130 likes | 536 Views
ADIL. 1. al-‘Adl, berarti “sama”, memberi kesan adanya dua pihak atau lebih; karena jika hanya satu pihak, tidak akan terjadi “persamaan”.
E N D
ADIL 1. al-‘Adl, berarti “sama”, memberi kesan adanya dua pihak atau lebih; karena jika hanya satu pihak, tidak akan terjadi “persamaan”. 2. al-Qisth, berarti “bagian” (yang wajar dan patut). Ini tidak harus mengantarkan adanya “persamaan”. al-Qisth lebih umum dari al-‘adl. Karena itu, ketika al-Qur’ân menuntut seseorang berlaku adil terhadap dirinya, kata al-qisth yang digunakan. Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak al-qisth (keadilan), menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri...”(Surah al-Nisa’/4: 135). al-Qur’an, setidaknya menggunakan tiga istilah untuk menyebut keadilan, yaitu al-‘adl, al-qisth, dan al-mîzân.
ADIL 3. al-Mîzân, berasal dari akar kata wazn (timbangan). al-Mîzân dapat berarti “keadilan”. al-Qur’an menegaskan alam raya ini ditegakkan atas dasar keadilan. Allah SWT berfirman: “Dan langit ditegakkan dan Dia menetapkan al-mizan (neraca kesetimbangan)”. (Surah al-Rahman/55: 7).
MAKNA DARI ADIL Pertama, adil berarti “sama”Sama berarti tidak membedakan seseorang dengan yang lain. Persamaan yang dimaksud dalam konteks ini adalah persamaan hak. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(Surah al-Nisa'/4: 58). Manusia memang tidak seharusnya dibeda-bedakan satu sama lain berdasarkan latar belakangnya. Kaya-miskin, laki-puteri, pejabat-rakyat, dan sebagainya, harus diposisikan setara.
MAKNA DARI ADIL • Kedua, adilberarti “seimbang” Allah SWT berfirman: “Wahaimanusia, apakah yang memperdayakankamu (berbuatdurhaka) terhadapTuhanmu Yang MahaPemurah? Yang menciptakankamulalumenyempurnakankejadianmu, danmengadilkankamu (menjadikansusunantubuhmuseimbang)”. (Surah al-Infithar/82: 6-7).Seandainyaadasalahsatuanggotatubuhkitaberlebihatauberkurangdarikadaratausyarat yang seharusnya, pastitidakakanterjadikeseimbangan (keadilan).
Ketiga, adilberarti “perhatianterhadaphak-hakindividudanmemberikanhak-hakitupadasetiappemiliknya” “Adil” dalamhalinibisadidefinisikansebagaiwadh al-syai’ fimahallihi (menempatkansesuatupadatempatnya). Lawannyaadalah “zalim”, yaituwadh’ al-syai’ fighairimahallihi (menempatkansesuatutidakpadatempatnya). “Sungguhmerusakpermainancatur, jikamenempatkangajahditempat raja,” ujarpepatah. Pengertiankeadilansepertiiniakanmelahirkankeadilansosial.
Keempat,adil yang dinisbatkanpadaIlahi.Semuawujudtidakmemilikihakatas Allah SWT. KeadilanIlahimerupakanrahmatdankebaikan-Nya. Keadilan-Nyamengandungkonsekuensibahwarahmat Allah SWT tidaktertahanuntukdiperolehsejauhmakhlukitudapatmeraihnya. Allah disebutqaimanbilqisth (yang menegakkankeadilan) (Surah Ali ‘Imram/3: 18). Allah SWT berfirman: Dan Tuhanmutidakberlakuaniayakepadahamba-hamba-Nya (SurahFushshilat/41: 46).
CONTOH-CONTOH KEADILAN KEADILAN DI BIDANG EKONOMI Islam tidak menghendaki adanya ketimpangan ekonomi antara satu orang dengan yang lainnya. Karena itu, (antara lain) monopoli (al-ihtikar) atau apapun istilahnya, sama sekali tidak bisa dibenarkan. Nabi Muhammad Saw misalnya bersabda: Tidak menimbun barang kecuali orang-orang yang berdosa. (HR. Muslim). Orang yang bekerja itu diberi rizki, sedang orang yang menimbun itu diberi laknat. (HR. Ibnu Majah). Siapa saja yang menyembunyikan (gandum atau barang-barang keperluan lainnya dengan mengurangi takaran dan menaikkan harganya), maka dia termasuk orang- orang yang zalim.
Larangandemikianjugaditemukandalam al-Qur’an. Allah SWT berfirman: “Apasajahartarampasan yang diberikan Allah kepadaRasul-Nya yang berasaldaripendudukkota-kotamakaadalahuntuk Allah, Rasul, kerabatRasul, anak-anakyatim, orang-orangmiskindanorang-orang yang dalamperjalanan; supayahartaitujanganhanyaberedardiantaraorang-orangkayadiantara kalian saja. Apasaja yang Rasulberikankepada kalian, terimalah. Apasaja yang Dialarangatas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangatkerashukuman-Nya”. (Surat al-Hasyr/59: 7).
