratapi. Namanya akan disebut-sebut lagi bila Kepsek atau Kamad penggantinya tidak becus memimpin lembaga. Tipikal lainnya, adalah Kepala Sekolah nyentrik. Dia adalah seseorang yang memimpin lembaga pendidikan dengan cara yang nyentrik. Penampilan nyentrik tapi gebrakannya untuk lembaga diluar dugaan. Semisal yang ada di SMP Qaryah at-Thoyyibah Salatiga, yang Kepseknya adalah seorang petani dan juga Ketua RW setempat. Dia mengelola lembaga alternatif, murah meriah, dan mengahasilkan lulusan bermutu. Murid- muridnya beberapa kali diundang dalam program Kick Andy. Di sekolah yang berada di pedesaan itu, tidak ada yang namanya UN, Remidial, maupun RPP. Begitupun dengan Sekolah Semi Palar di kota Bandung, yang dipimpin seorang Kepsek berlatar jurusan arsitektur. Dia mendisain bangunan sekolah dan iklim pembelajaran yang lain dengan sekolah formal pada umumnya. Perekrutan guru lewat esai dan ditanya “sudah membuat blue print pendidikan apa belum?”. Kepsek ini tidak memusingkan soal Akreditasi Sekolah dan Ujian Nasional. Disain raportnya juga lain alias membuat sendiri. Setiap pergi ke sekolah Kepsek ini pakai kaos oblong dan celana jeans. Guru-guru dan murid bebas memakai baju kasual. Kepsek berjenis seperti ini kesannya bisa bersahabat dengan guru, karyawan dan murid. Keberadaan Kepsek SOP atau Kepsek nyentrik, tentu berlainan dengan Kepsek “serigala berbulu domba” (SBD) dan Kepsek ala kadarnya. Kepsek berjenis SBD punya kepribadian ganda dan penuh kepura- puraan (pseudo). Dia meresahkan atau menguntungkan guru tertentu. Kadang dihadapan pengelola yayasan laporannnya manis-manis, tapi di lain kesempatan justru menggerogoti lembaga sendiri. Apabila ada bawahan lebih mahir darinya dan disukai anak-anak, dirinya justru merasa iri dan dengki. Kepsek seperti ini sangat rawan didemonstrasi dan dijatuhkan. Sedangkan Kepsek ala kadarnya atau yang dalam teori kepemimpinan disebut laissez faire, biasanya dia memimpin tanpa program yang jelas. Sekolah atau madrasah dibiarkan bagai air mengalir saja. Tidak bisa memberi bimbingan kepada anak buah saat mendelegasikan tugas. Kepsek seperti ini biasanya pula tidak dianggap keberadaannya oleh para guru dan karyawan. Imbasnya kepada manajemen sekolah atau madrasah dan membuat para guru bergerak sendiri-sendiri. Maka, sungguh sayang apabila lembaga kita dipimpin tipikal Kepsek atau Kamad yang SBD dan ala kadarnya. Tentu ini sama sekali tak menguntungkan bagi lembaga pendidikan tersebut. Guna mencegah hal itu, sebelum merekrut Kepsek atau Kamad idealnya perlu melakukan fit and proper test, tes kepribadian, hingga memintanya untuk memaparkan renstra/ blue print pendidikan selama 5-20 tahun kedepan. Tanpa blue print pendidikan yang jelas, maka setiap ganti Kepsek ganti pula kebijakannya. (*) Oleh : Fadh Ahmad Arifan Pengajar Sejarah Kebudayaan Islam di MTs-MA Muhammadiyah 2 Kota Malang. J satu ujung tombak pendidikan wajib diperhatikan setiap pemangku kebijakan. Setidaknya, Kepala Sekolah harus memiliki tiga kemampuan; Supervisi, Manajerial dan Kewirausahaan (SMK). Kepsek sebagai supervisi dan mana- jerial sudah lazim kita dengar. Namun kewi- rau sahaan tak banyak yang me mahami. Kewirausahaan yang dimak sud, adalah bagaimana seorang Kepsek mengem - bangkan usaha sekolah dan membudayakan perilaku wirausaha. Aspek ini akan tersendat dan gagal bila tidak didukung penuh komponen-kompe nen yang ada di lembaga sekolah atau madra sah. Terlebih lagi di sekolah dan madrasah swasta yang rawan intervensi pemilik yayasan. “SMK” tersebut bisa dijalankan Kepsek atau Kepala Madrasah yang punya gaya atuh bangunnya pendidikan nasional tergantung pada mutu guru dan Kepala Sekolah. Peran Kepsek sebagai salah 38 MPA 09/384 / 2018
EDUKASI Kepala Madrasah sebagai Pengungkit dalam Mewujudkan Madrasah Unggul di Era MEA Kepala Madrasah memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam menyikapi globalisasi dan MEA. Di tangan Kamad yang memiliki kompetensi unggul akan lahir madrasah unggul dan madrasah yang bermutu. MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah diberlakukan sejak 1 Januari 2016. MEA memiliki lima pilar, yaitu: (1) aliran bebas barang; (2) aliran bebas jasa; (3) aliran bebas investasi; (4) aliran bebas tenaga kerja terampil; dan (5) aliran bebas modal. Berdasarkan kelima pilar tersebut, maka seluruh anggota MEA akan menuju: (1) single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil dan modal); (2) penciptaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi (regional competition policy, action plan, infrastructure development, ICT, energy cooperation, taxation, dan pengembangan UKM); (3) suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (region of equitable economic develop ment) melalui pengembangan UKM dan program-program Initiative for ASEAN Integration (IAI); dan (4) integrasi penuh pada ekonomi global (Arifin, 2016:283). Persoalannya, apakah Indonesia siap memasuki era MEA? Bagai- manapun juga, MEA telah dimulai. SDM Indonesia harus disiapkan agar mampu berkompetisi di era MEA tersebut. Terkait dengan kesiapan SDM Indonesia, jika dilihat dari aspek Indeks Pembagunan Manusia (IPM) Indonesia masih kurang memuaskan dan bahkan menghawatirkan. Pasalnya, data tahun 2014 menun jukkan, bahwa IPM Indonesia di ASEAN hanya menduduki peringkat ke-5. IPM Indonesia di bawah Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand (Sugianto, 2016). Selain itu, menurut Ngasuko (2016) hasil penelitian pada tahun 2015 menunjukkan bahwa tenaga berbakat dan terampil Indonesia peringkatnya turun. Dari peringkat 25 dari 61 negara yang disurvei pada tahun 2014, turun menjadi peringkat ke 41 di tahun 2015. Kemudian, keikutsertaan siswa Indo nesia dalam Programme for International Student Assessment (PISA) mulai tahun 2000 hingga 2009 skor yang dihasilkan selalu menurun. Bahkan hasil PISA tahun 2012, Indonesia nyaris menjadi juru kunci perolehan skor PISA. Kedudukan skor PISA Indonesia tahun 2012 hanya satu tingkat lebih baik dari Peru yang menduduki peringkat paling bawah dari 65 negara yang ikut berpartisipasi dalam tes (Driana, 2014). Sedangkan hasil PISA tahun 2015 cukup menggembirakan. PISA tahun 2015, Indonesia menunjukkan ada peningkatan skor yang dicapai untuk matematika, sains dan membaca dari 72 negara yang disurvey. Oleh : Mohammad Nurul Hajar Direktur LKP ROBIN dan Pengawas Tk. Dasar pada Kemenag Kab. Sumenep. M madrasah unggul diantaranya: penerimaan siswa tanpa selek si, mengutamakan nilai- nilai akhla kul karimah, menanamkan karak ter unggul, semua warga madrasah mema hami dan mewujudkan visi, misi, dan tujuan madrasah, pembelajaran yang menye nangkan, memiliki agenda rutin pening katan kompetensi guru, membagun kemi traan dengan orang tua siswa, dan kepe mimpinan Kepala Madrasah sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin peru- bahan dan pemimpin spiritual. adrasah unggul adalah madra sah yang mampu mewu judkan visi, misi dan tujuan madrasah. Ciri-ciri 39 MPA 09/384 / 2018
