460 likes | 714 Views
DEWAN RISET DAERAH - PROVINSI JAWA BARAT. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI ENERGI UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM. Bandung, 13 Maret 2013. Dr Retno Gumilang Dewi. Pusat Kebijakan Keenergian INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG. Outline. Latar Belakang
E N D
DEWAN RISET DAERAH - PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN TEKNOLOGI ENERGI UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM Bandung, 13 Maret 2013 Dr Retno Gumilang Dewi Pusat Kebijakan Keenergian INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Outline • Latar Belakang • Situasi Energi Indonesia dan Status Emisi GRK • Arah Perkembangan Energi Dalam Mendukung Ketahanan Energi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia • Perkembangan Teknologi Bidang Energi • Penutup
1. Latar Belakang • Energi penting bagi pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan pembangunan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan energi Indonesia masih didominasi bahan bakar fosil. Keterbatasan produksi bahan bakar fosil di dalam negeri telah meningkatkan kebergantungan terhadap energi asal impor. • Produksi-konsumsi energi tidak terlepas dari kontribusinya thd peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca (GRK) di atmosferyang diduga kuat sebagai penyebab utama perubahan iklim global yang menjadi isu mainstream dunia. • Indonesia secara aktif ikut serta dalam upaya-upaya dunia melaksanakan mitigasi GRK untuk mengatasi perubahan iklim global, yaitu meratifikasi Kyoto Protocol. Pada ‘G-20’ (Pittsburgh USA, 25 September 2009) Presiden RI menyatakan non-Binding commitment untuk mereduksi tingkat emisi GRK sebesar 26% pada tahun 2020 dengan pendanaaan dari dalam negeri dan lebih jauh sampai dengan 41% dengan bantuan donor internasional. • Arah pengembangan teknologi energi ditujukan untuk mencapai ketahanan energi yang mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya dan juga dampak pengembangan energi terhadap ekonomi, lingkungan, dan perubahan iklim.
Indonesia Energy Independence Makin Menurun Demand Domestic supply GDP impor year Diperlukan perencanaan pengembangan energi (teknologi energi) jangka panjang yang baik untuk tercapainya ketahanan/kemandirian energi.
2. Situasi Energi Indonesia Potensi Sumberdaya Energi di Indonesia Sumber: Pusadatin - ESDM 2009
Situasi Suplai – Demand Energi 20 tahun terakhir Final Energy Demand (by fuel), 1990 - 2010 Primary Energy Supply, 1990 - 2010
2.95 1.76 1.35 2000 2005 2020 Emisi GRK sektorenergicukupsignifikan Net Emisidiperkirakanbertambahdari 1.35 menjadi 2.95 GtCO2e dari 2000 sampaidengan 2020
Konsep Ketahanan Energi • Parameter Ketahanan Energi: • Availability • Affordability • Accessability • Acceptability • Kriteria: Mampu merespon dengan baik bila ada disruption • Ketahanan energi untuk memenuhi kebutuhan energi pada tingkat yang wajar (konsumsi energi vs HDI) • Kondisi ketahanan energi Indonesia dari segi ketersediaan pasokan untuk konsumsi domestik dibandingkan negara-negara yang kaya SDA di kawasan Asia Timur (China, Jepang, Korea), Asean, serta Australia dan New Zealand, posisi Indonesia ke tiga (setelah China dan Brunei). SDA Indonesia tidak hanya untuk konsumsi domestik juga ekspor. • Kebergantungan impor energi (minyak bumi) makin tinggi • Days of Oil Stock: Indonesia 23 hari, IEA mensyaratkan negara-negara net oil import setidaknya 90 hari
Kondisi Ketahanan Energi Indonesia Dibandingkan Negara-negara Kaya SDA
3. Arah Perkembangan Penyediaan Energi Dalam Mendukung Ketahanan Energi dan Mitigasi Perubahan Iklim • Pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya pentingnya pengurangankebergantungan terhadap energi impor. Fokus utama sektor energi di Indonesiasaat ini, adalah “ketahanan energi nasional”. • Pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia masih bertumpu pada energi fosil. Kontribusi EBT (energi baru terbarukan) 5.7% (9 MTOE) di 2010. • Melalui PerPres No.5/2006, Blue Print PEN, pada 2025: • EBT ditargetkan 17% (bio-fuel 5%, geothermal 5%,nuclear/energi lain 5%, dan batubara cair 2%) • minyak bumi dari 52 % (2005) menjadi 20% (2025) • gas bumi dari 28 % (2005) menjadi 30% (2025) • batubara 15 % (2005) menjadi 33% (2025). • Improvement EBT target dalam energy supply mix: • DirJend EBTKE 25% di 2025 • rancangan KEN 39.5% (dari penyediaan energi 387MTOE) di 2050. • Energy supply mix dirumuskan dengan mempertimbangkan biaya dan ketersediaan sumberdaya energi.