KEADILAN DI BIDANG POLITIK Nabi Muhammad SAW bersabda: “Adatujuhgolongan yang bakaldinaungioleh Allah dibawahnaungan-Nyapadahari yang tidakadanaungankecualinaungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil (imamunadil), pemuda yang tumbuhdenganibadahkepada Allah (selaluberibadah), seseorang yang hatinyabergantungkepadamasjid (selalumelakukanshalatberjamaahdidalamnya), duaorang yang salingmengasihidijalan Allah, keduanyaberkumpuldanberpisahkarena Allah, seseorang yang diajakperempuanberkedudukandancantik (untukbezina), tapiiamengatakan: "Akutakutkepada Allah", seseorang yang diberikansedekahkemudianmerahasiakannyasampaitangankirinyatidaktahuapa yang dikeluarkantangankanannya, danseseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalamkesendirian, lalumeneteskan air matadarikeduamatanya.” (HR Bukhari)Pemerintahataupemimpin yang adilakanmemberihakpada yang berhak, yang komitmenbertanggungjawabpadawarganya. Tidakmudahmenjadipemimpinadil. Karenaitu, kitatidakseharusnyaberebutmenjadipemimpin. InilahsebabnyaUmar bin al-Khattabmenolakusulpencalonananaknya, Abdullah bin Umar, sebagaipenggantinya. Namunprinsipnya, Islam memandangsiapapunberhakmenjadipemimpintanpamelihatlatarbelakangnya, hattaorangHabasyah (Etiopiasekarang) yang rambutnyakritinglaksanagandumsekalipun. Dan, sebagaimanapesanNabi Muhammad SAW, kepemimpinannyaharusditaati.
KEADILAN DI BIDANG BERKEYAKINAN (AGAMA) Islam memberikankebebasanpenuhbagisiapapununtukmenjalankankeyakinan yang dianutnya. Termasukkeyakinan yang berbedadengan Islam sekalipun. Konsekuensinya, kebebasanmerekainitidakbolehdiganggu-gugat. Bahkan Muhammad Syahrûrmenyatakan, percayapadakekebasanmanusiaadalahsatudasarakidah Islam yang pelakunyadapatdipercayaiberimanpada Allah SWT. Sebaliknya, kufradalahtidakmengakuikebebasanmanusiauntukmemilihberagamaatautidakberagama. Buktikebebasanini, antara lain: Allah SWT berfirman: “Allah lebihtahusiapa yang tersesatdarijalan-NyadanDialebihtahusiapa yang mendapatpetunjuk”. (Surah al-Nahl/16: 125).
Adil hendaknya dilakukan dalam segala bidang, baik adil kepada Allah, manusia maupun kepada segala ciptaan Allah SWT. Berikut sedikit ulasan mengenai berbuat adil. • Adil kepada Allah • Adil kepada Allah dilakukan dengan cara menjalankan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk adil kepada Allah, salah satunya dengan selalu berbaik sangka kepada Allah, jauhkanlah hati kita dari prasangka buruk kepada NYA. Tak jarang kita mengeluh terhadap apa-apa yang terjadi pada diri kita baik itu yang terucap maupun yang hanya terbesit dalam hati. Contohnya saja ketika kita mendapatkan kesulitan atau pun hambatan dalam hidup, mungkin tanpa sadar kita akan berfikiran bahwa “sepertinya Allah tidak adil atau sepertinya hidup saya selalu dirundung masalah”. Bila kita renungkan sejenak, betapa cepat dan mudahnya kita berfikiran bahwa Allah tidak adil, padahal sejatinya Allah itu Maha Adil, Maha pemilik Keadilan. Bagaimana bisa kita serta merta menilai seperti itu tanpa memikirkan maksud dari apa-apa yang terjadi pada kita. Padahal tanpa kita sadari, apa yang Allah berikan kepada kita adalah yang terbaik untuk kehidupan kita.
Dalam kehidupan di alam, banyak hal yang bisa kita renungkan mengenai betapa adilnya Allah. Contoh kecil saja seperti tumbuh-tumbuhan, bila kita perhatikan betapa banyak buah-buahan yang besar seperti semangka, melon, labu dan lain sebagainya yang tumbuhannya berdaun kecil, berbatang kecil dan tidak kuat. Kemudian terdapat pula tumbuhan yang besar dengan dahan yang rimbun, batang yang kuat dan kokoh namun berbuah kecil seperti pohon oak. Sepertinya timpang sekali bukan? Tumbuhan kecil berbuah besar dan tumbuhan besar berbuah kecil. Namun bila kita cermati lebih jauh hal tersebut merupakan salah satu bentuk keadilan Allah. Seperti yang kita ketahui, tumbuhan besar biasanya digunakan untuk berteduh dari terik matahari dan deras hujan baik oleh hewan maupun manusia. Bayangkan saja, bila tumbuhan yang besar dan berdahan lebat itu memiliki buah yang besar-besar, bahaya sekali bukan bila kita berdiri dibawahnya? Bisa terluka kepala kita bila tiba-tiba buah-buah tersebut menimpa kita. Disitulah salah satu bentuk keadilan Allah, bila direnungkan terdapat kebenaran didalamnya. Maka jauhkanlah hati kita dari berburuk sangka kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah Maha Adil dalam mengatur seisi bumi ini.
2. Adil kepada Sesama Manusia Dalam kehidupan sehari-hari, tentu saja kita wajib berusaha bersikap adil. Dimulai dari lingkungan terkecil yakni bersikap adil kepada setiap anggota keluarga. Adil merupakan bagian dari taqwa dan berlaku pada siapa saja. Janganlah karena kita membenci seseorang atau suatu kaum menyebabkan kita tidak berbuat adil. Ketika seorang Umar Bin Khatab ditanya mengenai apakah adil itu, lalu beliau mengambil pedang kemudian menggaris lurus sebuah tulang tapat ditengah-tengah. Adil itu ibarat berjalan di jembatan yang kecil maka hati-hati dan peliharalah langkah Anda.