1.45k likes | 2.29k Views
DUNIA ADIKSI. Yayasan Harapan Permata Hati Kita Addiction Treatment & Recovery Community Center Villa Pandawa YAKITA Jl. Ciasin No. 21 – Desa Bendungan – Ciawi - Bogor – Jawa Barat Tel. (0251) 243 059 – 243 077 yakita@cbn.net.id yakita-managers@yahoogroups.com www.yakita.or.id.
E N D
DUNIA ADIKSI Yayasan Harapan Permata Hati Kita Addiction Treatment & Recovery Community Center Villa Pandawa YAKITA Jl. Ciasin No. 21 – Desa Bendungan – Ciawi - Bogor – Jawa Barat Tel. (0251) 243 059 – 243 077 yakita@cbn.net.id yakita-managers@yahoogroups.com www.yakita.or.id Paledang, Februari 2009
+ + SUPPLY REDUCTION DEMAND REDUCTION RISK & HARM REDUCTION Kontinum Intervensi :Melihat Ke Arah Strategi Nasional Komprehensif MASALAH BELUM ADA MASALAH BANYAK MASALAH MULAI ADA Tahap 2 Intervensi Awal Dan Langsung Faktor Waktu Dan peningkatan masalah Tahap 1 Intervensi Dini Tahap 3 Intervensi Lanjut ------ MASALAH KESEDIAAN NARKOTIKA ITU SENDIRI ----- Kebijakan & Advokasi Penegakan Hukum terpercaya Pencegahan banyaknya Supplai Program Pencegahan Masyarakat Program KIE untuk Umum Program Penjara Program Paska Penjara Pencegahan Residivisme Program Jaga Lingkungan Intervensi Masyarakat Perlindungan Saksi Proses Hukum terpercaya ------ PLUS MANAGEMEN KASUS PENYALAHGUNAAN DAN ADIKSI NARKOTIK ----- Klinik & Pusat Perawatan Pusat Rehabilitasi Pusat Pemulihan Program Re-entry & Halfway Intervensi Krisis TC & Self Support Terapi dan Konseling Shelter dan perlindungan Paska rawat (Aftercare) Relapse & Pencegahan Relapse Program Kerja Program Vokasional Program Ekonomi KIE tentang narkotik KIE bagi yang beresiko Hotline informasi Program sebaya untuk mencegah Kebijakan & Advokasi Program Konseling Hotline Bantuan Awal (termasuk keluarga) Drop In Center Program sekolah & Sidak Identifikasi Kasus (urine test) ------ PLUS MASALAH BERKAITAN DG NARKOTIK MIS. HIV/AIDS, HEPATITIS ---- Perawatan Klinik Rumah Sakit Konseling Keluarga & Individu Hospice Keluarga setelahnya KIE tentang bahaya Kebijakan yang mendukung Program Penurunan Resiko Pencegahan infeksi pada pecandu Testing & Konseling Notifikasi Pasangan Konseling Penjangkauan masyarakat Harm Reduction Pendekatan perlu holistik & multidisipliner Ctt: Semua sudah dimulai YAKITA
Warisan Nenek Moyang? Indonesia: Pengolah Opium, Eksportir koka Asli warisan nenek moyang, alkohol lokal: saguer, tuak, arak, sopi
Definisi • USER = Pemakai • ditandai dengan pemakaian sekali-sekali, coba-coba, tanpa masalah berarti. Semua aspek kehidupan normal-normal saja. • ABUSER = Penyalahguna • ditandai dengan pemakaian agak bermasalah, menggunakan cukup rutin. Sebagian aspek kehidupan mulai/amat terganggu. • ADDICT = Pecandu • ditandai dengan pemakaian bermasalah, menggunakan sangat rutin hingga setiap hari. Segala aspek kehidupan rusak. Seolah mereka hidup untuk pakaw dan pakawuntuk hidup.
