140 likes | 275 Views
Achmad Kasiyani Dewan Riset Daerah D.I. Yogyakarta. REKOMENDASI PENGEMBALIAN MATA PENCAHARIAN ( “LIVELIHOOD RECOVERY”) AKIBAT BENCANA MERAPI.
E N D
Achmad Kasiyani Dewan Riset Daerah D.I. Yogyakarta REKOMENDASI PENGEMBALIAN MATA PENCAHARIAN (“LIVELIHOOD RECOVERY”) AKIBAT BENCANA MERAPI
Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa letusan G.Merapi telah menghancurkan mata pencaharian, kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang bermukim di lereng Merapi Akibat erupsi sumber mata pencaharian utama penduduk telah hilang (loss) dan atau rusak (damage) sehingga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi mereka. Kerusakan adalah dampak langsung dari erupsi seperti terpapar awan panas, lava pijar dan atau lahar dingin yang menyebabkan asset yang dimiliki hilang (seperti tanaman rusak berat/mati, ternak mati, kandang dan peralatan rusak/hancur hingga tidak lagi dapat dimanfaatkan/ difungsikan kembali. Kerugian adalah dampak tidak langsung dari erupsi seperti menurunnya pendapatan masyarakat, akibat dari tanaman tidak lagi bisa berbuah, produktivitas tanaman dan ternak ( termasuk produksi susu dan peningkatan berat sapi) menurun, produksi susu yang hilang karena sapi terlantar, dan mutu hasil pertanian menurun karena tertutup oleh abu vulkanik. PENDAHULUAN
Usahatani tanaman pangan dan hortikultura • Mata pencaharian utama usahatani tanaman pangan masyarakat di kawasan erupsi didominasi oleh pembudidaya tanaman hortikultura antara lain kebun salak, usahatani campuran kebun pisang, alpukat, nangka, usahatani aneka sayuran dan buah buahan semusim serta tanaman hias. • Perkiraan kerugian dan kerusakan penduduk yang berusahatani di bidang tanaman pangan dan hortikultura mencapai Rp. 222,741,012,098 ( lebih duaratus dua puluh dua milyar) MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI BIDANG PERTANIAN
Budidaya peternakan • Mata pencaharaian utamapembudidaya peternakan masyarakat di kawasan erupsi didominasi oleh pemeliharaan sapi perah, kemudian diikuti oleh sapi potong dan kambing . Pembudidaya sapi perah dikawasan tersebut merupakan 85 – 90 % dari total pembudidaya sapi perah di DI Yogyakarta. • Dari 6.000 - 7.000 ekor sapi perah di DI Yogyakarta 5.800 – 6.500 ekor berada di kawasan lereng Merapi. 4.100 ekor berada di kawasan yang terkena bencana erupsi Merapi. • Perkiraan kerugian dan kerusakan penduduk yang berusahatani di pembudidayaan peternakan akibat bencana Merapi mencapai Rp. 51.555.625.000 ( lebih dari 51 milyar) Usahatani perkebunan dan kehutanan (agroforestry) • pekebun tanaman kopi yang dicampur dengan beberapa jenis tanaman kehutanan cepat tumbuh LANJUTAN
Lahan adalah lingkungan fisik ruangan permukaan bumi yang terdiri dari iklim (unsur pembentuk cuaca dan iklim), relief, tanah, air dan vegetasi serta benda buatan manusia Tanah adalah ruangan di permukaan bumi sebagai tempat yang kesehariannya dipergunakan untuk seluruh aktivitas manusia Di lapangan terlihat hamparan lahan yang tampak terbuka tanpa vegetasi atau bangunan lain . Vegetasi yang sebelumnya tumbuh diatas lahan , telah mati atau hancur akibat paparan awan panasdan material erupsi lain . KONDISI LAHAN PASCA ERUPSI
