E N D
Orde Baru berlangsung selama 33 tahun. Pada momen jatuhnya Orde Baru periode tersebut sudah memakan hampir 60% dari sejarah Indonesia Merdeka dan 65% dari sejarah Indonesia sejak berakhirnya revolusi fisik dan diselenggarakan sebuah negara Indonesia (Indonesian state) yang stabil memerintah hamper seluruh wilayah Indonesia. Dan selama Orde Baru kekuasaan negara (state power) sangat kuat dan berhasil membalikkan arus sejarah Indonesia yang berkembang sebelumnya dalam segala hal. Indonesia peiode 1998-2011 merupakan periode menghadapi warisan 33 tahun kekuasaan hampir totaliter dari Orde Baru. Periode pasca-orde baru belum melahirkan arus baru.
Oleh karena itu penting sekali untuk disadari bahwa Orde Baru memiliki sejarahnya sendiri juga. Indonesia selama Orde Baru mengalami banyak sekali perubahan – meski ada juga yang tidak berubah. Bahkan, menurut pendapat saya, kontra-revolusi Orde Baru 1965-79 sedemikian total membalikkan arus sejarah Indonesia yang sebelumnya bahwa yang terjadi ialah terciptakan sebuah Indonesia II yang berlawanan dengan ciri-ciri khasnya daripada Indonesia yang dilahirkan oleh periode 1890-1965. Sejarahwan, dan semua yang berminat akan sejarah, harus mulai membangun pengertian dan analisa-anilisa tentang sejarah Orde Baru dalam segala aspeknya.
Pada bulan Oktober, misalnya, setiap tahun ada diskusi-diskusi tentang Sumpah Pemuda tetapi Petisi 24 Oktober 1973 hampir tak pernah didiskusikan padahal dokumen ini sangat penting dalam sejarah Indonesia. Dokumen ini dicetuskan di kuburan Kalibata tahun 1973. Petisinya berbunyi:Kami pemuda-pemudi Indonesia, milik dan pemilik nusa dan bangsa tercinta, dari tempat terbaringnya kusuma-kusuma bangsa yang telah memberikan milik mereka yang paling berharga bagi kemerdekaan dan kekayaan bangsa Indonesia, menyatakan kecemasan kami atas kecenderungan keadaan ini yang menjurus kepada keadaan yang makin jauh dari apa yang menjadi harapan dan cita-cita seluruh bangsa.
Dokumen bersejarah ini menandai pengawalan dari proses jatuhnya Suharto yang berkepanjangan itu – 1973-1998. Tetapi selama ini memang terasa kurang ada kepekaan bahwa Orde Baru memiliki sejarah berdiri, berkonsolidasi, dan jatuh dan bahwa opposisi dan perlawanan terhadapnya juga ada sejarahnya. Dan jelas bahwa gerakan yang melahirkan Petisi 24 Oktober 1973 adalah permulaan daripada perlawanan yang juga berkembang terus, meskipun lewat pasang surut dan pasang surut ini juga merupakan bahan sejarah.