EDUKASI Sehingga pada peringkat kedelapan dari bawah (OECD, 2016). Pembagunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia salah satunya melalui pendidikan formal. Madrasah sebagai salah pendidikan formal memiliki tanggung jawab menghasilkan manusia Indonesia yang bermutu, memiliki kompetensi, ber bakat dan terampil. Sehingga bang- sa Indonesia bisa bersaing dengan bangsa lain di ASEAN dalam kerangka persaingan global dan di era MEA. Oleh karena, peningkatan mutu pendidikan madrasah menuju madrasah unggul perlu diperhatikan dan diwujudkan. mengantarkan Indonesia yang memiliki jumlah siswa yang banyak. Dengan kata lain madrasah unggul adalah madrasah favorit. Madrasah unggul bisa juga dipahami karena memiliki siswa- siswa yang unggul. Untuk memperoleh siswa-siswa yang unggul, maka madrasah melakukan seleksi melalui beberapa tahapan tes. Bagi siswa yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan akan diterima. Jika tidak, maka harus mencari tempat belajar ditempat yang lain. Makna madrasah unggul yang kedua lebih substansial. Madrasah unggul adalah madrasah yang mampu mewujudkan visi, misi dan tujuan madrasah. Terkait dengan makna madrasah unggul yang kedua, maka madrasah unggul memiliki ciri bahwa semua warga madrasah mampu memahami dan mewujudkan visi, misi dan tujuan madrasah. Ciri yang lain adalah menerima siswa tanpa seleksi. Masukan madrasah unggul tidak diseleksi mengacu pada suatu ukuran tertentu untuk diterima. Misalnya derajat IQ, Ada tiga kepem pinan Kepala Sekolah/Madrasah sebagai pengungkit dalam mewujudkan madra sah unggul. Kepala Madrasah harus sebagai pemimpin pembelajaran, sebagai pemimpin perubahan dan sebagai pemimpin spiritual. Ketiga kepemimpinan ini harus dimiliki secara utuh oleh Kepala Madrasah. Sehingga dengan bekal ketiga kepemimpinan ini Kepala Madrasah bisa mengungkit kompetensi guru menjadi lebih baik. MADRASAH UNGGUL Menurut Halimy (2016:23) setidaknya ada dua makna sekolah/madrasah unggul dalam dunia pendidikan. Pertama, makna madrasah unggul lebih bersifat sosiologis. Secara sosiologis dipahami masyarakat adalah madrasah madrasah unggul 40 MPA 09/384 / 2018
EDUKASI kemampuan membaca, dan berhitung. Ketika penerimaan siswa, madrasah unggul melakukan pemetaan kemampuan siswa sebagai bahan masukan untuk kemudian dilakukan beberapa program yang relevan dengan kemampuan siswa yang memiliki perbedaan berbagai macam karakter. Selain itu, madrasah unggul lebih mengutamakan unggul dalam hal etika dan perilaku. Dalam pengertian lain lebih menekankan akhlakul karimah. Contohnya, membangun karakter disiplin, tekun, santun, jujur, amanah, mengu- tamakan lingkungan madrasah bersih dan sehat, gemar membaca dan menulis. Untuk pembiasaan membaca dan menu- lis, madrasah unggul tidak hanya mene- kankan pada siswa. Budaya membaca dan menulis juga menjadi agenda wajib bagi guru-gurunya. Karena kebiasaan yang baik dalam membaca dan menulis yang dilakukan oleh guru, akan menjadi contoh nyata yang bisa ditiru oleh siswa. Madrasah unggul dengan pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan. Untuk mencapai keadaan ini, madrasah harus memiliki agenda rutin pelatihan guru untuk meningkatkan wawasan, kapasitas dan keterampilan dalam pembalajara di kelas. Sebagai garda paling depan dalam peningkatan mutu pendidikan di madrasah, guru tidak boleh berhenti belajar dan melakukan perubahan. Ciri madrasah unggul yang lain adalah sekolah memiliki hubungan yang baik dengan orangtua siswa. Hubungan yang baik ini bisa berkembang menjadi hubungan kemitraan yang baik pula. Hingga pada akhirnya akan mengantarkan madrasah sukses mewujudkan program- program madrasah. Pembentukan karakter baik di madrasah bila ada hubungan yang baik dan kerja sama yang selaras dengan orangtua, maka karakter baik itu akan mendapatkan penguatan positif ketika siswa ada di rumah. Namun sebaliknya, jika antara madra- sah dan orangtua tidak ada kerja sama yang baik, maka kemungkinan karakter baik yang ditanamkan di madrasah tidak berkembang dengan baik pada diri siswa. Misalnya, kebiasaan membaca. Ketika siswa ada di rumah, orangtua menerapkan disiplin anaknya belajar dan membaca di rumah, maka kebiasaan membaca siswa mendapatkan penguatan. Namun bila sebaliknya, siswa mengalami pelemahan pembentukan karakter gemar membaca. Madrasah unggul yang memiliki ciri sebagaimana dipaparkan di atas, bisa diwujudkan bila semua warga madrasah satu visi dan satu misi. Pada bagian ini peran Kepala Madrasah yang sangat menentukan. Melalui kepemimpinannya, Kepala Madrasah diharapkan bisa menjadi penentu dan penyatu visi dan misi semua warga madrasah untuk mencapai tujuan madrasah; yaitu terwujudnya madrasah unggul yang akan siswanya menjadi orang yang berbakat, te rampil, memiliki kompetensi dan siap berkompetisi di era MEA. pemimpin spiritual. Ketiga kepemimpinan ini harus dimiliki secara utuh oleh Kepala Madrasah. Sehingga dengan bekal ketiga kepemimpinan ini Kepala Madrasah bisa mengungkit kompetensi guru menjadi lebih baik. Jika guru sudah memiliki kompetensi yang memadai, maka diha- rapkan mampu mengungkit potensi siswa menjadi siswa yang unggul. Kepala Madrasah sebagai pemimpin pembelajaran harus fokus pada pening- katan mutu pembelajaran. Segala daya dan upaya harus dikerahkan agar pembe- lajaran di kelas menyenangkan dan mem beri dampak positif terhadap aspek kognitif, psikomotorik, serta afektif siswa. Mutu pembelajaran yang baik sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru. Oleh karena itu, perlu agenda rutin pelatihan untuk guru. Karena untuk meningkatkan mutu pembelajaran, jalannya sumber daya guru harus selalu ditingkatkan. Baik itu berkaitan dengan peningkatan kompetensi kepribadian, profesional, pedagogik, mau- pun kompetensi sosial guru. Kepala Madrasah sebagai pemimpin perubahan bagi seluruh warga madrasah yang dipimpinnya. Maka Kepala Madrasah harus memiliki mimpi masa yang akan datang yang akan diraih oleh madrasah, serta merencanakan perubahan untuk mengantisipasi keadaan yang akan datang. Disamping itu, Kepala Madrasah harus menginspirasi guru dalam menatap masa depan dan melakukan perubahan. Oleh karena itu, Kepala Madrasah harus mampu menetapkan langkah-langkah perubahan, melaksanakan perubahan dan melakukan evaluasi perubahan yang dilakukan. Disamping itu, kepemimpinan Kepala Madrasah adalah sebagai pemimpin spiritual. Sebagai pemimpin spiritual, Kepala Madrasah dalam melaksanakan tugas harus bekerja keras dengan didasari oleh rasa tanggug jawab yang tinggi. Selain itu, memiliki kedisiplinan, kejujuran, kete- la danan dan bersyukur terhadap apa yang sudah diraihnya. Akhirnya, melalui Kepala Madrasah sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin perubahan dan pemimpin spiritual diharapkan