Terjadi kerusakan fisik lahan akibat erupsi G. Merapi. Selain terjadi kerusakan tanaman (semusim dan tahunan), ternak dan ikan mati. • Telah terjadi kerusakan pada iklim mikro dan makro akibat terbukanya lahan tanpa penutup vegetasi, sehingga akan sangat berpengaruh untuk pengembangan budidaya pertanian, dan berkurangnya sumber air • Laju aliran permukaan meningkat, akibatnya aliran air permukaan tak terkendali, bahaya erosi meningkat sehingga menyebabkan banjir dimana mana dalam bentuk banjir lahar dingin. • Lahan dengan tingkat kemiringan landai, agak curam sampai dengan sangat curam, ditambah semua permukaan telah terbuka, akan mempercepat penurunan kualitas kesuburan lahan yang telah terbentuk sebelumnya. • Curah hujan yang cukup tinggi di kawasan bencana mempercepat proses pemiskinan potensi kesuburan tanah LANJUTAN
Jenis tanaman yang memiliki umbi seperti keladi (yang bisa dimakan) dan tanaman yang berbonggol seperti pisang mampu bertahan hidup dan telahbertunas kembali. Meskipun batang telah rusak namun karena memiliki cadangan makanan yang disimpan di dalam umbi atau bonggolnya. • Jenis tanaman lain yang tahan terhadap paparan awan panas adalah jenis yang memiliki rhizoma seperti ganyong, garut dan jenis empon empon seperti kunyit, temulawak dllnya. • Jenis tanaman berikutnya yang cukup tahan pula ialah tanaman rumput untuk pakan ternak seperti rumput gajah. Meskipun batang dan daun terpapar awan panas, namun akar stolonnya yang berada didalam tanah masih mampu menumbuhkan tunas baru • Tanaman tahunan yang memiliki kemampuan (daya) tunas tinggi, tahan pangkas, bila batangnya tidak tercerabut dari tanah , pangkal batangnya masih mampu menumbuhkan tunas baru (nangka, apokat, kopi dan kakao) • Paparan awan panas telah mematikan hewan peliharaan baik berupa sapi perah, sapi potong, ( > 4.200 ekor) kambing (lebih dari 800 ekor), ikan didalam kolam KONDISI PERTANIAN PASCA ERUPSI
Kawasan Rawan Bencana (KRB) III bertambah luas hingga mencapai 15 km ke arah Sungai Gendol diikuti dengan 300 m disisi kanan dan kiri bantaran sungai. Penduduk yang harus tinggal di hunian sementara sebanyak 2.613 KK. • Apabila rekomendasi Kawasan Rawan Bencana dari BPPTK di jalankan perlu merelokasi penduduk KRB III baru yang jumlahnya tidak sedikit. • Prasarana dan sarana dasar pertanian banyak yang mengalami kerusakan. Tertimbunnya sawah dan ladang oleh material erupsi yang berasal dari awan panas atau banjir lahar dingin. Mendangkalnya sungai sumber air irigasi serta saluran primer atau sekunder • Produksi pertanian tahun 2011 diprakirakan akan menurun terutama komoditi padi DAMPAK ERUPSI MERAPI TERHADAP MATAPENCAHARIAN PENDUDUK
Pengembalian mata pencaharian kelompok pekebun • Tanaman mati . Dilakukan pemberian bantuan bibit dan sarana produksi lain seperti pupuk organik, obat tanaman • Tanaman rusak. Dilakukan pemberian bantuan peralatan untuk pemengkasan dan sarana produksi berupa pupuk dan obat tanaman • Pengembalian mata pencaharian kelompok usaha campuran (agroforestry) • Pemberian bibit tanaman pohon kehutanan yang cepat tumbuh yang multiguna • Memetakan ruang wilayah tertutup yang hanya ditumbuhi pepohonan (cagar alam), daerah penyangga air tanah dan daerah pemanfaatan lahan terbatas. • Gerakan konservasi lahan (penanaman pohon, pengembangan usaha konservasi, pembuatan bangunan konservasi, usaha pertanian berkelanjutan) REKOMENDASI PENGEMBALIAN MATA PENCAHARAIAN PENDUDUK (“LIVELIHOOD RECOVERY”)
