260 likes | 840 Views
Priyatmoko Dirdjosuseno priyatmokosolusi@gmail.com. Teori-teori tentang Politik Indonesia Orde Baru. Fakta & kerangka interpretasi. Politik Indonesia sekarang punya latar belakang kesejarahan ;
E N D
Priyatmoko Dirdjosuseno priyatmokosolusi@gmail.com Teori-teoritentangPolitik Indonesia OrdeBaru
Fakta & kerangkainterpretasi • Politik Indonesia sekarangpunyalatarbelakangkesejarahan; • Terhadapsuatufakta, termasukfaktahistoris, terbukaruanguntukmemaknaidanmenginterpretasi; • Adaperdebatanakademik yang cukupserudikalanganIndonesianis/sarjanapolitikasing – terutamadiAmerikaSerikat, Eropa, dan Australia –tentangkarakteristikpolitik Indonesia.
BaganSistemPolitik: David Easton Lingkungan Tuntutan Sistem Politik Keputusan atau Kebijakan Outputs Inputs Dukungan Lingkungan Umpan-balik
BaganSistemPolitik: Gabriel A Almond Environmental Outcomes Outputs into Environment Inputs Conversion Demands Participant Support Subject Support Policy-Making Processes Extractions Distributions Regulations Symbols Domestic and International Welfare and Security Preceding Environmental States Endogenous Changes in Environment* Feedback loops *Changes not caused by actions of political system itself
Sistempolitik & asumsi-asumsinya • Adalebihdarisatuelemenatau unit: fungsi-fungsimasukan (input), konversi, keluaran (output); • Salingberinteraksisatusama lain, membentuksatukesatuanfungsional; • Adasalingketergantungansatusama lain: salingpengaruh, satubagianberubahakanberdampakpadabagian lain ataukeseluruhansistem; • Selaluberusahamembentukkeseimbangan (equilibrium) danrelatifstabil. Perubahanterjadisecara gradual dalamrangkaadaptasiterhadaplingkungan.
OrdeBaru & asumsi-asumsisispol • Asumsikeseimbangandansalingketergantunganrupanyatidakterjadidalampolitik Indonesia sampaidenganOrdeBaru; • Pemegangotoritasterlaludominan (otonom) terhadapunsur lain. Keputusanpolitik (pemerintahatau [pejabat] negara) bukan (sekadar) responsterhadap input (tuntutan & dukungan) darimasyarakat, melainkanlebihataskemauansendiri; • Negara lebihmengendalikanmasyarakat, bukansebaliknya. Mengapa?
The State-Qua-State • Bennedict R’OG Anderson, 1983, ‘Old State, New Society: Indonesia’s New Order in Comparative Historical Perspective’, Journal of Asian Studies, vol. XLII, no. 3 (May). • Judultulisan Ben Anderson membalikjudultulisan Clifford Geertztahun 1960-an, ‘New State, Old Society’
The State-Qua-State • Kebijakan-kebijakanOrdeBarusebaiknyadipahamidalampengertiankepentingan-kepentingannegaraitusendiri; • Adapertentanganantarakepentingannegaradanmasyarakat. Negara Indonesia modern digambarkansebagaientitas yang melayanidirisendiri, mengejarkepentingan yang dipahamisendiriatasbiayakepentingan lain yang bertentangandalammasyarakat. Negara memboroskansumberdayadankekayaanbangsa.
The State-Qua-State • Negara OrdeBaruhampirsepenuhnyaterlepasdaridantidakresponsifterhadapkepentingan-kepentinganmasyarakat; • Kekuasaannegaraberadaditanganmiliter, danpadadasarnyatidakberubahsejakmasakolonial; • Kebijakanmerefleksikankepentingan-kepentingannegaradaripadakepentingankelompokataukelasekstra-negara (diluarnya), dengansedikitpengecualianterhadap modal asing. • Sedikitruanguntukpartisipasipolitik, danpertimbangantentangisuperwakilankepentingan.
