320 likes | 976 Views
KEWAJIBAN DAN PILAR-PILAR NEGARA KHILAFAH. HIZBUT TAHRIR INDONESIA DPD I BENGKULU. RELASI AGAMA & NEGARA. Khilafah disebut juga Negara Islam ( ad daulah al islamiyah ) atau sistem pemerintahan Islam ( nizham al hukm fi al islam )
E N D
KEWAJIBAN DAN PILAR-PILAR NEGARA KHILAFAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA DPD I BENGKULU
RELASI AGAMA & NEGARA • Khilafah disebut juga Negara Islam (ad daulah al islamiyah) atau sistem pemerintahan Islam (nizham al hukm fi al islam) • Khilafah adalah salah satu ajaran Islam yang sekaligus menjelaskan hubungan agama dan negara dalam Islam. • Dalam Islam, agama dan negara tidak dapat dipisahkan.
DALAM ISLAM, AGAMA DAN NEGARA TIDAK DAPAT DIPISAHKAN • KarakterRasulullah SAW yang menyatukanfungsikenabian (nubuwwah) dankepemimpinan (ri`asah) • Karakter agama Islam bersifat komprehensif (syumuliah), tidak hanya mengatur ibadah ritual tetapi seluruh aspek kehidupan. [QS Al Maidah: 3, An Nahl: 89]
﴿٣﴾ Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. [QS Al Maidah: 3] ﴿٨٩﴾ dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. [QS. An Nahl : 89]
أَلاَ إِنَّ الْكِتَابَ وَالسُّلْطَانَ سَيَفْتَرِقَانِ، فَلاَ تُفَارِقُواْ الْكِتَابَ “Ingatlah, sesungguhnya Al Kitab (Al Qur`an) dankekuasaan (as sulthan) akanterpisah, maka (jikahalituterjadi) janganlahkamuberpisahdari Al Kitab (Al Qur`an).” (HR Thabrani). LihatAthThabrani, Al Mu’jam Al Shaghir no 794; dalamAl Mu’jam Al Kabir, juz 20 hlm. 76; no 172; IbnuHajar Al Haitsami, Majma’uzZawa`id, Juz 5 hlm. 225-226
لينقضن عرى الإسلام عروة ، عروة ، فكلما انتقضت عروة تشبث الناس بالتي تليها ، وأولهن نقضًا الحكم ، وآخرهن الصلاة ”Sungguhakanteruraisimpul-simpul Islam satu demi satu, makasetiapsatusimpulterurai, orang-orang akanbergelantunganpadasimpul yang berikutnya (yang tersisa). Simpul yang pertama kali teruraiadalahkekuasaan (pemerintahan) sedang yang paling akhirteruraiadalahshalat.” (HR Ahmad, IbnuMajah, dan Al Hakim). LihatMusnad Ahmad, 1/251; ShahihIbnuMajah no 257; Al Hakim dalamAl Mustadrak, 4/92; disahihkanolehNashiruddin Al Albani, Shahih Al Jami’ As Shaghir no. 4951, Juz 5 hlm.15.
TAKRIF KHILAFAH Pendapat Imam Ar-Razi mengenai istilah Imamah dan Khilafah dalam kitab Mukhtar Ash-Shihah hal. 186 : الخلافةأو الإمامة العظمى ، أو إمارة المؤمنين كلها يؤدي معنى واحداً ، وتدل على وظيفة واحدة و هي السلطة العيا للمسلمين “Khilafah atau Imamah ‘Uzhma, atau Imaratul Mukminin semuanya memberikan makna yang satu [sama], dan menunjukkan tugas yang satu [sama], yaitu kekuasaan tertinggi bagi kaum muslimin.” (Lihat Muslim Al-Yusuf, Daulah Al-Khilafah Ar-Rasyidah wa Al-‘Alaqat Ad-Dauliyah, hal. 23; Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, Juz 8/270).
