200 likes | 1.07k Views
Pemrograman Kuadratik ( Quadratic Programming ). Teknik Optimasi Semester Ganjil 2013/2014. Adalah permasalahan optimasi dengan fungsi tujuan berderajat 2, dan fungsi linier sebagai kendala Syarat Kuhn Tucker diterapkan pada permasalahan tersebut
E N D
Pemrograman Kuadratik (Quadratic Programming) Teknik Optimasi Semester Ganjil 2013/2014 Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
Adalah permasalahan optimasi dengan fungsi tujuan berderajat 2, dan fungsi linier sebagai kendala • Syarat Kuhn Tucker diterapkan pada permasalahan tersebut • Syarat Kuhn Tucker menjadi pemrograman linier yang dapat diselesaikan dengan algoritma simpleks dengan modifikasi Metode Wolfe. Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
Derajat suatu Fungsi • Fungsi berikut ini: • Mempunyai derajat: • Contoh berderajat 3 Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
Contoh: • Berikut ini adalah permasalahan Pemrograman Kuadratik • Solusi dari Pemrograman Kuadratik adalah titik yang memenuhi: • Syarat Kuhn Tucker pertama • Kendala dalam bentuk normal • Complementary Slackness Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
Metode Wolfe • Algoritma Simpleks serupa dengan fase kedua metode dua fase digunakan untuk mencari solusinya • Syarat tsb semuanya linier. Penambahan artificial variable untuk memperoleh bentuk kanonik bagi solusi dasar • Pemrograman linier (LP) yang meminimumkan jumlah artificial variable • Syarat: solusi harus memenuhi sifat complementary slackness Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
LP diselesaikan dengan metode simpleks • Solusi ditentukan dengan syarat complementary slackness terpenuhi Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
Tableau Awal • Dengan operasi baris elementer untuk mendapatkan bentuk kanonik: • Baris 0 baru = Baris 0 lama + baris 1 lama + baris 2 lama +baris 4 lama Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
BV: • W=8, a1=1, a2=1, s1’=3, a2’=6 • Lakukan algoritma simpleks seperti biasa. • Variabel yang berpasangan di complementary slackness tidak boleh sebagai BV pada saat yang bersamaan Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
BV tersebut tidak melanggar asumsi complementary slackness • Lanjut iterasi berikutnya, yang memilih x1 untuk menggantikan a2’ • Diperbolehkan karena e1 NBV • BV: W=6, a1=3/2, x2=1/2, s1’=5/2, a2’=9/2 Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
BV: W=6/7, a1=6/7, x2=8/7, s1’=4/7, x1=9/7 • BV tersebut tidak melanggar asumsi complementary slackness • Lanjut iterasi berikutnya, yang memilih e2’ untuk menggantikan s1’ • Diperbolehkan karena λ2 NBV Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
BV: W=2/3, a1=2/3, x2=4/3, e2’=4/3, x1=5/3 • BV tersebut tidak melanggar asumsi complementary slackness • Lanjut iterasi berikutnya, yang memilih λ1 untuk menggantikan a1. • Pemilihan tsb diperbolehkan karena s1’ NBV Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc
BV: W=0, λ1=2/5, x2=6/5, e2’=6/5, x1=9/5 • BV tersebut tidak melanggar asumsi complementary slackness • Sudah merupakan solusi optimal karena pada baris nol sudah tidak ada lagi yang dapat digunakan untuk menurunkan nilai W(koefisien baris nol semua sudah ≤0) Dr. Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc