E N D
Sesi 12 Analisis Jalur
Berdasarkan hasil perhitungan sumbangan efektif seperti yang terdapat dalam Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa 67,5% dari variasi perilaku berbahaya (y) dapat dijelaskan atau diprediksi melalui variasi variabel-variabel x, dengan rincian 29,7% melalui sikap terhadap keselamatan kerja (x4), 19,7% melalui iklim keselamatan kerja (x2), 14,1% melalui kesadaran terhadap bahaya (x3) dan 40% melalui sumber stress di tempat kerja (x1). Sedangkan sisanya yaitu 32,5% tidak dapat dijelaskan melalui keempat variabel bebas tersebut. Sebagian dari sisa ini mungkin dapat dijelaskan melalui variabel lain di luar keempat variabel yang diteliti dan sebagian lainnya merupakan variasi akibat kesalahan pengukuran. Secara keseluruhan, sisa ini disebut faktor kesalahan (error terms) atau varian yang takterjelaskan (unexplained variance). • Sedangkan untuk pembuktian hipotesis dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : • Hubungan antara sumber stress di tempat kerja dengan perilaku berbahaya. • Sumber stress ditempat kerja langsung yang signifikan (p51 = 0,21) dan memiliki sumbangan efektif sebesar 0,040 artinya bahwa proporsi varian perilaku berbahaya yang dapat dijelaskan oleh variabel sumber stress di tempat kerja hanya sebesar 40%. Meskipun hubungannya dengan perilaku berbahaya adalah hubungan yang langsung namun derajat hubungannya itu merupakan yang terendah bila dibandingkan dengan variabel-variabel lain yang sumbangan efektifnya lebih tinggi.
Hubungan antara iklim keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya • Iklim keselamatan kerja tidak memiliki pola hubungan langsung dengan perilaku berbahaya, namun memiliki 3 pola hubungan tidak langsung yang signifikan. Pertama, pola hubungan tidak langsung melalui variabel sikap terhadap keselamatan kerja (p54 p42 = -0,33) dengan sumbangan efektif sebesar 13,5%, kedua melalui dua variabel sekaligus yaitu kesadaran terhadap bahaya dan sikap terhadap keselamatan kerja (p54 p43 p32 = -0,08) dengan sumbangan efektif sebesar 3,3%, dan ketiga melalui kesadaran terhadap bahaya (p53 p32 = -0,07) dengan sumbangan efektif sebesar 2,9%. Dari ketiga pola hubungan tidak langsung antara iklim keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya tersebut dapat dilihat bahwa disamping memiliki sumbangan efektif paling tinggi yaitu 13,5%, sikap terhadap keselamatan kerja secara bersama-sama setelah melalui kesadaran terhadap bahaya juga memiliki sumbangan efektif sebesar 3,3% terhadap perilaku berbahaya, dan seperti diketahui bahwa sumbangan efektif dari variabel perantara kesadaran terhadap bahaya adalah lebih kecil dari padanya, yaitu 2,9%. Berdasarkan kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa meskipun tidak memiliki hubungan langsung dengan tebentuknya perilaku berbahaya akan tetapi setelah melalui variabel perantara kesadaran terhadap bahaya dan terutama variabel sikap terhadap keselamatan kerja, terlihat bahwa variabel iklim keselamatan kerja memiliki hubungan tidak langsung dengan terbentuknya perilaku berbahaya dengan sumbangan efektif terhadap perilaku berbahaya yang cukup tinggi, yaitu 19,7%.
Apabila dilihat dari perbandingan tinggi rendahnya sumbangan efektif yang terjadi dalam hubungan-hubungan tidak langsung antara variabel iklim keselamatan kerja dengan terbentuknya perilaku berbahaya yang terjadi setelah melalui variabel kesadaran terhadap bahaya dan sikap terhadap keselamatan kerja, dapat diketahui bahwa dari 19,7% sumbangan efektif keseluruhan iklim keselamatan kerja, mayoritas (13,5%) merupakan sumbangan efektif yang berasal dari sikap terhadap keselamatan kerja, 3,3% gabungan antara sikap terhadap keselamatan kerja dengan kesadaran terhadap bahaya dan sisanya sebesar 2,9% berasal dari kesadaran terhadap bahaya. Berdasarkan temuan ini dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap keselamatan kerja merupakan variabel perantara yang paling baik didalam menjembatani hubungan tidak langsung antara iklim keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya jika dibandingkan dengan variabel kesadaran terhadap bahaya.
Hubungan antara kesadaran terhadap bahaya dengan perilaku berbahaya. • Kesadaran terhadap bahaya memiliki pola hubungan langsung (p53 = -0,15) sekaligus tidak langsung (p54p43 = -0,17) yang signifikan dengan perilaku berbahaya. Sumbangan efektif untuk pola hubungan langsung sebesar 6,6% sedangkan pola hubungan tidak langsung melalui variabel sikap terhadap keselamatan kerja diperoleh sumbangan efektif sebesar 7,5%. Dari besarnya sumbangan efektif ini dapat disimpulkan bahwa kesadaran terhadap bahaya memiliki hubungan tidak langsung melalui sikap terhadap keselamatan kerja yang lebih kuat dengan perilaku berbahaya jika dibandingkan dengan pola hubungan langsungnya. Artinya bahwa hubungan antara kesadaran terhadap bahaya dengan perilaku berbahaya akan menjadi lebih kuat jika melalui sikap terhadap keselamatan kerja. Berdasarkan temuan ini maka dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap keselamatan kerja merupakan satu-satunya variabel dalam penelitian ini yang dapat menjadi variabel perantara yang dapat menjembatani hubungan tidak langsung antara variabel kesadaran terhadap bahaya dengan perilaku berbahaya.
Hubungan antara sikap terhadap keselamatan kerja dengan perilaku berbahaya Sikap terhadap keselamatan kerja tidak memiliki pola hubungan tidak langsung dengan perilaku berbahaya, namun memiliki pola hubungan langsung yang signifikan (p54 = -0,53) dan memiliki sumbangan efektif sebesar 0,297. Artinya proporsi varian perilaku berbahaya yang dapat dijelaskan atau diprediksi melalui variabel sikap terhadap keselamatan kerja adalah sebesar 29,7%. Sumbangan efektif sebesar itu merupakan sumbangan efektif yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sumbangan efektif yang dimiliki variabel-variabel lain. Sebagaimana terdapat dalam Tabel 4 besarnya sumbangan efektif pada pola hubungan langsung antara kesadaran terhadap bahaya dengan perilaku berbahaya sebesar 6,6% dan besarnya sumbangan efektif sumber stress di tempat kerja terhadap perilaku berbahaya sebesar 4,0%.