TAKRIF KHILAFAH اَلْخِلاَفَةُ هِيَ رِئَاسَةٌ عَامَّةٌ لِلْمُسْلِمِيْنَ جَمِيْعاً فِي الدُّنْيَا لإِقَامَةِ أَحْكَامِ الشَّرْعِ الإِسْلاَمِيِّ، وَحَمْلِ الدَّعْوَةِ الإِسْلاَمِيَّةِ إِلَى الْعَالَمِ “Khilafahadalahkepemimpinanumumbagikaummusliminseluruhnya di duniauntukmenegakkanhukum-hukumSyariah Islam danmengembandakwah Islam keseluruhdunia.” (TaqiyuddinAn Nabhani, As Syakhshiyah Al Islamiyah, (Beirut : DarulUmmah), 2003, Juz 2 hlm. 14)
Khilafahadalahsuatukepemimpinanumumbagikaummusliminseluruhnya di dunia. KESATUAN UMAT • FungsipertamaKhilafahadalahmenerapkanSyariah Islam dalamsegalaaspekkehidupan, baikitupolitik (pemerintahan), ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, politikluarnegeri, dansebagainya. ISLAM KAAFAH • FungsikeduaKhilafahadalahmengemban (menyebarkan) dakwah Islam keseluruhdunia. RAHMATAN LIL ‘ALAMIN TAKRIF KHILAFAH
Dalil-Dalil Kewajiban Khilafah • Al Qur’an • As Sunnah • Ijma’ Shahabat • Qaidah Syar’iyyah
DALIL AL QUR’AN يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ ﴿٥٩﴾ “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (QS. An-Nisa’: 59) فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءهُمْ عَمَّا جَاءكَ مِنَ الْحَقِّ َ ﴿٤٨﴾ “Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu” (QS. Al-Maidah: 48)
DALIL AL QUR’AN يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى ﴿١٧٨﴾ “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh” (QS. Al-Baqarah: 178) الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِئَةَ جَلْدَةٍ …﴿٢﴾ “Perempuan yang berzinadanlaki-laki yang berzina, makaderalahtiap-tiapseorangdarikeduanyaseratus kali dera,…” (QS. An Nuur: 2)
DALIL AL QUR’AN وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُواْ أَيْدِيَهُمَا جَزَاء بِمَا كَسَبَا نَكَالاً مِّنَ اللّهِ وَاللّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٣٨﴾ “Laki-lakiyang mencuridanperempuan yang mencuri, potonglahtangankeduanya (sebagai) pembalasanbagiapa yang merekakerjakandansebagaisiksaandari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagiMahaBijaksana” (QS. Al Maidah: 38)
DALIL AS SUNNAH مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِي عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً "Barangsiapa melepas tangannya dari ketaatan, maka ia akan menemui Allah di hari Kiamat dalam keadaan tidak memiliki hujjah, dan barang siapa mati sedang dipundaknya tidak ada bai’at, maka ia mati seperti mati jahiliyyah." (HR Muslim).
DALIL AS SUNNAH مَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَة يَدِه وَثَمَرَة قَلْبِهِ فَلْيُطِعْه مَا اسْتَطَاعَ، فَإِنْ جَاء آخَرُ ينَُازِعُه فَاضْرِبُوا عُنُقَ الآخَرِ Siapa saja yang telah membaiat seorang imam/khalifah, lalu memberikan uluran tangannya dan buah hatinya, hendaklah ia menaati khalifah itu selama masih mampu. Kemudian jika datang orang lain yang akan merebut kekuasaannya maka penggallah leher orang itu (HR Muslim). إِذَا بُوْيِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوْا اْلآخَرَ مِنْهُمَا Apabila dibaiat dua orang khalifah, maka bunuhlah khalifah yang lain (terakhir) dari keduanya (HR Muslim).