dapat menjadi pengungkit SDM guru. Bila hal ini dapat diwujudkan, maka diharapkan guru menjadi pengungkit profil madrasah menuju madrasah unggul, madrasah yang mengantarkan siswanya menjadi orang yang berbakat, terampil, memiliki kompetensi, berpegang nilai-nilai akhlakul karimah dan siap berkompetisi di era MEA. (*) mengantarkan KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DI ERA MEA Menurut Bafadal (2017) ada tiga kepem pinan Kepala Sekolah/Madrasah sebagai pengungkit dalam mewujudkan madra sah unggul. Kepala Madrasah harus sebagai pemimpin pembelajaran, sebagai pemimpin perubahan dan sebagai juga ditandai Melalui kepemimpinan Kepala Madrasah sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin perubahan dan pemimpin spiritual diharapkan dapat menjadi pengungkit SDM guru. Bila hal ini dapat diwujudkan, maka diharapkan guru menjadi pengungkit profil madrasah menuju madrasah unggul, madrasah yang mengantarkan siswanya menjadi orang yang berbakat, terampil, memiliki kompetensi, berpegang teguh pada nilainilai akhlakul karimah dan siap berkompetisi di era MEA. kepemimpinan teguh pada 41 MPA 09/384 / 2018
SERAMBI MADRASAH MTsN 6 Jombang Madrasah Bernuansa Ramah Anak Menjadikan lembaga pendidikan sebagai tempat yang nyaman dan aman bagi para siswa, adalah merupakan keinginan banyak lembaga. Apalagi kasus kekerasan dan bulying akhir-akhir ini banyak menimpa dunia pendidikan. Meskipun secara geografis termasuk daerah yang jauh dari wilayah perkotaan, MTs Negeri 6 Jombang mampu mewujudkan hal tersebut. T sebagai penerima penghargaan Sekolah Ramah Anak (SRA) Terbaik Nasional Tingkat MTs Tahun 2018. diberikan langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Yohana Susana Yambise, beserta Direktur KSKK (Kurikulum, Saran, Kelembagaan dan Kesis- waan) Kementerian Agama RI Dr. Ahmad Umar, MA Penghargaan yang diserah- kan di Dyandra Convention Center Surabaya pada tanggal 23 Juli 2018 tersebut, tentu saja cukup membanggakan. Mengingat belum banyak madrasah atau sekolah yang melabelkan diri sebagai sekolah ramah anak. Dari tampilan luar saja, sudah terlihat kalau MTsN 6 Jom- bang bernuansakan ramah anak. Di bagian depan gerbang, tepatnya pada din ding nama madrasah, ada tulisan yang menun- jukkan bahwa madrasah ini ramah anak. Tanda tangan komitmen semua pihak, baik dari seluruh stakeholder madrasah, komite madrasah, maupun dari tokoh-tokoh masyarakat setempat, juga terpampang di tembok depan madrasah erbukti, Matsanena – ju lukan madrasah ini – berhasil dinobatkan sekolah atau madrasah ini memasukkan unsur ramah anak dalam kebijakannya, proses belajar mengajar, pemahaman pendidik dan tenaga kependi- didkan, sarana prasana, peran serta peserta didik dan peran serta orangtua. “Dengan SRA, kita ingin memberikan pela- yanan yang terbaik kepada anak. Jadi, semua program ataupun pengembangan sarana prasa rana itu semuanya demi kepen tingan anak,” ujar Umi Mahmudah, S.Pd., M.Ed. Kepala MTsN 6 Jombang inipun mencontohkan, bahwa sarana dan prasarana yang tersedia di madrasah jangan sampai ada yang bisa melukai anak. Jikapun ada bangku yang baru beli, dalam pemesanannya harus dipastikan bahwa bagian-bagian tertentu tidak berpotensi melukai anak – seperti ujung bangku yang lancip. Kalau masih lancip, harus diberikan pemahaman kepada para siswa untuk berhati-hati dan tidak membahayakan diri sendiri. “Contoh lain, jika ada atap yang bocor, maka segera diperbaiki. Karena bisa jadi, karena air yang menetes akan mengakibatkan anak-anak terpeleset dan berakibat pada cideranya anak,” paparnya. Selain terkait pengamanan anak dari Penghargaan Kepala MTsN 6 Jombang‚ Ummi Mahmudah, S.Pd., M.Ed. siap menyambut dengan ramah tersebut. Ini menunjukkan bahwa semua elemen madrasah mendukung adanya seko lah ramah anak ini. Belum lagi ba- gian sarana prasarana di dalamnya yang bernuansakan keceriaan dengan digan- tungnya payung-payung nan cantik, laiknya tempat wisata dan cocok untuk berselfie ria. Masuknya MTsN yang berlokasi di dusun Semanding desa Sumbermulyo ini dalam jajaran Sekolah Ramah Anak, setidaknya ada beberapa aspek sebagai parameternya. Di antaranya, bahwa 42 MPA 09/384 / 2018
SERAMBI MADRASAH Mendapatkan penghargaan bersama Bupati Jombang dan Kakankemenag Kab. Jombang. Suasana pembelajaran ramah anak di halaman tengah madrasah. potensi untuk cidera, para siswa juga dicegah dan dihindarkan dari adanya kekerasan, pertengkaran ataupun bulying. Sehingga tak bosan-bosannya para guru bahu-membahu memberikan wejangan, sekaligus teladan kepada siswa pada setiap kesempatan agar menghindari hal-hal semacam itu. Selain pada saat proses pembelajaran, penanaman nilai-nilai itupun juga diselipkan saat para guru menyambut para siswa setiap paginya. Juga melalui tausiyah seusai melaksanakan shalat. Baik sholat Dhuha maupun sholat Dhuhur berjamaah. “Saat di madrasah, anak-anak merasa nyaman. Tapi yang namanya anak, pengawasan harus terus dilakukan. Kerjasama semua komponen harus terus dilakukan,” tegasnya. Dari sisi kebijakan madrasah yang bernuansakan ramah anak, madrasah ini membuat tim SRA. Tim ini mempunyai peran untuk memastikan, bahwa nilai ramah anak di masing-masing bagian telah masuk. Seperti di UKS, Sarpras, kurikulum dan sebagainya. Kebijakan ini sekaligus mengkokohkan, bahwa MTsN 6 Jombang berko mitmen bersama-sama dengan wali murid, komite dan elemen yang lain, untuk menye lenggarakan madrasah ramah anak. “Yakni madrasah yang mengutamakan hak-hak anak di dalam dunia pendidikan,” tukaasnya. Para tenaga pendidik dan kependidikan juga telah dibekali dengan pelatihan- pelatihan berkontens ramah anak. Sehingga mereka tahu bagaimana menerapkannya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Salah satu contohnya, guru tidak boleh membeda-bedakan antara siswa laki- laki dan perempuan. Guru juga tidak boleh hanya memperhatikan siswa yang pandai-pandai saja. Dalam rancangan pembelajarannya, konten ramah anak juga diselipkan. “Karena semua siswa mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk belajar,” ujar perempuan yang malang-melintang menjadi dosen di berbagai perguruan tinggi ini, peran serta wali murid dan masyarakat juga sangat menunjang suksesnya sekolah ramah anak ini. Karena jika hanya madrasah yang gerak, maka akan sulit terwujud. Peran serta wali murid dapat diwujudkan dengan keiikutsertaan mereka dalam mengawasi ritual keagamaan anaknya, ngajinya, kebersihan, kedisiplinan, bahkan juga mengingatkan anaknya untuk sarapan dulu sebelum berangkat sekolah. Oleh karena itu, Kepala Madrasah juga secara berkala mengundang wali murid untuk menyamakan persepsi agar tidak bertepuk sebelah tangan. “Saat siswa berada di madrasah, menjadi tugas madrasah untuk mendidik. Sedangkan saat siswa berada di rumah, adalah tugas orangtua,” ujarnya. Menurut penuturan alumnus program magister Deakin University Australia ini, kunci penting