masalah meningkat dengan waktu hanya ada masalah saja senang-senang tetapi masalah mulai muncul senang-senang USER ABUSER ADDICT
Pikiran obsesif Coba-coba menyalahgunakan kecanduan Ketergantungan fisik Toleransi meningkat Perilaku Kompulsif yang Bermasalah Gejala Putus Zat bila tak memakai - sakaw Ketergantungan psikologis Krakaw untuk pakaw
Obsesi dan Penyempitan Minat IBADAH OLAHRAGA MAKANAN KELUARGA HOBBY TEMAN KERJA SEKOLAH SAHABAT ALCOHOL ORGANISASI PACAR USER = Pemakai
Obsesi dan Penyempitan Minat IBADAH OLAHRAGA MAKANAN KELUARGA DRUGS TEMAN KERJA SEKOLAH SAHABAT ALCOHOL ORGANISASI PACAR USER = Pemakai
Obsesi dan Penyempitan Minat DRUGS OLAHRAGA MAKANAN KELUARGA DRUGS TEMAN KERJA SEKOLAH SAHABAT ALCOHOL DRUGS PACAR • ABUSER = Penyalahguna
Obsesi dan Penyempitan Minat Pikiran obsesif DRUGS DRUGS DRUGS DRUGS DRUGS DRUGS DRUGS DRUGS DRUGS ALCOHOL DRUGS DRUGS Perilaku Kompulsif yang Bermasalah ADDICT = Pecandu
Adiksi menyebabkan Perpecahan Kepribadian PRA DRUGS PASKA DRUGS OLD SELF NEW JUNKIE SELF
Telur Adiksi: Dunia Pecandu Ini paket kehidupan seorang pecandu: NAZA HIV/AIDS/HCV SEKS, IMS … UANG KRIMINALITAS KEKERASAN
Pola Pikir Pecandu • Preokupasi pada drugs / alkohol dan kehidupan di sekitar memakai drugs, cara memperoleh drugs dan lingkungan serta budaya drugs / alkohol • Hidup untuk pakaw & pakaw untuk hidup • Pembenaran diri (merasionalisir pemakaian) • Menyalahkan orang lain • Apapun demi memakai • Penyangkalan masalah ketergantungan • Merasa bersalah sehingga mudah terpancing emosi.
Pola Pikir & KejatuhanJellinek Curve Peningkatan toleransi terhadap drugs / alkohol Meningkatnya ketergantungan Tahap Dini Lupaan / blackouts Preokupasi dgn drugs / alkohol Hilang kendali Upaya mengendalikan selalu gagal Selalu merasa bersalah Tahap Menengah Hilangnya minat pd hal lain Hindari teman / keluarga Deteriorasi fisik Pola pikir cacat Masalah dengan uang / sekolah Tahap Lanjut Mengaku kalah thdp drugs Pemakaian obsesif
Siklus Adiksi Untuk berhenti, orang perlu benar-benar menyadari dampak negatif pemakaian narkoba terhadap dirinya secara pribadi. Siklus pakai dan relapse: Mulai pakai drugs Dampak negatif karena pakaw menggiring orang ke: niatan untuk mengendali-kan pema-kaian, yang menyebab-kan …. Lingkaran makin besar dan berputar kian cepat Denial dan sikap defen-sif lainnya, sehingga pakaw terus, berakibat pd: Kegagalan untuk mengendalikan pemakaian, yang akibatnya
THE CAGE TEST Kapan Tahu Seseorang Kecanduan? CUT DOWN: JUMLAH – merasakan diri perlu mengurangi pemakaian narkoba. Mulai merasa bahwa masalahnya ada kaitannya dengan narkoba yang dipakainya. ANNOYED: JENGKEL – merasa jengkel kalau pemakaian narkobanya disinggung orang. GUILT FEELINGS: BERSALAH – merasa bersalah mengenai pemakaian narkoba, dan rasa senang mulai berkurang. EYE OPENER: BUKA MATA – memakai narkoba pilihannya di pagi hari setelah bangun.
