310 likes | 790 Views
KEBIJAKAN PROPINSI BALI DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. DINAS KESEHATAN PROPINSI BALI. Propinsi Bali. Luas : 5.632 Km2 Pemerintahan : 9 Kab/Kota. Penduduk 3.351.353 Jiwa (susenas 03) Laki 50.65%, Wanita 49.35% Gol Umur : < 15 th : 847.981 (25%)
E N D
KEBIJAKAN PROPINSI BALI DALAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DINAS KESEHATAN PROPINSI BALI
Propinsi Bali • Luas : 5.632 Km2 • Pemerintahan : 9 Kab/Kota • Penduduk • 3.351.353 Jiwa (susenas 03) • Laki 50.65%, Wanita 49.35% • Gol Umur : • < 15 th : 847.981 (25%) • 15-64 th : 2.295.838 (69%) • > 65 th : 207.534 (6%)
PENDAHULUAN • KETERGANTUNGAN NAPZA, SUDAH MEMPRIHATINKAN • BANYAK KEJADIAN KRIMINAL : • PERKELAHIAN, PENCURIAN, PERGAULAN BEBAS • KEPANIKAN KELUARGA • BALI BUKAN SAJA TEMPAT TRANSIT/PENJUALAN TTP SUDAH SBG TEMPAT PRODUKSI • TH 2004 DIRAWAT 251 KASUS : 39 % (21-25 TH), 36% (26-30TH), 10 % (31-35 TH), 13% (> 35 th)
Pecandu ? 1,5% pddk 10 – 40 % HIV/AIDS 70 – 80 % HEP. C 80 % IDU BNN MELAPORKAN PECANDU HEROIN BALI : 53,0 % DKI : 47,9% IRIAN : 26,5% JABAR : 24,0% RIAU : 8,0% HIV / AIDS
PENYALAHGUNAAN NARKOBA • Masalah yang kompleks • Memerlukan upaya pencegahan dan penanggulangan yang komprehensif • Kerjasama berbagai sektor • Dukungan aktif masyarakat dan LSM • Kontinyu dan konsisten
NAPZA • (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya) • bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat (SSP)/otak, sehingga menyebabkan gangguan fisik, psikis dan fungsi sosial krn terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi), serta ketergantungan.
Istilah • NAPZA, NAZA, Narkoba, Narkotika , Madat dan Obat terlarang • tidak terbatas golongan obat “zat”atausubtances • menimbulkan ketergantungan zat adiktif (kecanduan) • mengubah aktivitas otak zat psikoaktif
UU RI 22/1997 • NARKOTIKA • Zat atau obat yg berasal dr tanaman atau bukan, sintesis maupun semi yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menyebabkan ketergantungan.
YG SERING DISALAHGUNAKAN • HEROIN MORFIN, PETIDIN, GANJA, MARIYUANA, KOKAIN • GOLONGAN II • Utk terapi • Pengembangan Ilmu • Ketergantungan Tinggi • Contoh: • Morfin • Petidin • GOLONGAN I • Utk ilmu pengetahuan • Tdk utk terapi • Ketergantungan sangat tinggi. • Contoh : • Heroin/Putaw • Kokain. Ganja • GOLONGAN III • Utk terapi • Pengembangan Ilmu • Ketergantungan rendah • Contoh : Kodein
Narkotika yang sering disalahgunakan: • Opiat: • morfin, heroin (putauw), petidin, candu, dan lain-lain • Ganja atau kanabis, mariyuana, hashis • Kokain, yaitu serbuk kokain
UU RI NO 5/1997 • PSIKOTROPIKA • Zat atau obat,baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yg berkhasiat psikoaktif, mll pengaruh selektif pd SSP yg menyebabkan perubahan khas pd aktifitas mental dan perilaku.
GOLONGAN IV Banyak utk terapi. Ketergantungan rendah CONTOH: DIAZEPAM DLL. • GOLONGAN II • Utk terapi • Pengembangan ilmu • Ketergantungan Tinggi • Contoh • AMFETAMIN, ETILFENIDAT • ATAU RITALIN • GOLONGAN I • Utk ilmu pengetahuan • Tdk utk terapi • Ketergantungan sgt tinggi • Contoh : • EKSTASI, SHABU • GOLONGAN III • Banyak digunakan utk terapi, pengembangan ilmu. Ketergantungan sedang • CONTOH : • Fenobarbital, Fluinitrazepam
Psikotropika yang sering disalahgunakan • Psikostimulansia: • amfetamin, ekstasi, shabu • Sedatif dan Hipnotika (obat penenang dan obat tidur): • Mogadon (MG), BK, Dumolid (DUM), Rohypnol (Rohyp), Lexotan (Lexo), Pil koplo dan lain-lain • Halusinogen: • Lysergic Acid Diethylamide (LSD), Mushroom
ZAT ADIKTIF LAIN • bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif selain yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi: • Alkohol • Keppres No. 3 tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol. • mengandung etanol (etil alkohol), menekan susunan syaraf pusat. • Merupakan gaya hidup atau bagian dari budaya.