keberhasilan menjadikan madrasahnya sebagai peraih penghargaan Sekolah Ramah Anak, adalah adanya kekompakan seluruh warga madrasah terutama guru-guru. Kekompkan itu dijalin melalui silaturrahmi setiap bulan ke rumah-rumah guru, dengan mengadakan acara rutinan sekaligus rapat santai. “Saya tidak bisa bergerak apa-apa tanpa guru- guru,” ungkapnya serius. Seusai madrasah ini mendapatkan penghargaan SRA, Kepala Madrasah yang belum genap 2 tahun menjabat ini bertekad untuk melanjutkan ke tahap berikutnya; yakni adiwiyata. Dirinya merasa yakin hal itu bisa diraih lantaran penghijauan lahan madrash sudah mulai terlihat hasilnya. Selain itu, puskesmas terdekat sudah mulai membidik madrasah ini untuk mengikuti LSS (Lombag Sehat Sekolah) sebagai gerbang menuju adiwiyata. “Why not? Ketika kita sudah berbenah diri, ya tinggal administrasi,” kata salah satu pengurus Komisi Nasional Pendidikan Kab. Jombang ini optimistis. •Hisyam Pembiasaan di pagi hari saat anak datang, guru menyambutnya. sedang proses penyelesaian S3 di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini. Yang tak kalah pentingnya, adalah peran serta peserta didik. Sebagai bagian yang menjadi bidang garap sekolah ramah anak, anak dilibatkan secara maksimal. Mereka dilibatkan di berbagai kegiatan. Baik melalui OSIS, perwakilan kelas, atau melalui pokja-pokja yang telah dibentuk melalui tim SRA dengan dibina oleh para guru. Semisal Pokja Lingkungan, maka anak yang tergabung dalam pokja ini, kegiatannya adalah patroli lingkungan yang bertujuan untuk mengingatkan teman sebayanya memelihara lingkungan. Begitu juga di Pokja Kesehatan, mereka bisa berperan sebagai dokter kecil untuk memberikan pemahaman tentang kesehatan. Dengan pelibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan tersebut, menjadikan anak terdidik dan terpandu untuk terbiasa ikut serta dalam di madrasah sekaligus sarana untuk berlatih. Hal itu terlihat saat ada tamu dari Tim SRA kabupaten lain yang ingin menggali informasi terkait SRA. Peserta didik dengan cekatan mengarahkan tim tersebut untuk berkeliling dan melihat langsung pelaksanaan SRA di MTsN 6 Jombang. “Yang gerak anak-anak semua. Yang memandu ke UKS, ke toilet dan lain- lainnya,” ungkapnya bangga. Bagi Kepala Madrasah yang pernah kegiatan-kegiatan 43 MPA 09/384 / 2018
SELASAR Hijrah Rasul Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berhijrah serta yang dapat mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah [2] : 218) N di Hijir Ismail. Sahabatnya, Abu Bakar ra menolongnya dengan menarik bahu Uqbah dan berkata, “Apakah kalian akan membunuh seseorang hanya karena ia berkata, ‘Tuhanku adalah Allah?". Peristiwa tersebut hanya salah satu dari banyak peristiwa lainnya yang dilakukan oleh orang kafir Quraisy terhadap Nabi saw dan pengikutnya. Tekanan dan kekerasan ini yang mendorong Nabi dan kaum muslimin berhijrah. Dalam situasi yang kritis dan mencekam seperti ini bagi Nabi masih ada secercah harapan. Harapan Nabi saw dan pengikutnya adalah diterimanya Islam oleh orang-orang dari luar Mekah. Pada tahun kesebelas kenabian, pada musim haji Nabi bertemu dengan orang-orang Khazraj dari Yatsrib. Seperti biasanya Nabi memperkenalkan Islam. Berbeda dengan kabilah-kabilah lain yang menolak dakwah Nabi, kali ini orang-orang Yatsrib dapat menerima. Ini disebabkan, mereka sudah pernah mendengar informasi tentang datangnya Nabi baru di Arab dari orang-orang Yahudi. Pada tahun kedua belas kenabian pada waktu musim haji datang 12 orang, yang terdiri dari 10 orang Khazraj dan 2 orang Aus, menemui Nabi di bukit Aqobah dekat Mina. Mereka menyatakan masuk Islam dan berikrar setia kepada Nabi. Ikrar mereka ini disebut Baiat al-Aqobah pertama. Sepulangnya mereka, Nabi menugaskan Mush’ab Ibn Umair untuk mengajarkan al-Qur’an dan keislaman kepada penduduk Yatsrib. Pada tahun berikutnya, datang lagi penduduk Yatsrib menemui Nabi di Aqobah. Mereka yang terdiri dari 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, 62 orang Khazraj dan 11 orang Aus berikrar setia kepada Nabi. Setelah membacakan ayat-ayat al-Qur’an Rasulullah mengatakan, “Saya minta ikrar kalian untuk membela agama Allah, seperti anda membela isteri dan anak- anak anda.” Ikrar yang dinamakan Baiat al-Aqobah kedua ini selesai pada larut malam di celah lembah di antara bukit Aqobah, abi Muhammad saw hampir tercekik, ketika seorang kafir Quraisy bernama Uqbah ibn Abi Muith melilitkan kain sarungnya keleher Nabi. Kala itu Nabi sedang sholat jauh dari tempat ramai atas dasar kepercayaan dan hanya Allah yang mengetahui. (Haekal, 1998 : 171 – 173) Baiat al-Aqobah yang kedua menjadi angin segar segar bagi Nabi. Sebab orang-orang Yatsrib yang telah memeluk Islam minta kepada Nabi agar bersedia hijrah kesana. Mereka sepenuhnya dapat menerima dan siap membantu. Nabi saw tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Beliau mengijinkan kepada para sahabat untuk pindah ke Yatsrib. Secara bergelombang dan sembunyi-sembunyi para sahabat meninggalkan rumah dan kampung halamannya menuju Yatsrib. Sahabat Nabi yang pertama tiba di Yatsrib adalah Abu Salamah ibn Abdul Asat. Disusul oleh Amir ibn Rabiah. Ia tiba di Yatsrib bersama isterinya Laila binti Hasyimah. Sahabat-sahabat yang lain pun berdatangan. Mereka tinggal di rumah para sahabat Anshar. (Al-Buthy, 2010 : 196 – 197) Hampir semua sahabat telah berangkat ke Madinah. Dalam tempo 2 bulan sekitar 150 orang kaum muslim telah meninggalkan Mekah. Tinggal Abu Bakar dan Ali ibn Abu Thalib yang masih berada di Mekah bersama Rasulullah. Orang-orang kafir Quraisy khawatir, kalau Nabi sudah berhijrah, mereka akan menyiapkan perang terhadap kaum musyrikin Mekah. Maka orang Quraisy merencanakan akan membunuh Nabi. Berkumpullah para pemuka Quraisy di Dar An-Nadwah sebuah balairung peninggalan Qushay ibn Kilub. Dalam pertemuan itu diputuskan agar setiap kabilah mengirimkan seorang pemuda yang berani dengan membawa pedang. Mereka ditugaskan membunuh Nabi secara bersamaan. Dengan begitu Bani Hasyim tidak akan berani memerangi semua suku lainnya dalam waktu yang sama. Pada malam yang sudah ditentukan para pemuda kafir Quraisy mengelilingi rumah Nabi dan menunggu sampai Nabi saw keluar. Akan tetapi Nabi saw telah diberitahu oleh Allah melalui wahyu yang diterimanya, yaitu al-Qur’an, surat al-Anfal (8) ayat 30. Nabi saw memerintahkan Ali ibn Abu Thalib, agar malam itu Ali tidur di kamar Nabi. Tengah malam Nabi keluar rumah seraya membaca 44 MPA 09/384 / 2018