DALIL AS SUNNAH كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ اْلأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ. قَالُوا: فَمَا تَأْمُرُنَا؟ قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ، أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ DuluBani Israel diurus dan dipeliharaoleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, nabi yang lain menggantikannya. Sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku dan akan ada para Khalifah, yang berjumlah banyak.” Para Sahabat bertanya, “Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Nabi saw. bersabda, “Penuhilah baiat yang pertama, yang pertama saja, dan berikanlah kepada mereka hak mereka. Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang mereka urus.” [HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah]
Para shahabatmenundapenguburanjenazahRasulullahSaw hinggatigahariduamalam untuk menentukan penggantinya dalam urusan kepemimpinan. • Peristiwa pembaiatan Abu Bakar as Shiddiq, Umar Bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Semuanya tidak diingkari oleh shahabat. IJMA' SHAHABAT
DALIL IJMA’ SHAHABAT • Ibnu Khaldun, dalam Muqaddimah berkata: "Sesungguhnya, mengangkat seorang imam (khalifah) adalah wajib. Kewajibannya dalam syariat telah diketahui berdasarkan ijma' shahabat dan tabi'in. Tatkala Rasulullah saw wafat, para shahabat segera membai'at Abu Bakar ra dan menyerahkan pertimbangan berbagai macam urusan mereka kepadanya. Demikian pula yang dilakukan kaum Muslim pada setiap masa setelah Abu Bakar. Untuk itu, pada setiap masa yang ada, tidak pernah terjadi anarkhisme di tengah-tengah umat manusia. Kenyataan semacam ini merupakan ijma' yang menunjukkan adanya kewajiban mengangkat seorang imam (khalifah)." (IbnuKhaldun, al-Muqaddimah, hal. 167 ) • Imam al-Mawardiy, dalamkitabal-Ahkaam al-Sulthaniyyahmenyatakan: "MenegakkanImamah di tengah-tengahumatmerupakankewajiban yang didasarkanpadaijma' shahabat..“(Imam al-Mawardiy, al-Ahkaam al-Sulthaaniyyah, hal. 5)
DALIL IJMA’ SHAHABAT Imam IbnuHajar Al Haitamiberkata : “Ketahuilahjuga, bahwaparashahabat –semoga Allah meridhaimereka— telahbersepakatbahwamengangkatseorang imam (khalifah) setelahberakhirnyazamankenabianadalahwajib, bahkanmerekamenjadikannyasebagaikewajiban paling pentingketikamerekamenyibukkandiridengankewajibanitudenganmeninggalkankewajibanmenguburkanjenazahRasulullah SAW.” (IbnuHajar Al Haitami, As Shawa’iqulMuhriqah, hlm. 7).
DALIL QAIDAH SYAR’IYYAH ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب “Jikasuatukewajibantidakterlaksanakecualidengansesuatu, makasesuatuituwajib pula hukumnya.” • Kewajiban melaksanakan hudud seperti had bagi pelaku zina dan pencurian • Kewajiban jihad menyebarluaskan agama Islam • Kewajiban menghukumi dengan hukum syariat Allah • Kewajiban memungut dan membagikan zakat • Dan kewajiban lainnya
PILAR-PILAR NEGARA KHILAFAH • Pertama, kedaulatan di tangansyariah (as siyadah li as syar’i), bukan di tanganrakyat. • Kedua, kekuasaan di tanganumat (as sulthan li al ummah). • Ketiga, mengangkatsatu orang khalifahadalahwajibatasseluruhkaummuslimin. • Keempat, hanyakhalifahyang berhakmelegislasikanhukum-hukumsyara’.
Kedaulatandi tangansyariah(as siyadah li as syar’i) قُلْ إِنِّي عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِنْ رَبِّي وَكَذَّبْتُمْ بِهِ ۚ مَا عِنْدِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ يَقُصُّ الْحَقَّ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الْفَاصِلِينَ Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik". (QS. Al An’am : 57)
وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya [terserah] kepada Allah. [Yang mempunyai sifat-sifat demikian] itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali. (QS. As Shuraa : 10)
Kekuasaandi tanganumat(as sulthan li al ummah) • Khalifah selaku kepala negara dipilih dan diangkat oleh umat (laki-laki maupun perempuan) melalui baiat. • Seseorang tidak sah memangku jabatan khalifah sampai mendapatkan baiat dari umat. • Dalilnya hadits-hadits tentang baiat.
مَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَة يَدِه وَثَمَرَة قَلْبِهِ فَلْيُطِعْه مَا اسْتَطَاعَ، فَإِنْ جَاء آخَرُ ينَُازِعُه فَاضْرِبُوا عُنُقَ الآخَرِ Siapa saja yang telah membaiat seorang imam/khalifah, lalu memberikan uluran tangannya dan buah hatinya, hendaklah ia menaati khalifah itu selama masih mampu. Kemudian jika datang orang lain yang akan merebut kekuasaannya maka penggallah leher orang itu (HR Muslim).