The Bureaucratic Polity & Patrimonialism • Konsep ‘bureaucratic polity’ berasaldari Fred Riggs yang mengkajitentangpolitik Thailand yang diadopsi Karl D. Jackson untukstudi Indonesia; • Konsep ‘patrimonialism’ bersumberdari Max Weber dandireinterpretasioleh G. Roth danEisenstadt; • Meskipunberbedakeduakonseptersebutsangatbanyaktumpang-tindihnya.
Model Patrimonial • Esensi model patrimonial: kepalanegarabertindaklayaknyapenguasatradisional, menjagaposisinyadengancaramembagi-bagikanhadiahmateridankesempatankepadaanggota elite yang memerintah; • Elite terpecahdalamkelompok-kelompok yang salingbersainguntukberebuthadiahdanperlindungandaripenguasa; • Model patrimonial menekankanhubungan patron-kliendalamjejaring yang menyerupaipiramida, ditandaiolehikatan personal antar-individu yang berbeda status, denganklienbergantungpada patron
Model Patrimonial • Dalam model patrimonial, politiktidakditandaiolehpertentanganmengenaisubstansiisukebijakan, melainkanperainganuntukmemperolehimbalandankeuntungan; • Kepentinganmasyarakatditekan. Pendeknya, negaratidakresponsifterhadapkepentingan-kepentinganatautekanan-tekanandi/dariluar;
The Bureaucratic Polity • Elite birokratikdapatleluasamenentukankebijakantanpaterkendalaolehkepentingan-kepentinganmasyarakat; • Bureaucratic polity mengandungbanyakkarakteristik patrimonial, pemimpinpolitikmembagi-bagikanhadiahuntukkalangan elite demimempertahankanposisinya; • Denganpenekananpadaeksklusidanhubungan interpersonal, kedua model inisesungguhnyaserumpundansalingbergandengantangan
Menjadi ‘mainstream’ approach • Banyakpenulismenginterpretasipolitik Indonesia dariperspektifini: Karl D. Jackson, Harold Crouch, John Girling, Ruth McVey, Jamie Mackie … Merekamenggunakanistilahberbedatetapimenekankansubstansi yang sama; • Karl Jackson,¹ menggambarkanpartisipasidalamperumusankebijakanmerupakanwilayaheksklusifpejabat-pejabat senior, militerdansipil: “sepertipulaukecil yang terpisahdarilautansosial …” ¹”Bureaucratic Polity: A Theoretical Framework for the Analysis of Power and Communication in Indonesia” dalam ….
Karl D. Jackson … • Menurut Karl Jackson, yang membedakan bureaucratic polity dari model lain adalahtingkatansejauhmanapengaruhterhadapprosespembuatankeputusandibatasipada elite negara; • Kesempatanpartisipasibagikepentingandiluar elite negarahanyapadatahapanimplementasikebijakan, itu pun umumnyahanyapenyesuaian-penyesuaiankecilpadatingkatlokal; • Adaelemen patrimonial: persaingan elite negaradisatukanmelaluijejaring personal patron-klien.
Harold Crouch* • Crouch menerapkan model patrimonial denganmenekankanpolitik intra-elite (semacampolitikistana), bukanpadapersainganantar-faksitentangsubstansikebijakan, melainkanpadapembagiankesempatan material danjabatan. Inherendalam model iniadaketegangandenganpembangunanekonomi yang akanmenghasilkanregularisasidanrasionalisasisistempolitik. *”Patrimonialism and Military Rule in Indonesia” World Politics, vol. 31 no. 4
Harold Crouch* • Kemudian Crouch mempertanyakanpentingnyakalanganbisnisselakukekuatanpolitikdi Indonesia. Menurut Crouch, responsivitasnegaraterhadapkepentinganbisnisterjadidiataslandasan patrimonial, pejabat-pejabat senior secara individual menyediakankonsesikeklienorangbisnis. Sedikitkalanganbisnissecara individual menikmatikepuasan, bukankeseluruhankelasbisnis. Kalanganbisnis yang didominasietnis China dibatasipengaruhpolitiknya. *”The Missing Bourgeoisie: Approaches to Indonesia’s New Order” …
Esensi bureaucratic polity-patrimonialism • Semuapenulismempertanyakanhubungannegaradanmasyarakatdanmonopolisasipengaruhataspembentukankebijakanolehpejabatnegara senior; • Kesimpulanmerekaserupa: hanyasedikitruangbagi yang diluarstrukturnegarauntukmemengaruhikebijakan; • Bedanyadenganpendekatan ‘state-qua-state” Anderson: merekatakmelihatnegarasebagaiaktorkorporat yang koheren, mengejarkepentinganobyektifmerekasendiri.