Skenario Dasar: Permintaan Energi Final, 2010-2030 Skenario Dasar: Pasokan Energi Primer Menurut Jenis, 2010-2030
Pasokan Energi Primer per Jenis Energi, 3 Skenario Emisi Karbon Dioksida, 3 Skenario
Arah Perkembangan Pasokan Energi Primer (Draft Kebijakan Energi Nasional, 2012) Sumber: Dewan Energi Nasional (DEN), 2012
4. Perkembangan Teknologi Bidang Energi SistemEnergidariSumberEnergi Primer hinggaJasa/PelayananEnergi Sumber : Reddy dan kawan-kawan, 1997
Strategi Mencapai Ketahanan Energi dan Sekaligus Melaksnakan Mitigasi Emisi GRK (Perubahan Iklim Global) Pendekatan yang sering digunakan untuk mengorganisasikan diskusi mengenai drivers energy demand adalah melalui “IPAT identity”: Impact = Population × Affluence × Technology Energy demand = Population × (GDP/Population) × (Energy/GDP) (“Kaya” multiplicative identity ) Intervensi technology
Energy Path from Sources to Services Nuclear Fission Geothermal Energy Direct Solar Energy Ocean Energy Primary Energy Source Fossil Fuels Bioenergy Wind Energy Hydropower Liquid Fuel Solid Fuel Gaseous Fuel Electricity Energy Carrier Conversion Types Thermal Conversion Kinetic Conversion Usable Energy Flow Heat Work Energy Services Mechanical Energy Services Heat-Based Energy Services Direct Heating & Lighting Services Electrical Energy Services Sources: Special Report Renewable Energy Sources, IPCC, May 2011
Socio-economy, energy, and CO2 for each development scenario CO2 emissions by sector, million ton C
Primary energy demand by type of energy Final energy demand by type of energy Final energy demand by sector CO2 emissions by sector, million ton C
CO2 emission generation in demand side of energy system and reduction potential Emissions reduction potential in demand side and supply side (power sector)
Action 1 Clean Energy: Increase share of renewable/less carbon emitting fuels
Action 2 Low Carbon Lifestyle: Final energy demand by service (left) and by fuel (right) in residential sector Final energy demand by service (left) and by fuel (right) in commercial sector
Action3: Low Carbon Electricity Energy efficiency level of power generation in each scenario Share of power supply by energy type in each scenario Fuel consumption and CO2 emission of power generation sector in each scenario
Action 4: Low Carbon Energy Supply Fuel consumption and CO2 emission of power generation sector in each scenario
Action 5: Sustainable Transport Transport demand by transport mode in (a) passenger transport & (b) freight transport Effect of passenger and freight transport demand to energy demand and CO2 emissions
BIOFUELS LIFE CYCLE Feedstock End User Transport ELECTRICITY POWER PLANT Distribution Biofuel Conversion/processing
Supply Chain METHANOL DAN BAHAN KIMIA LAINNYA (NaOH, KOH), STEAM, LISTRIK PUPUK + NAOH AIR, BAHAN BAKAR Biofuel Penggilingan dan Ekstraksi Pabrik Bioenergi Perkebunan Sawit Transportasi Emisi GRK, Polusi Udara, Oil Spill Limbah Cair, Limbah Padat, Sludge Emisi GRK, Polusi Udara Limbah Cair, Limbah Padat, Sludge POME untuk land Application
BIOMASS ENERGY TECHNOLOGY Thermochemical Conversion Biochemical Conversion Direct Combustion Pyrolysis Liquefaction Anaerobic digestion Extraction Gasification Fermentation Steam Gas Gas Oil Charcoal Biogas Distillation Transesterification Engine Bioediesel Ethanol Engine Heat Electricity Fuel Among all renewable energy resources, biomass is the only resource that can be converted in a relatively direct way into fuels (to substitute/ replace petroleum fuels).
Biodiesel – Production Process Methanol (recycle) Methanol Vegetable Oil Trans- esterification Separation Neutralization Glycerol Biodiesel + Waste + Waste Diesel engine fuel consisting of fatty acid methyl/ethyl esters. Made from Fatty-Oils via methanolysis/ethanolysis process. Byproduct : glycerine or from (Free) Fatty Acids via esterification with methanol/ethanol and waste water.