بَايَعْنَا رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لا ننَُازِعَ الأَمْرَ أَهْلَه وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالحَْقِّ حَيْثُمَا كُنَّا لا نَخَافُ فِي اللهِ لَوْمَة لاَئِمٍ Kami telah membaiat Rasulullah saw. untuk setia mendengarkan dan menaati perintahnya, baik dalam keadaan yang kami senangi maupun tidak kami senangi; dan agar kami tidak merebut kekuasaan dari seorang pemimpin; juga agar kami menegakkan atau mengatakan yang haq di manapun kami berada dan kami tidak takut karena Allah terhadap celaan orang-orang yang mencela (HR al-Bukhari dari Ubadah bin Shamit).
بَايعَْنَا رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم فقََرَ أَ عَلَيْنَا أَنْ لا يُشْرِكْنَ بِا للهِ شَيْئًا وَنهََانَا عَنْ النِّيَاحَةِ فقََبَضَتْ امْرَأَة يَدَهَا فَقَالَتْ أَسْعَدَتْنِي فُلاَنَة أُرِيدُ أَنْ أَجْزِيهََا فَمَا قَالَ لَهاَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم شَيْئًا فَانْطَلَقَ ت وَرَجَعَتْ فَبَايعََهَا Kami membaiat Rasulullah saw., lalu beliau memerintahkan kepada kami, “Jangalah kalian menyekutukan Allah dengan apapun.” Beliau pun melarang kami melakukan “niyahah” (histeris menangisi mayat). Karena itulah seorang wanita dari kami menarik tangannya (dari berjabat tangan) lalu wanita itu berkata, Seseorang (perempuan) telah membuat diriku bahagia dan aku ingin (terlebih dulu) membalas jasanya.” Ternyata Rasulullah saw. tak berkata apa-apa. Lalu wanita itu pergi kemudian kembali lagidan membaiat beliau.” (HR al-Bukhari dari Ummu Athiyah).
Satu Khilafah untuk seluruh kaum muslimin • Khalifah yang diangkat hanya satu untuk seluruh kaum muslimin di dunia. إِذَا بُوْيِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوْا اْلآخَرَ مِنْهُمَا Apabila dibaiat dua orang khalifah, maka bunuhlah khalifah yang lain (terakhir) dari keduanya (HR Muslim).
Hanya Khalifahyang berhak melegislasikanhukumsyara’ menjadiundang-undang • Kaidah-kaidah syara’ seperti: أَمْرُ الإِمَامِ يَرْفَعُ الخِلاَفَ “Perintah imam (khalifah) menghilangkanperselisihan”. أَمْرُ الإِمَامِ نَافِدٌ ظَاهِرًا وبَاطِنًا “Perintah imam (khalifah) harusdilaksanakan, baiksecaralahirmaupunbatin”. لِلسُلْطَانِ أَنْ يُحْدِثَ مِنَ الأَقْضِيَةِ بِقَدْرِ مَا يَحْدُثُ مِنْ مُشْكِلاَتٍ “Bagiseorangsulthan (khalifah) memilikihakmengeluarkankeputusan-keputusanhukumsesuaiproblematika yang terjadi”
Kaidah Legislasi bagi Khalifah • Khalifahterikatdenganhukum-hukumsyara’ dalammembuatundang-undang supremasi hukum Syariat Islam • Dalampembuatanundang-undangkhalifahterikatdenganapa yang telahdiadopsinya metode ijtihad dan hukum syara’ yang dihasilkannya
KHILAFAH JANJI ALLAH «تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ» “Di tengah-tengah kalian terdapat masa Kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada masa Kekhilafahan yang mengikuti manhaj Kenabian yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu saat Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekuasaan yang zalim yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada masa kekuasaan diktator yang menyengsarakan, yang berlangsung selama Allah menghendakinya. Lalu Dia mengangkat masa itu saat Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Selanjutnya akan muncul kembali masa Kekhilafahan yang mengikuti manhaj kenabian.” Setelah itu Beliau diam. (HR Ahmad).