Pengembalian mata pencaharian kelompok usahatani tanaman pangan • Perbaikan prasarana dan sarana dasar produksi pertanian • Penanaman kembali/ulang • Untuk kegiatan diatas diperlukan bantuan modal kerja untuk pembelian sarana produksi pertanian (bibit, pupuk dan obat tanaman serta peralatan) • Pelatihan ketrampilan pengolahan hasil untuk lebih meningkatkan manfaat produk. Pengembalian mata pencaharian kelompok peternak • Perbaikan prasarana produksi peternakan (kandang dan perlengkapanperkandangan) • Pengadaan bibit ternak (sapi perah, potong dan kambing) • Pemberian bantuan modal kerja peternakan untuk pembelian bibit, pakan, pelayanan kesehatan hewan LANJUTAN
Upaya pemulihan mata pencaharian penduduk tidak boleh berjalan sendiri, tetapi secara bersamaan harus diikuti oleh upaya perbaikan dan pengembalian kondisi lingkunganserta perbaikan lingkungan usaha budidaya. Tindakan ini perlu dilakukan agar fungsi lingkungan dapat hidup kembali. Lereng Merapi sebagai tempat usaha tapi sekaligus sebagai kawasan penyangga air, sebagai pengendali iklim makro di kawasan Yogyakarta maupun pengendali iklim mikro untuk usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan setempat. Pendekatankegiatan pertanian yang disarankan adalah “ sistem usahatani konservasi “. PENGEMBALIAN KONDISI LINGKUNGAN
SISTEM USAHATANI KONSERVASI • Sebagai sarana untuk mengendalikan erosi melalui pengendalian aliran permukaan dengan adanya tanaman pohon dan bangunan fisik (teras. saluran pembuangan air, terjunan, rorak, embung) • Meningkatkan daya mengikat air oleh tanah sehingga mampu berfungsi sebagai penyangga air bagi wilayah dibawahnya • Meningkatkan dan memelihara kesuburan tanah sehingga mampu memberikan hasil tanaman yang berkelanjutan akibat dari pengembalian bahan organik oelh tanaman • Mengendalikan iklim makro dan mikro • Memberi peluang untuk mengembangkan pertanian terpadu (“mixed farming” usahatani tanaman pangan, hortikultura, ternak, ikan, tanaman perkebunan) • Tegakan batang tanaman tahunan bisa mengendalikan kecepatan luncuran awan panas ke daerah yang lebih rendah mengingat erupsi Merapi selalu berulang setiap periode. LANJUTAN
PENGHUTANAN KEMBALI (Reforestation) • METODE SALT ( Sloping Agricultural Land Technology) • ALLEY CROPPING (Sistem Budidaya Lorong) • Teknologi SALT • Pengendalian erosi tanah • Memelihara struktur tanah dan kesuburan tanah • Efisien bagi usaha produksi tanaman pangan • Dapat diterapkan pada lahan usahatani berlereng dengan tingkat kemiringan < 40 % • Mudah dikerjakan dan telah banyak dikerjakan oleh petani • Secara ekonomi layak karena ekonomis (tenaga kerja sedikit) lingkungan tetap lestari BENTUK SISTEM USAHATANI KONSERVASI
Alley cropping (sistem usahatani lorong) • Mengendalikan erosi tanah dan aliran permukaan (run off) • Meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah (“self fertility maintainer”) • Membangun teras secara alamiah (“nature terrace builder”) • Meningkatkan daya resap air oleh tanah, sehingga sangat sesuai di DAS. • Menyediakan bahan pakan untuk ternak jenis ruminansia besar (bila dibawah barisan pagar ditanami rumput) serta ruminansia kecil dengan memanfaatkan hasil pangkasan barisan pagar (tanam jenis legume) • Menyediakan bahan pangan sesuai kebutuhan masyarakat serta mampu meningkatkan produktivitas tanaman • Menjaga produktivitas tanah dan tanaman, mengendalikan terjadinya kerusakan lingkungan • Sangat mudah untuk diterapkan oleh petani. • Luas lahan untuk tanaman pangan depat diatur dengan mudah sesuai kebutuhan LANJUTAN