Esensi bureaucratic polity-patrimonialism • Lebihdarisekadaraktor, negaralebihdipahamisebagaisebuah arena, dimanakelompok-kelompok elite salingbersaingsatusama lain; • Tetapi, keduanyamenekankaneksklusi (penyingkiran) kepentingan-kepentinganmasyarakatdariproses-prosespembentukankebijakannegara.
Bureaucratic Pluralism • Istilah ‘bureaucratic pluralism’ diperkenalkanoleh Donald Emmerson.‡ Iaberusahamemberialternatifantara Ben Anderson yang menekankanwatakmonistiknegara, dangambaran bureaucratic-policy yang menekankanpersainganantarkelompok patrimonial semata-matademijabatan; • Politikpadatingkatnasionalsekaliguslebihteraturdanlebihpluralistik; • Dalambingkaikeamanan regime (bisa) terjadiperdebatanseriusantar-agen-agenbirokrasiuntukmemutuskankebijakanpembangunan industrial ‡”Understanding the New Order: Bureaucratic Pluralism in Indonesia” …
Bureaucratic Pluralism • Jadi, pertama, negaraternyatalebihpluralistikdibanding yang digambarkan Ben Anderson. Dan, kedua, kompetisipolitikternyatabukansemata-mataberebutkeuntunganpribadiantar-kelompokklien, tetapijugaberdebattentangkebijakansubstantif yang penting; • FokusEmmersonpadakarakter internal dansifatnegaraitusendiri. Diatakmengklaimadanya input pluralistikdariluaraparaturnegara. Sementaranegaraterisolasidantakresponsif, ternyataadapluralitasbukansajakepentingan, tapijugaorientasikebijakandalamnegara.
Bureaucratic-Authoritarianism • Menurut Dwight King, Indonesia lebihbaikdimengertisebagai ‘bureaucratic-authoritarian regime’.† KonsepinimunculdariAmerika Latin, 1960an-1970an, ketikademokrasikolapdigantikanpenguasamiliter; • Terjadipergeseran dramatis kearahrepresipolitikdankonsentrasikekuasaanketangan elite militerdanbirokrasi – untukmenyingkirkankelompok-kelompokmasyarakat, khususnyasektorpopuler †”Indonesia’s New Order as a Bureaucratic Polity, a Neopatrimonial Regime or Bureaucratic Authoritarian Regime: What Difference Does It Make?” …
Bureaucratic-Authoritarianism • Regime birokratikotoritermunculterkaitkomitmenuntukreformasidanpembangunanekonomidenganparateknokratspesialissebagaipengarahkebijakanekonomi; • MenurutO’Donnel, adakaitankausalantaratransformasipolitikdanpergeseranekonomidariindustrialisasisubstitusi-imporkependalaman industrial; • OrdeBarubisadipahamidalamperspektifinidenganstrategikorporatisuntukmengelolaperwakilankepentingan
NEO-LIBERALISME • Homo Economicus [ekonomi motif tunggal hubungan antarmanusia] • Free Capital Movement • Advertisment • Brand • Logo • Labeling • Newly-made • Rules • WTO • GATTS • TRIPs • TRIMs APA Praktik Bisnis Trans-nasional BAGAIMANA Konsumerisme/ Ideologi GLOBALISASI SIAPA Perusahaan Trans-nasional World Bank, IMF, IFIs, MDBs Market Power • Deregulasi • Liberalisasi • Privatisasi • Gaya Hidup Global • Identitas Global • Kultur Global Provision of Public Needs— Our Shared Life Kebijakan Publik Pilihan Individual State Power Community Power