Pola Pikir & Kebangkitan menuju KepulihanJellinek Curve Menghargai nilai spiritual Pencerahan & jalan hidup menarik terbuka ke arah pencerahan yang lebih tinggi lagi dari sebelumnya Peningkatan kendali emosional Menghargai nilai2 yang riel Rehabilitation Kembalinya self-esteem Pemikiran realistis Tumbuhnya harapan baru Menurunnya rasa bersalah Berhenti memakai drugs / alkohol Bertemu mereka yang bersih dari drugs / alkohol dan hidup baik
Disaster Phase Conditioning yang Kuat OVERPOWERING • Triggers • Emosi apapun • Hari • Malam • Kerja • Tidak Kerja • Artinya, apapun bisa jadi dalih atau alasan untuk pakai drugs / alkohol • Respons • Pikiran Obsesif tentang Narkoba • Respons otomatis • Ketergantungan fisik yang Kuat • Penggunaan otomatis
Masalah Lainnya Yang Dapat Mengganggu Pola Pikir Pecandu • Penggunaan narkoba mempengaruhi cara kerja otak sehingga pola pikir menjadi cacat atau patologis. • Penggunaan dapat merusak pola kerja otak secara fisik • Kerusakan otak permanen terjadi pada 1 dari 25 pecandu • Seringkali ‘orang normal’ tidak menyadari kerusakan yang terjadi pada ‘pecandu’ dan mengharapkan mereka berpikir ‘waras’ • Gangguan kepribadian bawaan (terutama cluster B) terjadi pada lebih dari 60% pecandu.
GANGGUAN KEPRIBADIAN CLUSTER A • Paranoid: curigaan, tidak percayaan pada orang; kecenderungan melihat diri tidak bisa dipersalahkan; berjaga-jaga melawan serangan yang dipersepsikannya diperoleh dari orang lain. • Schizoid: hubungan sosial yang teramat sulit; ketidakmampuan atau kurangnya hasrat untuk membentuk kedekatan dengan orang lain. • Schizotypal:pola pikiran yang aneh; keanehan dalam persepsi dan pembicaraan yang menganggu interaksi sosial dan komunikasi mereka dengan orang lain
GANGGUAN KEPRIBADIAN CLUSTER B • Histrionic: mendramatisir diri; terlalu berlebihan memperhatikan penampilan; kecenderungan untuk gampang marah dan meledak bila hasratnya memperoleh perhatian orang tidak tercapai • Narcissistic: waham kebesaran; preokupasi dengan cara menarik perhatian orang; mempromosikan diri di tiap kesempatan; kurang empatik; kemarahan luar biasa bila frustrasi • Antisocial: kurangnya pengembangan moral atau etis, ketidakmampuan mengikuti model perilaku yang diharapkan norma; tidak jujur dan licik; manipulasi orang lain tanpa adanya rasa malu atau bersalah; sejarah adanya perilaku bermasalah ketika masih kecil • Borderline: impulsif, kemarahan yang tak pada tempatnya, pertukaran mood yang drastis dari saat ke saat; perasaan bosan yang kronik/berulang terus; upaya untuk menyakiti diri atau bunuh diri.
GANGGUAN KEPRIBADIAN CLUSTER C • Avoidant: orang dengan kepribadian menghindar, mempunyai hipersensitivitas pada penolakan atau derogasi sosial; malu luar biasa; tidak aman dalam hubungan sosial mereka dan tidak nyaman dalam memulai hubungan dengan orang lain. • Dependent: kesulitan memisahkan diri dalam hubungan dengan orang lain; tidak nyaman berada sendirian; menekan kebutuhan pribadi agar orang lain tetap terlibat dalam hubungan dengan mereka; plin-plan. • Obsessive-compulsive: keprihatinan dan perhatian berlebihan dengan kedisiplinan, aturan dan detail-detail yang kecil; perfeksionis; kurang punya kemampuan untuk menunjukkan sikap ekspresif dan kehangatan; kesulitan untuk rileks dan untuk bersenang-senang. • Passive-aggressive: kurang kemampuan untuk bersikap asertif sehingga ditunjukkan dengan cara yang hostile tidak langsung, misalnya mengulur-ngulur kerjaan, melupakan secara sengaja, kekeraskepalaan.