SELASAR ayat sembilan surat Yasin. Atas kehendak Allah para pemuda kafir yang haus darah itu mengantuk dan tidak bisa melihat Nabi ketika beliau keluar rumah. Pada saat fajar menyingsing, para pemuda Quraisy itu terbangun. Para pemuda bergegas masuk kamar Nabi. Mereka tidak menjumpai Rasulullah saw, akan tetapi hanya Ali ibn Abu Thalib yang ada di kamar Nabi. (Hafizh, 1944 : 110) Nabi saw secara diam-diam berjalan hingga sampai di rumah sahabatnya, Abu Bakar. Rasulullah saw berkata kepada sahabatnya, “Sesungguhnya aku sudah men dapat ijin untuk berhijrah.” . Abu Bakar menyiapkan dua unta tunggangannya dan berkata, “Ambillah salah satu dari tungganganku wahai Rasulullah.” . Menje- lang larut malam Nabi dan sahabatnya keluar rumah lewat jendela belakang, kemudian bertolak ke selatan menuju gua Tsur. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 2 Rabiul Awwal sekitar 13 tahun setelah Nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul. Asma binti Abu Bakar menyiapkan makanan sedang Abdullah ibn Abu Bakar ditugasi mendengarkan percakapan orang-orang Mekah tentang kepergian Rasulullah. Pembantu Abu Bakar, Amir ibn Fuhairah ditugasi menggembala kambing, sore hari menggiring kambing- kambingnya menuju gua Tsur sambil membawa sepotong daging untuk Nabi dan Abu Bakar. (Haekal, 1998 : 180 – 182) Setelah tiga hari sembunyi di dalam gua Tsur, Nabi saw dan sahabatnya keluar menuju Yatsrib. Beliau berdua didampingi seorang penunjuk jalan, Abdullah ibn Uraiqit. Penanda jalan mengarahkan mereka keluar dari Mekah ke arah barat agak ke selatan hingga tiba di pantai laut Merah. Jalan yang ditempuh adalah jalan terobosan yang tidak lazim dilalui oleh para kabilah. Perjalanan hanya dilakukan di malam hari. Pemuka kafir Quraisy mengeluarkan pengumuman, bagi dapat menangkap Muhammad akan diberi hadiah 100 ekor unta. Suraqa menyambutnya dengan mengejar Nabi dan sahabatnya. Tiba-tiba ketika ia memacu keras kudanya terjatuh. Kedua kaki kudanya terperosok kedalam pasir sebatas lutut. Suraqa menarik kaki kudanya dan mengejar lagi. Ia terjatuh lagi. Suraqa tidak putus asa, tapi dari depan terlihat ada kepulan debu membumbung tinggi. Seketika itu Suraqa menyadari bahwa ia memang tidak diperkenankan oleh Yang MahaKuasa untuk mengejar dan membunuhnya. Ia berniat minta maaf. Setelah dekat ia memanggil Nabi. Ia minta ampun karena ia Thalib tiba. Ia berangkat dari Mekah setelah menyelesaikan amanat dari Rasulullah yaitu mengembalikan barang-barang yang dititipkan pada Nabi kepada pemiliknya. Pada hari Jum’at, 12 Rabiul Awwal tahun ke 13 kenabian bertepatan dengan tanggal 24 September 622 M, Nabi dan sahabatnya meninggalkan Quba. Tiba di perkampungan Bani Salim, disambut oleh kepala kabilah Buraidah. Disitu Nabi menyelenggarakan sholat Jum’at. Dalam tarikh Islam, inilah sholat Jum’at yang pertama. Usai sholat beliau bertiga meneruskan perjalanan ke Yatsrib. Sampai di kota yang dituju ini, beliau disambut oleh Bani Najjar, suku perkotaan yang terkenal dan mempunyai hubungan kekerabatan dengan Nabi dari pihak ibu. Penduduk Yatsrib menyambut gem- bira kedatangan Nabi. Mereka yang kemu- dian disebut dengan kaum Anshar ini bersenandung dan mengelu-elukan Nabi. Orang-orang Yatsrib yang telah memeluk Islam itu berebut memegangi taki kekang unta tunggangan Nabi. Sebab mereka semua berharap agar beliau berkenan tinggal di rumahnya. Lalu Nabi saw bersabda, “Biarkan unta ini berjalan sendiri, sebab sebenarnya unta ini telah diperintah (oleh Allah).” Sebab nantinya Nabi akan tinggal di tempat atau di rumah tempat unta itu berhenti. Unta itu menyusuri lorong-lorong kota Yatsrib, sampai unta itu berhenti di tanah tempat penjemuran kurma di depan rumah Ayyub. Si empunya rumah langsung menuntun unta tunggangan Nabi. Rasulullah saw tinggal di rumah Ayyub selama tujuh bulan. Untuk menghormati Nabi, kota Yatsrib diubah namanya menjadi Madinatul Munawaroh, kota yang bercahaya, yang kemudian disingkat dengan Madinah. Jika di Quba, yang dikerjakan Nabi membangun masjid, begitu juga di Madinah. Tanah kosong tempat unta Nabi berhenti adalah milik dua anak yatim bernama Sahal dan Suhail. Tanah itu dibeli dengan harga sepuluh dinar. Di tanah inilah Nabi membangun masjid yang kemudian hari terkenal dengan nama Masjid Nabawy. Setelah membangun masjid sebagai pusat peribadatan dan kegiatan lainnya. Rasulullah menyusun rencana landasan utama bagi terbentuknya masyarakat madani, masyarakat berkeadaban. Dengan terbentuknya masya- rakat madani berpedoman pada Piagam Madinah dan berlandaskan wahyu Allah dan sunah Rasul, Nabi Muhammad saw menjadi pemimpin teladan yang menyatu pada dirinya sebagai pemimpin umat sekaligus pemimpin Negara. •RAW Setelah membangun masjid sebagai pusat peribadatan dan kegiatan lainnya. Rasulullah menyusun rencana landasan utama bagi terbentuknya masyarakat madani, masyarakat berakhlak dan berkeadaban. Dengan terbentuknya masya rakat madani berpedoman pada Piagam Madinah dan berlandaskan wahyu Allah dan sunah Rasul, Nabi Muhammad saw menjadi pemimpin teladan yang menyatu pada dirinya sebagai pemimpin umat sekaligus pemimpin Negara. akan membunuhnya, tapi sekarang tidak jadi dan ia mau memberikan bekal dan barang- barang yang ia bawa kepada Nabi. Rasulullah menjawab, “Kami tidak membutuhkan itu semua. Tapi saya berpesan, lebih baik jika kau rahasiakan perjalanan kami ini dari khalayak.”. Suraa menyanggupi, “Aku penuhi permintaan kalian itu.”. Ia pun kembali ke Mekah dan menghalangi orang-orang kafir Mekah dari mengejar Nabi dan sahabatnya itu. (Al-Buthy, 210 : 204 – 206) Dalam perjalanan yang panjang Nabi dan sahabatnya, melalui padang pasir dengan panas terik yang membakar. Mereka melintasi batu-batu karang dan lembah-lembah curam. Tidak ada tempat berlindung baik dari terik matahari maupun bahaya yang mengancam. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan sampailah ketempat yang makin dekat dengan wilayah yang dituju. Nabi saw dan sahabatnya tiba di sebuah desa yang dikenal dengan nama Quba pada hari Senin, 8 Rabiul Awwal tahun ke 13 kenabian. Tiga hari tinggal dan bermalam disini sambil membangun sebuah masjid yang kemudian dikenal dengan masjid Quba. Masjid yang pertama didirikan pada saat Nabi hijrah. Berkenaan dengan pendirian masjid ini turun wahyu, yaitu ayat 108 surat at-Taubah. Pada waktu Nabi masih berada di Quba, Ali ibn Abu siapa yang berakhlak dan 45 MPA 09/384 / 2018
Pengasuh : dr. H Rasyid M Tauhid-al-Amien, MSc., DipHPEd., AIF. Sakit Kepala Tidak jarang pasen datang ke dokter dengan menyebutkan keluhannya pusing atau sakit kepala, padahal yang dimaksudkan sebenarnya adalah pening atau nyeri kepala. KLINIK Pusing sering disalahtafsirkan sebagai pening atau sakit kepala; pusing seharusnya difahami sebagai pasen merasa bahwa ia berkesan lingkungannya bergerak berputar mengelilinginya, berputar ke kiri, ke kanan, ke depan ataupun ke belakang. walaupun kenyataannya gerakan berputar yang dirasakannya itu tidak ada. Pening harus di fahami munculnya rasa nyeri yang di kepala dengan kenyataan bahwa penyebab pening itu ada kalanya tidak berada di kepala. Adanya sakit kepala harus difahami sebagai pertanda adanya ketidakberesan, yang bersifat jasmani (fisik) maupun ruhani (kejiwaan). Tekanan darah tinggi dapat menimbulkan sakit kepala, tekanan darah rendah juga dapat menimbulkan sakit kepala; tidak punya uang dapat me- nim bulkan sakit kepala (karena bingung untuk membayar tagihan hutang), se- dang kan yang punya uang banyak akan mengalami sakit kepala (karena bingung takut dirampok). Itu semua berarti bahwa untuk mengatasi munculnya sakit kepala harus ditangani dengan penuh perhatian agar tidak salah bertindak. Untuk meng hilang- kan sakit kepala yang “paling mudah” adalah dengan menggunakan obat peng- hilang nyeri, namun harus diingat lagi bahwa penyebab sakit kepala itu banyak, dari yang sederhana sampai dengan yang sulit dipastikan diagnosanya. Misalnya saja walaupun sakit kepala karena darah tinggi akan reda dengan obat penghilang nyeri, akan tetapi penyakitnya akan “jalan terus” degnan segala akibat buruknya semisal serangan jantung ataupun stroke. Secara sederhana sakit kepala dapat dikelompokkan sebagai primer (asalan) dan sekunder (ikutan). Sakit kepala primer merupakan akibat langsung dari adanya gangguan di kepala, yaitu yang merangsang langsung penangkap (receptor, detector) rasa nyeri. Ini karena adanya aktivitas kimiawi yang terjadi di otak, saraf, pembuluh darah di dalam dan di luar tengkorak, ataupun otot-otot di kepala dan leher. Kondisi ini terjadi bukan sebagai dampak dari kondisi kesehatan tertentu di tempat lain. Beberapa penyebab sakit kepala primer yang sering muncul adalah migrain (nyeri kepala sebelah), leher kaku dengan nyeri kepala. Ada juga sakit kepala cluster (jangkitan); sakit kepala jangkitan ini datang dan pergi pada keadaan tertentu, biasanya terjadi di satu sisi kepala dan juga bisa meluas dan parah. Penyebab dasar sakit kepala ini belum diketahui; diduga ada faktor keturunan. Sakit kepala sekunder adalah sakit kepala yang disebabkan oleh terpicunya sistem saraf rasa nyeri di kepala sebagai akibat dari satu atau lebih penyakit. Misalnya karena sakit sinusitis (selo karang), flu, infeksi telinga, sakit gigi, penggunaan bumbu (monosodium glutamate, MSG), menggunakan perlengkapan kepala (helm) yang terlalu ketat, perubahan hormon oleh pil KB ataupun kehamilan, gangguan pada penglihatan semisal glaucoma. Ada juga sejumlah penyebab lain yang jarang terjadi, misalnya penyumbatan pembuluh darah di otak, radang pada otak ataupun pembung- kusnya, gegar otak, keracunan gas CO. Sakit kepala cenderung sering muncul JENIS-JENIS SAKIT KEPALA Ada sekitar 150 jenis penyakit yang dapat menimbulkan sakit kepala.. 46 MPA 09/384 / 2018
Untuk yang pertama itu dapat menggu- nakan beberapa jenis obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter seperti asteaminofen (parasetamol), ibuprofen, aspirin, dan obat- obatan golongan anti mual. Adapun untuk pencegahan meliputi antara lain obat peng hambat beta (beta-blocker), golongan anti depresan, obat antikejang, serta obat anti-inflamasi non-steroid semisal napro- xen. Obat-obat ini hanya disarankan jika serangan migrain setidaknya empat kali dalam 1 bulan, dengan serangan yang ber- langsung selama 12 jam atau lebih, yang obat-obatan antinyeri tidak menolong lagi, ataupun apabila migrain menyebabkan kelum puhan atau mati rasa. Sakit kepala akibat migrain ada yang memerlukan penanganan khusus pengawasan dokter. pada orang yang kegemukan (obesitas), gelisah, sering minum obat pereda nyeri, tidur mendengkur, mengalami beban fikiran (depresi), berkegiatan yang memayahkan leher atau menegangkan kepala, mengalami gangguan tidur. Untuk menegakkan diagnose sakit kepala itu dapat dilakukan berbagai macam pemeriksaan sesuai dengan informasi yang diproleh dari pasen ataupun keluarganya. Dari diagnose itulah nanti dilakukan tindakan yang sesuai. PENGOBATAN Pada dasarnya obat sakit kepala yang dibutuhkan tergantung pada banyak hal, termasuk jenis sakit di kepala yang dialami, seberapa sering mengalaminya, dan utamanya apa penyebabnya. Dalam banyak kasus, kondisi ini tidak membu- tuhkan bantuan medis sama sekali. Meski begitu, beberapa orang lainnya me mang membutuhkan obat sakit kepala, kon- seling, ataupun terapi biofeedback untuk meredakan gejala; kadang-kadang saja perlu tindakan operasi otak. Jika rasa sakit yang dialami tergolong ringan, penderita dapat minum obat sakit kepala atau pereda nyeri yang dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter, misalnya asetaminofen (paracetamol), ibuprofen, aspirin (acetosal). Namun, obat sakit kepala tersebut tidak boleh digunakan secara berlebihan. Menggunakan obat sakit kepala bebas terlalu sering justru dapat menyebabkan rebound yaitu sakit kepala yang “kambuh” lebih parah jika tidak minum obat; menjadi ketergantungan obat. Jika sakitnya berat, mungkin harus menggu- nakan obat sakit kepala dengan dosis tinggi yang harus menggunakan resep dokter, dengan atau tanpa tambahan obat lain. Jika sulit memperoleh obat yang diperlukan, masih ada upaya lain yang dapat dicoba untuk mengatasi sakit kepala. Misalnya dengan tafakkur (relaksasi), istirahat di ruangan gelap, kompres hangat di kepala, pijat ringan, senam ringan. Karena sakit kepala juga dapat karena kadar gula darah yang rendah (kelaparan) ataupun dehidrasi (kurang air), coba pulalah makan dan minum. Beberapa sakit kepala yang cukup banyak dijumpai misalnya sakit kepala ketegangan, migren, sakit kepala jangkitan. Sakit kepala ketegangan (tension headache). Ini merupakan sakit kepala yang paling sering dikeluhkan. Mereka yang mengalaminya merasakan sakit kepala di kedua bagian kepala, belakang mata ataupun terkadang leher. Ini terjadi misalnya karena beberapa hal, seperti stres, kurang tidur, atau lapar. Migren merupakan penyakit terpo- puler ketiga di dunia; rasa sakitnya dapat amat parah seperti ditusuk-tusuk; kadang- kadang sakit kepala sebelah ini terasa semakin parah oleh gerakan. Penderitanya juga mengalami mual, dan sangat peka terhadap cahaya dan suara. Tidak ada obat untuk mengatasi migrain dengan tuntas. Migrain bisa dipicu banyak hal seperti minuman keras, beban fikiran (stress), kelelahan, ataupun makanan tertentu. Sakit kepala cluster (jangkitan) dapat terasa sangat menyakitkan, sangat hebat, dan biasa terjadi selama enam hingga 12 minggu. Mereka yang mengalaminya biasa merasakan sakit kepala di salah satu bagian kepala, misalnya di sekeliling mata atau pinggir dahi. Kadang-kadang disertai mata berair ataupun juga memerah, kelopak mata membengkak dan hidung berair bersamaan. Ada pula sakit kepala yang dira sakan di belakang mata; sakit kepala semacam itu memang bisa merupakan gejala sakit mata (glaukoma) yang dapat menjadikan penderitanya buta, ataupun sakit kepala lainnya. harus dengan Pengobatan Sakit Kepala jangkitan (Cluster) Karena obat pereda nyeri yang dijual bebas biasanya tidak efektif lagi , namun nyatanya juga dapat mereda sendiri dengan cepat, maka yang penting adalah mengenali kapan sakit kepala itu muncul lalu berupaya menghindarinya. Penderita perlu “punya” dokter