ZAT ADIKTIF LAIN • KEPPRES 3/1997 • 3 GOL ALKOHOL • Gol A : Kadar Etanol 1-5 % (BIR) • Gol B : Kadar Etanol 5-20% (ANGGUR) • Gol C : Kadar Etanol 20-45% (Whiskey, Vodca, Manson, Johny Walker) • Desinfektan, Pembersih • Sering disalahgunakan dan fatal METANOL
Situasi penyalahgunaan Narkoba di Bali • Kasus pertama : Morfin ( 1969) • 1990-an meluas : • Ekstasy, Sabu, Heroin. • Mulai 1997 : memprihatinkan. • Data pasti tak ada 1,5 % Pddk 80 % Heroin
Bali tahun 2004, dirawat 251 kasus 13% 10% 39% 36%
Kebijakan Dasar kebijakan • Komprehensif dan multidisiplin • Keseimbangan dan koordinasi • Legislasi
PENANGGULANGAN Supply Reduction Harm Reduction Demand Reduction
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Demand Reduction Supply Reduction Harm Reduction Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif Mencegah perluasan dampak buruk penyalahgunaan narkoba Pencegahan & Represi Produksi, Distribusi, dan Peredaran
PROGRAM PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA • Dikoordinir oleh BNP • 3 Pusat : • Represif • Preventif • Terapi dan Rehabilitasi Masing2 Pusat membuat program
Tempat Terapi dan Rehabilitasi • BPK RS Jiwa Bangli • Puskesmas Abiansemal • RS Sanglah (Program Rumatan Metadon) • RS Wangaya Denpasar. • RS Bina Atma (swasta) • Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba) • Yayasan Hati-hati. • Yayasan Bali Nurani • yayasan Hati Kita
Kegiatan T&R (Dinkes) • Peningkatan sarana dan prasarana. • Pembangunan Gedung Ruang Ketergantungan Obat di RSJ Bangli, biaya APBD I • Pembanguan Gedung/Ruang untuk Program Rumatan Metadon, biaya APBN (DHS). • Pengadaan peralatan (Alat takar utk dosis metadon) • Pengadaan mebelair, alat musik, alat olah raga untuk terapi komunitas. • Pembentukan Klinik VCT. • Pembentukan Rumah Dampingan
Peningkatan SDM • Pelatihan Program P2 Napza bagi Pemegang Program di Kabupaten/Kota. • Pelatihan Teknis Medis dalam penanganan Kedaruratan Narkoba. • Pelatihan TOT Penanggulangan Napza. • Workshop Penanggulangan Napza bagi Guru BP dan Dokter puskesmas. • Pelatihan Konselor VCT (Biaya Global Fund) • Rapat koordinasi, pertemuan reguler, bintek dan monev pelaksanaan P2 Napza • Memberi bantuan operasional kepada tempat-tempat terapi dan rehabilitasi.
Masalah • Tenaga : • Tenaga medis/paramedis khusus narkoba tidak ada. Yang ada hanya Psikiater dan Psikolog, serta paramedis Jiwa dengan jumlah yang terbatas. • Sarana : • Belum semua Kabupaten mempunyai fasilitas untuk penanganan penyalahgunaan narkoba. • Klien/.pasien : • Tidak patuh/taat dalam menjalani terapi dan rehabilitasi. • Tingkat kekambuhan tinggi • Biaya : • Biaya operasional pernanggulangan penyalahgunaan narkoba tidak memadai.
Kesimpulan • Penyalahagunaan sudah sangat meluas. • Era global/ sbg DTW, bali rentan thd peredaran gelap dan lah-gun narkoba • Msl lah-gun narkoba msl serius • Partisipasi aktif masyarakat sgt diperlukan dlm penanggulangan • Pembinaan generasi muda • Perlu dibentuk jaringan