Thinking Brain Judgement Brain Instinctual Brain Pleasure Brain
SCANS Alcohol 25 yrs Cocaine 2 yrs Normal Marijuana 12 yrs
Junkie Game • Berbohong dan mencuri (untuk bisa memakai narkoba) atau Menghalalkan segala cara untuk pakai narkoba • Mencari-cari alasan ataupun dalih (merasionalisasi pemakaian) • Menset up diri sendiri secara sadar ataupun tidak untuk kambuh dan pakai kembali • Memainkan peran seolah sebagai ‘korban’, menyalahkan orang lain di sekitarnya, membuat orang merasa bersalah dibandingkan melihat kegagalan pribadi (ini umumnya dilakukan karena adanya guilt)
Helper / Enabler • Membantu pecandu membutuhkan pemahaman mengenai adiksi • Orang yang suka membantu seringkali menjadi ‘Enabler’ tanpa disadarinya (bedakan empati vs simpati) • Enabler seringkali adalah seorang codependent • Enabler mudah termakan Junkie Games
Dasar Membantu Pecandu • Memahami ‘isme’ adiksi • Memahami ‘bahasa junkie’ – bahasa yang menunjukkan pemahaman mendasar mengenai kehidupan ‘isme’ pecandu dan ‘hati’ pecandu. • Memahami adiksi sebagai penyakit yang progresi penyakitnya bisa ditahan. • Memahami perlunya sikap tegas dalam menghadapi pecandu mengurangi co-dependency dan menunjukkan cinta keras
Jangan menceramahi, memoralisir, memarahi, menyalahkan, mengancam atau berdebat dengan pecandu dalam kondisi mabuk maupun waras, membuang Drugs-nya, naik pitam, atau menutup-nutupi konsekuensi penggunaannya dengan melindunginya. Anda sendiri mungkin akan merasa lebih baik saat itu, tetapi kondisi si pecandu akan menjadi lebih parah. • Jangan naik pitam dan karenanya merusak diri Anda sendiri dan kesempatan apapun untuk memberikan bantuan. Nilai diri Anda rusak bila Anda hilang kendali diri • Jangan membiarkan kecemasan Anda mendorong Anda untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan si Pecandu sendiri untuk dirinya sendiri. • Jangan percaya pada janji-janji, karena ini cuma metode mereka untuk menunda rasa sakit. Dengan cara sama, jangan berubah-ubah janji dan kesepakatan. Bila kesepakatan sudah diambil, jalankan tanpa bergeming.
Jangan membiarkan si pecandu berbohong kepada Anda dan menerimanya sebagai kenyataan, karena dengan melakukan hal tersebut, Anda membuatnya melakukan hal yang sama di kemudian hari. Kenyataan seringkali menyakitkan, tetapi hadapilah. Jangan marah pada realita. • Jangan membiarkan si pecandu membodohi Anda, karena ini mengajarkannya untuk menghindari semua tanggung jawab dan ia akan kehilangan rasa hormat kepada Anda pada saat yang sama. • Jangan membiarkan si pecandu mengeksploitasi Anda atau memanfaatkan Anda, karena dengan melakukan hal tersebut, Anda menjadi kaki tangannya dalam menghindari tanggung jawab dan menyuburkan adiksinya
Jangan menunda-nunda saat menghadapi kenyataan bahwa adiksi adalah penyakit yang akan terus berkembang yang akan menjadi semakin parah dengan semakin lamanya penggunaan. Belajarlah sekarang, untuk memahami dan merencanakan penyembuhan. Untuk berpangku tangan adalah pilihan terburuk yang dapat Anda ambil. • Jangan terpancing untuk marah. Secara sadar maupun tidak, pecandu memproyeksikan rasa benci diri sendiri kepada orang lain. Jika hal ini dihadapkan kepada serangan penuh kemarahan dan kebencian, maka ini menjadi bukti bagi si pecandu - dan ia seolah dapat alasan merasionalisasi penyalahgunaan drugs-nya di masa lalu dan menemukan alasan untuk terus menggunakan. • Jangan terpancing untuk merasa cemas. Si pecandu tak akan pernah belajar menyelesaikan masalah secara bertanggung jawab bila kecemasan keluarga mendorong keluarga menyelesaikan masalah sebelum si pecandu dapat menghadapinya dan menyelesaikannya, atau merasakan konsekuensinya.
Untuk dapat menunjukkan cinta keras, yang dibutuhkan adalah mengurangi ko-dependensi yang ada dalam diri dia yang ‘membantu’ si pecandu. • Orangtua dan teman, seringkali co-dependen dan akhirnya menjadi enabler– memungkinkan si pecandu untuk meneruskan perilaku destruktifnya. • Harus dapat mengurangi co-dependency bila ingin membantu seorang pecandu.
Apakah Co-Dependency? • Co-dependency adalah perilaku yang dipelajari yang dapat diwariskan dari generasi ke generasi, atau bisa menjadi warisan budaya • Co-dependency adalah kondisi emosional dan perilaku yang mempengaruhi secara negatif kemampuan individu untuk mempunyai hubungan yang sehat dan memuaskan. Seringkali disebut juga sebagai ‘adiksi terhadap relationship’ dimana orang dengan co-dependency akan membentuk hubungan yang satu pihak, destruktif bagi dirinya sendiri secara emosional. • Co-dependency baru diperkenalkan sebagai konsep 10 tahun yang lalu sebagai hasil penelitian terhadap hubungan dalam keluarga pecandu alkohol. • Co-dependent adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan gangguan pada orang yang hidup dengan pecandu (affected), namun kini diperluas untuk mencakup siapapun yang tumbuh dalam keluarga yang disfungsional.
Co-Dependency & Budaya Bungkam • Dalam keluarga yang tidak bisa atau tidak dapat membahas adanya permasalahan, co-dependency tumbuh subur. Kalau ada masalah, mereka tidak akan mengkonfrontasinya. Sebagai hasilnya, semua belajar untuk menekan perasaan emosi dan mengesampingkan kebutuhan dan hasrat pribadi. • Dalam keluarga yang menekan perasaan, anggota keluarga menjadi “survivors.” Mereka mengembangkan perilaku yang membantu mereka menyangkal, mencuwekkan, menghindari emosi yang sulit. Mereka tidak bicarakan masalah, tidak sentuh masalah, tidak konfrontasi, belajar mematikan perasaan, tidak percayaan. Emosi keluarga biasanya ditahan agar tidak meledak dan semua ditampilkan baik di luar kepada orang lain agar tidak memalukan sangat tipikal di Indonesia ? • Perempuan yang dibesarkan untuk manis dan tidak menimbulkan masalah, tidak konfrontatif, tidak menunjukkan emosi, mengesampingkan kebutuhan pribadi dan mengutamakan kebutuhan orang lain menjadi co-dependent demikiankah keadaannya di Indonesia?
Aturan dalam rumah tangga yang menimbulkan co-dependency: • Kalau tidak bisa mengatakan sesuatu yang bagus, jangan ngomong – karena lidah tak bertulang • Jangan tunjukkan pada orang kalau kamu sedang ada masalah. Jangan sampai orang lain tahu kalau kamu sedang ada masalah • Jangan menyusahkan orang lain, simpan masalah sendiri dan tak perlu minta bantuan. Atasi sendiri • Jangan obral perasaan; jaga perasaan kamu buat diri sendiri • Komunikasi yang terbaik adalah kalau tidak langsung; nanti salah tangkap • Jadilah orang yang baik, benar, sempurna, kuat • Buat kami bangga! Capai sesuatu yang lebih dari kemampuan realistis kamu! Kamu pasti bisa! • Jangan mementingkan diri sendiri. Utamakan orang lain. • Jangan ikuti apa yang aku lakukan, lakukan apa yang aku katakan • Jangan main-main, tidak dewasa. Harus serius. • Jangan goyangkan perahu, jangan timbulkan masalah. • Jadilah wanita yang baik, cantik, manis dan mengurus suami dan anak dengan baik