Bio-ethanol production process Sugar Starch Lignocellulosic materials Heating Pretreatment Hydrolysis Hydrolysis Fermentation (alcoholic) Ethanol + Waste Stillage + Waste Fermentation (methanogenic) Biogas + Water Fertilizer
PPO (pure plant oil) Jatropha or palm oil seeds Pressing & refining diesel (20%) PPO (pure plant oil) Diesel genset 80% mixer & heater
Rice Husk Gasifier Power Plant (small scale, 25 kW) Rice husks filters genset Ash
5. PENUTUP • Mitigasi perubahan iklim (reduksi GHG) sektor energi yang tercapai dari aplikasi kebijakan sektor adalah by product bukan objective. • Energy supply mix pada Blue Print PEN yang ditetapkan oleh Perpres No.5/2006 dirumuskan atas pertimbangan ketersediaan sumberdaya energi, harga energi, dan supply securitysehingga tidak banyak berimplikasi terhadap mitigasi emisi GRK/perubahan iklim global. • Road mapuntuk mencapai energy supply mix sudah tersusun dalam Blue Print PEN, tetapi target-target yang ditetapkan akan sulit tercapai dan by product aplikasi kebijakan yang diharapkan berdampak kepada mitigasi perubahan iklim tidak terjadi seperti yang diinginkan. • Perumusan energy supply mix dan road map atas dasar least cost bukan pertimbangan potensi reduksi GHG. Implikasinya, cenderung memilih energi dan teknologi yang murah meskipun pemilihan ini bergeser dari energy supply mix (Blue Print PEN) dan berpotensi untuk berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim.
Dampak peningkatan batubara dalam national energy supply mix dari 14% menjadi 33% pada akhir tahun 2025 terhadap peningkatan GHG dapat dihindari apabila teknologi yang digunakan adalah yang efisien & rendah emisi GHG. Namun, pengambil keputusan selalu menjadikan biaya dan waktu sebagai pertimbangan utama pemilihan teknologi . • Pengembangan biofuel di Indonesia akan sulit mencapai target national energy supply mix karena harus kompetisi dengan harga bahan bakar fosil yang disubsidi dan penggunaan lahan yang harus berkompetisi dengan sektor pangan dan hutan. • Pengembangan energi nuklir juga akan menghadapi banyak hambatan terutama berbagai isu terkait dengan public acceptance. • Sektor energi masih banyak bergantung pada impor, terutama produk teknologi yang terkait mitigasi pengurangan GHG dan umumnya masih belum efisien. Dengan demikian masih ada ruang untuk perbaikan kualitas teknologi yang dapat memberikan dampak pengurangan emisi GHG. Hambatan pemanfaatan ruang ini adalah kemampuan pembuat kebijakan di dalam memahami nature dari science dan teknologi.
Pencapaian kemandirian energi -- keadaan makin berkurangnya ketergantungan terhadap pihak luar baik dalam hal suplai bahan bakar maupun teknologi konversi energi -- adalah memaksimalkan pemanfaatan potensi SD energi di DN dengan pertimbangan bahwa upaya-upaya pencapaian kemandirian energi tersebut seyogyanya juga berimplikasi secara signifikan kepada mitigasi perubahan iklim. • Beberapa kebijakan sektor energi yang ditujukan untuk perbaikan sektor juga memiliki implikasi positif terhadap upaya-upaya mitigasi perubahan iklim. Agar hasil mitigasi perubahan iklim yang dicapai dari aplikasi kebijakan ini bukan hanya merupakan by product maka perlu dirumuskan langkah-langkah penting mitigasi perubahan iklim yang merupakan produk utama kebijakan energi di Indonesia. • Penambahan isu perubahan iklim ini ke dalam perumusan kebijakan di sektor energi tentunya berdampak langsung terhadap konsekuensi biaya yang harus ditanggung oleh sektor, kebutuhan-kebutuhan akan teknologi baru, dan sumberdaya manusia yg berkualitas.
Kapasitas sektor perlu ditingkatkan terutama dalam hal memaksimalkan penggunaan sumber-sumber finansial dan dukungan teknologi yang pada saat ini cukup banyak tersedia melalui climate change convention & Kyoto Procotol. • Pemerintah Indonesia sudah menyusun LCA (Long Term Commitment of Activity) dalam konteks mitigasi perubahan iklim RAN GRK dan RAD GRK (Perpres no 61/2011) • Tools dan metodologi yang dapat digunakan pembuat keputusan untuk mengevaluasi dan mengkaji pengembangan teknologi di sektor energi di dalam negeri should be made available. • Disamping kemampuan untuk melakukan screening technology, tentunya pemahaman terhadap dampak pegembangan new-renewable energy dan teknologinya di dalam negeri terhadap kondisi makro ekonomi di Indonesia.
Terimakasih gelangdewi@yahoo.com