langganan agar penanganan cepat mengena. PENCEGAHAN Demikian banyaknya hal yang dapat menimbulkan sakit kepala, maka akan sangat banyaklah ragam cara untuk mencegah munculnya sakit kepala itu. Namun demikian secara umum jika orang ingin terhindar dari sakit kepala maka dia harus hidup sederhana apa adanya agar terkurangi beban fikiran yang tak perlu (hindari suka berandai-andai), istirahat cukup, menghindari pemicunya yang sudah diketahui, membiasakan makan dan berolahraga secara teratur. Jika terpaksa gunakanlah obat secara benar, tidak berlebihan; hindari kopi (meskipun tidak sedikit orang yang berkurang sakit kepalanya setelah minum kopi). DIAGNOSA Untuk memastikan penyebab sakit kepala memang ada yang “mudah”, tetapi ada pula ang sulit. Jika seorang pasen datang mengeluh sakit kepala dan disertai dengan batuk, pilek, demam, maka dokter akan “mudah” mengatakan bahwa si pasen itu terserang flu; obatnya juga “mudah” untuk dise but kan. Namun jika dokter diminta untuk memberi kepastian penyakitnya maka masalahnya menjadi sulit; virus penye bab flu hanya dapat dilihat dengan mikros kop electron, apalagi sekarang ini “macam” virus flu bukan lagi hanya satu. Pengobatan Sakit Kepala Ketegangan Pada umumnya obat-obatan yang dijual bebas, seperti ibuprofen, paracetamol, dan aspirin bisa mengatasi sakit kepala tegang sesaat, namun untuk menghindari kekambuhan penderita perlu belajar untuk mengurangi ketegangnan fikiran dengan meningkatkan tawakkal. PENUTUP Meski sakit kepala belakang ataupun sebelah tidak mengancam jiwa, namun kondisi ini bisa jadi tanda adanya kondisi kesehatan yang lebih serius, semisal stroke, tumor otak. Itulah jika ada gejala sakit kepala yang sudah berulang kali muncul dan tidak juga kunjung membaik sesudah dalam beberapa waktu “pengobatan sendiri”, haruslah dicurigai adanya penyakit yang serius; maka sebaiknyalah segera berkonsultasi ke dokter. Semoga uraian di atas bermanfaat. Pengobatan Migren Secara garis besar, pengobatan migrain yang dapat dilakukan adalah upaya untuk meredakan gejala (abortif) atau- pun pengobatan pencegahan (pre ventive). 47 MPA 09/384 / 2018
INSPIRASI Menggagas Ma’had Tahfidz di Madrasah Mengawali pembelajaran dengan membaca al-Qur’an setiap pagi di madrasah, itu hal biasa. Tapi menjadikannya sebagai rutinitas menghafal, itu baru luar biasa. Suasana menghafal al-Qur’an itulah yang tampak di MAN Sidoarjo saban hari. S memulai aktivitas menghafal al-Qur’an. Masing-masing siswa menyetorkan hafalan mereka kepada guru pendamping yang ditunjuk di masing-masing kelas. Rutinitas tersebut baru usai ketika jarum jam menunjukkan angka 06.45 WIB. “Setelah kegiatan ekstra tahfidz ini, siswa kemudian melanjutkan pembelajaran,” ujar Rukhul Fitriyah, S.Pd. M.Sc. Sejatinya, program tahfidz di madrasah peraih Juara 1 Competition tingkat Nasional 2016 ini, sudah memasuki tahun ketiga. Dan selama itu pula sudah mengalami berbagai perbai- kan dan kemajuan. “Awalnya memang tidak ada metode khusus maupun target tinggi dalam program tahfidz ini. Jadi praktis secara alamiah saja siswa menyetorkan hafalannya sesuai kemampuannya,” beber Waka Humas MAN Sidoarjo ini. Alhasil, pada tahun pertama program dicanangkan, dari 400 siswa MAN Sidoarjo yang telah menyelesaikan studinya, hanya 50 siswa saja yang berhasil mengantongi hafalan juz 30. Tahun kedua ada pening- katan 100 persen, yakni 100 siswa. “Nah, tahun ini kita menargetkan minimal ketika siswa lulus memiliki hafalan 3 juz,” ungkapnya mematok target. Target 3 juz sendiri dikhsuuskan bagi siswa regular. Sedangkan target lebih tinggi yakni 15 juz bagi siswa Program Khusus Tahfidz. Memang saat ini madrasah peraih gelar Juara Umum tingkat Provinsi pada ajang D’MOF 2016 Devisi Senior ini, memiliki kelas khusus tahfidz sebanyak satu rombel. Mereka berasal dari 23 siswa yang masuk melalui jalur prestasi dengan hafalan 5 juz. “Kelas Tahfidz baru ada di kelas X, ditambah dengan siswa dari kelas lain yang memiliki hafalan 2 juz,” tutur wanita kelahiran Sidoarjo16 Januari 1972 ini merinci. Demi mengejar target tersebut, pihak madrasah telah menyiapkan puluhan guru tahfidz. Sebab madrasah ini memiliki 37 rombongan belajar. Tidak mungkin semuanya dihandle guru agama yang hanya berjumlah 10 orang. Lantaran itulah, dari ejak pukul enam pag, ribuan siswa madrasah yang beralamat di Jl. Stadion No. 2 Sidoarjo ini sudah 90 tenaga pendidik, sepertiganya dipercaya sebagai pendamping program tersebut. Mereka rata-rata guru bidang eksakta. “Agar sesuai kualifikasi sebagai guru tahfidz, kita telah membekali mereka dengan pelatihan khusus tahfidz. Ini supaya memiliki kepiawaian mengajar tahfidz dengan baik dan efektif,” ucap Drs. Abdul Jalil, MPd. Selain itu, madrasah Juara 2 Lomba KTI Agro Industri 2017 tingkat Nasional ini juga menjalin kerja sama dengan lembaga tahfidz al-Qur’an. Lembaga itulah yang nantinya ber- tanggung jawab terkait metode maupun pentashih hafalan siswa. “Mereka juga secara intens menangani Kelas Khusus Tahfidz yang ada di kelas X,” tukas Kepala MAN Sidoarjo ini menjelaskan. Tak hanya itu, keberadaan Boarding School atau Ma’had Al-Hikmah milik madrasah akan dioptimalkan. “Kita tengah menggagas Ma’had Tahfidz di madrasah. Jadi ke depan, siswa kelas khusus tahfidz akan kita asramahkan di ma’had,” tutur mantan Kepala MAN 1 Gresik ini optimistis. •Suprianto pengoleksi Dinus Application 48 MPA 09/384 / 2018
LINTAS PERISTIWA MTsN 1 Kota Malang Latih dan Ajak Siswa-siswi Berhaji Sejak Dini area lapangan basket madrasah karena seribuan orang yang terdiri dari siswa, guru, pegawai, dan mahasiswa PPL semuanya memakai busana serba putih Saat mengawali manasik haji, Kepala MTsN 1 Kota Malang Samsudin menyampaikan bahwa kegiatan manasik haji ini adalah praktek dari materi agama yang diperoleh siswa di kelas. Kegiatan ini juga ia harapkan mampu memotivasi siswa untuk bisa melakukan ibadah haji dan umrah. Rangkaian manasik haji diawali dengan wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah, lontar jumrah, mabit di Mina (jumrah ula, wustho, dan aqobah), dan diakhiri dengan tawaf, sai, serta tahalul. “Kami berharap bisa membekali siswa sejak dini agar mengenal salah satu dari rukun Islam. Sehingga ke depannya proses penyempurnaan rukun kelima itu akan mudah,” ungkap Amin Tohari, ketua panitia manasik haji. Lebih lanjut, Amin menyampaikan bahwa ibadah haji juga merupakan ibadah fisik sehingga dirinya mengharap agar para siswa bisa menunaikan ibadah haji sejak usia muda saat fisiknya masih sehat dan prima. •Zul Lautan warna putih baju ihram para siswa, guru, pegawai dan mahasiswa PPL menutupi area lapangan basket saat mereka melaksanakan manasik ibadah haji. KOTA MALANG – MTsN 1 Kota Malang adakan kegiatan manasik haji bagi seluruh siswa, (18/8). Tak ayal lautan putih seolah menutup Rukyatul Hilal Penentuan Awal Idul Adha 1439 H di Pelabuhan Kalbut SITUBONDO – Diawali pembacaan ummul kitab dan sholawat nariyah, rukyatul hilal yang difasiliasi oleh Pemkab Situbondo berjalan lancar, (12/8). Seusai itu dilanjutkan dengan paparan dan prosesi rukyatul hilal yang dipandu oleh tim ahli BHR Situbondo Ustadz Irpan Hilmy Al Falaky. Kegiatan yang bertempat di Pelabuhan Kalbut Desa Mangaran ini dihadiri oleh Ketua MUI Situbondo, pejabat Kemenag Kab. Situbondo, Muspika Mangaran, Kepala KUA se-Situbondo serta Penyuluh Agama Islam Wilayah Kec. Mangaran. Kabag Kesra Pemkab Situbondo H. Husaeri berterima kasih atas kesiapan tim BHR Situbondo selama hampir sepekan hingga terlaksananya kegiatan. Atas nama Bupati beliau juga mengucapkan selamat datang kepada para undangan yang ikut bergabung dalam proses rukyatul hilal ini menentukan awal bulan Dzulhijjah. Menurut Plh. Kakankemenag Kab. Situbondo, H. Adi Ariyanto, rukyatul hilal merupakan kegiatan rutin tahunan dalam rangka melihat langsung hilal sesaat setelah matahari terbenam menjelang awal bulan baru. Menurut laporan, situasi hilal di ufuk terhalang, sebelum dan Tim ahli dari Badan Hisab Rukyal Kabupaten Situbondo tengah mempersiapkan peralatan yang digunakan untuk rukyatul hilal di Pelabuhan Kalbut Desa Mangaran. ketika matahari terbenam mendung sehingga keadaan hilal tidak terlihat. •Queen Sosialisasi Wakaf Uang dan Pengurangan Penghasilan Kena Pajak Muzaki Bank Mandiri Syari’ah menggelar Sosialisasi Wakaf Uang dan Implementasi Pengurangan Penghasilan Kena Pajak Bagi Muzaki di aula kantor setempat, (15/8). Kegiatan diikuti 70 peserta dengan mendatangkan narasumber dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Bank Mandiri Syari’ah. Penyelenggara Syariah Kankemenag Kota Probolinggo, Nur Alam mengungkapkan bahwa selama ini belum ada sosialisasi yang komprehensif terhadap UU dan Peraturan terkait dengan zakat dan perpajakan. Oleh karenanya, salah satu tujuan kegiatan ini adalah menyamakan presepsi terkait wakaf uang dan implementasi pengurangan penghasilan kena pajak tersebut. Sedangkan Mohammad Shobirin dari KPP Pratama dalam materinya menyampaikan bahwa pengurangan penghasilan kena pajak dari kewajiban zakat yang dilakukan oleh masing-masing orang dan yang dibayarkan melalui lembaga zakat yang sah dan ditunjuk oleh Kemenkeu atas usulan Kemenag. Ada 10 lembaga yang disahkan oleh pemerintah, di antaranya adalah BAZNAS, LAZ skala Nasional, dan LAZIS •Rief Para peserta sosialisasi wakaf uang dan implementasi pengurangan penghasilan kena pajak bagi muzakki tengah serius mendengarkan arahan dari narasumber. KOTA PROBOLINGGO – Kankemenag Kota Probolinggo melalui Penyelenggara Syari’ah bekerjasama dengan KPP Pratama dan 49 MPA 09/384 / 2018
LINTAS PERISTIWA Kakanwil Berpesan Agar Hadirkan Allah di Setiap Perkara Rumah Tangga melupakan peristiwa yang mereka alami, (14/8). Sebab pada hari itu mereka mendapat narasumber yang sangat istimewa yaitu H. Syamsul Bahri, Kakanwil Kemenag Prov. Jatim. Kehadiran orang nomor satu di lingkungan Kanwil Kemenag Prov. Jatim ini atas undangan dari Kakankemenag Kab. Kediri untuk menjadi narasumber pada bimbingan perkawinan calon pengantin yang digelar Seksi Bimas Islam Kankemenag Kab. Kediri. Dalam pembinaannya yang dihadiri 25 pasang catin ini, Kakanwil mengingatkan agar menjadikan pernikahan sebagai ibadah, bukan karena nafsu. Karena jika seseorang menikah karena Allah, maka Allah tidak akan bosan-bosan memandang mereka dan memberikan berkah yang luar biasa. “Tetapi jika seseorang menikah karena nafsu, maka Allah akan memalingkan pandanganNya serta menjauhkan berkahNya dari mereka” katanya. Beliau juga berpesan agar para calon pengantin untuk selalu menghadirkan Allah dalam rumah tangga mereka serta melibatkan Allah dalam setiap perkara rumah tangga yang mereka hadapi. •Paulo Di tengah-tengah kesibukannya, Kakanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur H. Syamsul Bahri masih menyempatkan diri untuk menjadi narasumber bimbingan perkawinan. KAB. KEDIRI – Peserta Bimbingan Perkawinan (Binwin) Pranikah Calon Pengantin (Catin) Angkatan XIII dari Kecamatan Pare, tidak akan Semarak Agustusan, Panahan Masuk Cabang Olahraga yang Diperlombakan KAB. PASURUAN – Ragam dan corak kegiatan peringati HUT RI ke-73. Hal ini tak lain guna menyemarakkan pesta tahunan bagi seluruh bangsa Indonesia, baik di perkotaan, pedesaan dan bahkan instansi pemerintahan. Kankemenag Kab. Pasuruan dalam rangka menyemarakkan gelaran Agustusan tahun ini ada yang beda dari tahun sebelumnya, (10/8). Panahan, tahun ini masuk dalam cabang olahraga yang dilombakan. Ide tersebut muncul dari Kasi PHU H. Imron Muhadi. “Sengaja tahun ini kami mengadakan lomba cabang panahan agar ada warna beda dari tahun-tahun sebelumnya,” ujar Abah Imron sapaan akrab Kasi PHU. Selain memberikan warna lain, panahan merupakan anjuran dan perintah Nabi Muhammad SAW masa itu selain renang dan berkuda. Karuan saja, cabang lomba yang notabene baru, langsung menarik perhatian peserta dari seluruh pegawai induk dan pengawas madrasah. Tak kurang dari 60 peserta turut mendaftarkan diri tak terkecuali Kasubbag TU H. Munif dan Kasi Bimas Islam H. Usman Rifai yang tampak semangat dan enjoy mengikuti lomba. Kasubbag TU (celana biru) melawan Wasmad (celana hitam) menjadi peserta pertama yang melakukan panahan didampingi koordinator lomba H. Imron Muhadi. Selain panahan, jenis cabang yang dilombakan adalah sunggih tempeh, memindahkan bola, klompen beregu dan gigit kelereng. •Emen Kakankemenag Kab. Lamongan Berikan Apresiasi Kepada Ustadz Mukhlis bertemu Mukhlis di ruang kerjanya, (14/8). Mukhlis Sunjaya adalah Penyuluh Agama Islam Non PNS yang terpilih menjadi yang terbaik Penyuluh Agama Islam Fungsional Teladan Tingkat Nasional ke-10 di ajang yang digelar Kementerian Agama di Jakarta. Mukhlis yang mewakili Kanwil Kemenag Jawa Timur menyisihkan penyuluh lainnya dari seluruh Indonesia dalam lomba yang berlangsung mulai tanggal 9 hingga 11 Agustus 2018. “Kegiatan ini diselenggarakan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja para penyuluh agama Islam,” ujar pria kelahiran 23 Nopember 1991. Mukhlis mengatakan bahwa aspek penilaian adalah aspek kegiatan bimbingan dan penyuluhan yang dibuktikan laporan kegiatan dan aspek kesetiaan yang dibuktikan dengan surat tugas. Aspek pengabdian pada masyarakat juga dinilai yang dibuk- tikan dengan keputusan pengurus pada beberapa organisasi kema syarakatan. “Aspek terakhir adalah karya tulis ilmiyah dan presentasinya,” jelasnya. Di ajang ini, Mukhlis memaparkan Teknik Menghafal Cepat Al- Qur’an dengan Metode Takror Manhajy. •Ed Di ruang kerja Kakankemenag Kab. Lamongan, ustadz Mukhlis yang didaulat sebagai Penyuluh Agama Islam Fungsional Teladan Tingkat Nasional mendapatkan apresiasi. LAMONGAN – “Selamat ustadz Mukhlis,”. Itulah ucapan pertama yang disampaikan oleh Ka Kan Kemenag Kab. Lamongan Sholeh saat 50 MPA 09/384 / 2018