Bagaimana Perilaku Codependent? • Percaya diri rendah dan mencari hal di luar diri mereka untuk merasa lebih baik akan dirinya sendiri. Mereka sulit untuk bisa bertindak ‘lepas’. Beberapa mencoba membuat diri merasa lebih enak dengan alkohol, drugs dan obat-obatan, dan beberapa mengembangkan perilaku kompulsif seperti workaholism, berjudi, or aktivitas seksual dengan berganti-ganti pasangan. • Niatan mereka baik. Mereka berusaha mengurus orang lain, namun perilaku mereka cenderung kompulsif (reseh) dan menghancurkan diri sendiri. Atau, menimbulkan kebencian orang lain kepada dirinya dan orang hilang respek terhadap mereka justru sebaliknya dari apa yang mereka harapkan. • Mereka cenderung mengambil peran sebagai ‘martir’. Istri akan menutupi kebohongan suami atau ibu akan membuat alasan dan dalih untuk melindungi anaknya, atau melakukan apapun untuk melepaskan anak dan suami dari masalah • Melepaskan anak dan suami dari masalah, membuat mereka bangga sekaligus getir dalam pengorbanannya, berharap si pecandu akan berterima kasih pada mereka
Bagaimana Perilaku Codependent? • Masalahnya, upaya menyelamatkan dengan cara ini akan membuat si pecandu keterusan dan menjadi makin tergantung pada ‘kepengurusan’ si co-dependent dan makin tidak bertanggung jawab • Meningkatnya ketergantungan si pecandu, si codependent makin merasa dibutuhkan dan merasa ”puas’ karena dibutuhkan. Saat mengurus ini menjadi kian kompulsif, ia jadi tidak berdaya dan tidak mampu menarik diri dari hubungan tersebut. • Codependent melihat diri mereka sebagai korban dan mereka sebetulnya tertarik pada kelemahan orang lain. Semakin lemah, semakin mereka bisa ‘berfungsi’ membereskan orang lain dan jadi ‘pengurus’. Mereka menjadi magnet orang-orang yang cenderung memanfaatkan mereka.
Karakteristik Orang Co-Dependen • Perasaan bertanggung jawab berlebihan atas tindakan orang lain. • Kecenderungan untuk rancu antara cinta dan iba, dengan kecenderungan untuk ‘mencintai’ orang yang dapat mereka kasihani dan selamatkan • Kecenderungan untuk melakukan lebih dari apa yang layaknya, setiap saat • Cenderung sakit hati kalau orang tidak ‘melihat’ upaya mereka • Ketergantungan tak sehat pada hubungan dengan orang lain. Seorang co-dependen akan melakukan apapun untuk mempertahankan hubungan, menghindari perasaan ditinggalkan. • Kebutuhan ekstrim untuk approval dan rekognisi • Merasa bersalah kalau tegas • Kebutuhan teramat kuat untuk mengendalikan orang lain, hasil ataupun kejadian • Kurang percaya pada diri sendiri dan/atau orang • Takut ditinggalkan atau takut akan kesendirian • Kesulitan mengidentifikasikan perasaannya • Manipulatif dan kerap menyalahkan orang lain • Kekakuan / kesulitan untuk berubah, keras kepala
Karakteristik Orang Co-Dependen • Masalah dengan keintiman / batasan • Kemarahan dan penuh kebencian kronis • Berbohong kronis / tidak jujur • Komunikasi dan ekspresi diri buruk • Kesulitan mengambil keputusan • Tidak percaya pada orang • Menghindari untuk melihat perasaan pribadi • Perfeksionis • Kesulitan untuk intim terbuka dengan orang • Perilaku menjadi pengurus orang • Terlalu waspada akan bahaya atau ancaman potensial • Penyakit fisik akibat stress • Orang Co-Dependent adalah orang yang ‘sakit’ karena adanya ‘orang sakit’ di lingkungan terdekatnya. Orang tertentu bisa mempunyai’ bakat lebih’ dibandingkan orang lain untuk menjadi co-dependent. • Orang Co-Dependent paling sering membuat terapis frustrasi karena kerap tak mampu mengubah diri namun teramat ingin mengendalikan orang lain. • Mereka kerap tak mampu melihat perilakunya yang destruktif
Cinta Co-Dependent • Cinta yang tampil dalam bentuk selalu menyelamatkan, melindungi dan akhirnya merusak, dari orangtua, pasangan, teman dan rekan kerja yang ko-dependen kepada orang yang bermasalah (misalnya, pecandu). • melindungi pecandu dari konsekuensi perilaku mereka, karenanya, mencegah pendewasaan mereka dan pembelajaran mereka untuk bertindak dan menjadi bertanggung jawab. • mengizinkan orang membuat anda menjadi keset kaki, dan karenanya, merusak kesempatan orang menghormati anda. • Memberikan batasan-batasan namun mengizinkan orang melanggar batasan tanpa konsekuensi yang bermakna, karenanya, mengajarkan mereka bahwa aturan anda tidak ada artinya. • Membiarkan diri melepas aturan/batasan setiap ada kesulitan, terutama kalau tampaknya anda akan dinilai, dikritik, atau tidak disayang karena anda tegas pada prinsip anda. • Cinta yang tidak ada kepedulian dan kasih sayang, karena menginginkan si pelanggar selalu tergantung. Pada pecandu dan co-dependent, disinilah letak letak permainan ketergantungan keduanya, baik si pecandu maupun si ‘korban’. • berfokus pada orang lain, dan mengalihkan perhatian dari kelemahan pribadi rajin gossip.
Anda Co-dependent? • Anda cenderung diam saja untuk menghindari argumentasi? • Cenderung khawatir akan apa yang dipikirkan orang tentang anda? • Pernah hidup serumah dengan orang yang punya masalah? • Pernah hidup serumah dengan orang yang mengecilkan diri anda, menghina anda atau menyakiti anda? • Apakah seringkali menilai atau merasa bahwa pendapat orang lain lebih penting dari pendapat anda sendiri? • Sulitkan anda menyesuaikan diri dengan perubahan di rumah atau di kantor? • Anda merasa dikesampingkan kalau orang yang anda sayangi menghabiskan waktu dengan teman-temannya? • Anda ragu bisa menjadi apa yang anda inginkan? • Anda tak nyaman menyatakan perasaan anda yang sesungguhnya? • Anda merasa tidak adekuat atau serba kurang dibanding orang lain? • Anda merasa seperti ‘orang jelek’ kalau anda melakukan kesalahan? • Anda sulit menerima pujian orang? • Anda merasa dipermalukan kalau anak atau pasangan melakukan kesalahan?
Anda Co-dependent? • Anda merasa bahwa orang-orang dalam kehidupan anda akan hancur bila anda tidak berupaya mendorong mereka? • Anda kerap berharap orang lain dapat membantu anda menyelesaikan banyak hal yang anda kerjakan? • Anda sulit berbicara dengan pihak berwenang, misalnya polisi atau atasan anda? • Anda bingung akan siapa diri anda sebetulnya dan kemana arah hidup anda sesungguhnya? • Anda sulit mengatakan tidak kalau dimintai bantuan? • Anda sulit / sungkan meminta bantuan orang lain? • Anda melakukan banyak hal tapi tidak tahu kenapa anda bisa demikian sibuk? Naga-naganya gue udah jadi bapak yang Co-Dep nih!
Bekerja dengan Keluarga • Orangtua di tahap awal adiksi, masih tidak tahu apa-apa. Bingung dengan perubahan anak • Di tahap menengah mulai mencari jalan keluar, berespons ekstrim, atau menjadi enabler dengan menyalahkan orang lain dan melindungi anak. Anak lain diabaikan dan tidak boleh menambah masalah. • Tahap Lanjut mulai menghindari masalah (gaya burung unta), menyalahkan si pecandu & diri sendiri, malu dan merasa bersalah (jadi terlalu peka). • Tahap terparah, terjadi perpecahan keluarga, internalisasi perasaan buruk, menyerah, tak berdaya, aturan keluarga menjadi tidak sehat. Si pecandu boleh melanggar aturan, sementara yang lain tidak boleh. Yang buruk direinforce, yang baik diabaikan.