300 likes | 2.25k Views
Yaa_Siin_36@yahoo.co.id. DUDUK TAHIYAT AWAL. PENJELASAN TATA CARA SHALAT Bagian 9/13. GERAKAN ZAHIR. TATA CARA DUDUK TAHIYAT AWAL.
E N D
Yaa_Siin_36@yahoo.co.id DUDUK TAHIYAT AWAL PENJELASAN TATA CARA SHALAT Bagian 9/13
TATA CARA DUDUK TAHIYAT AWAL • Dari Maimunah isteri Nabi SAW katanya : “Apabila Rasulullah SAW sujud direnggangkannya kedua sikunya dari rusuk, sehingga kelihatan putih ketiak beliau. Dan apabila beliau duduk antara dua sujud dan pada tasyahud awal, beliau duduk tenang di atas pahanya yang kiri.” [HR. Muslim] • Dari ‘Aisyah katanya : “Rasulullah SAW memulai salat beliau dengan takbir. Sesudah itu beliau baca surat Al Fatihah. Apabila beliau Ruku’ kepalanya tidak mendongak dan tidak pula menunduk, tetapi pertengahan (sehingga kepala beliau kelihatan rata dengan punggung). Apabila beliau bangkit dari Ruku’ beliau tidak sujud sebelum beliau berdiri lurus terlebih dahulu. Apabila beliau mengangkat kepala dari sujud (pertama), beliau tidak sujud (kedua) sebelum duduknya antara dua sujud itu tepat benar (sempurna) lebih dahulu. Tiap-tiap selesai dua rakaat, beliau membaca tahiyat sambil duduk menghimpit kaki kiri dan menegakkan kaki kanan. Beliau melarang duduk seperti cara setan duduk atau seperti binatang buas duduk. Dan beliau menyudahi salat dengan membaca salam.” [HR. Muslim]
DUDUK TAHIYAT YANG BENAR Pandangan diarahkan ke jari telunjuk Tampak depan Tampak belakang
DUDUK TAHIYAT YANG SALAH Duduk bertumpu pada kedua kaki. Duduk semacam ini masih dominan dalam masyarakat melayu. Tidak ada hadis yang menyuruh duduk seperti ini. Duduk di lantai dan kaki dibiarkan tidak diduduki dan tidak pula ditekuk. Duduk seperti ini cenderung terlarang karena mendekati cara duduk binatang buas.
TATA CARA MENUNJUK • Dari Amir bin Abdullah bin Zubair dari bapaknya, katanya : “Apabila Rasulullah SAW duduk mendoa (tasyahud dalam shalat) diletakkannya tangan kanan diatas paha kanan, tangan kiri diatas paha kiri. Beliau menunjuk dengan telunjuk, meletakkan ibu jari di jari tengah serta meletakkan telapak tangan kiri di atas lutut.” [HR. Muslim] • Rasulullah melebarkan telapak tangan yang kiri di atas lututnya, dan menggenggamkan jari-jemari tangan kanan semuanya. Lalu menunjuk ke arah kiblat dengan jarinya yang berada setelah ibu jari (telunjuk) sambil mengarahkan pandangan kepadanya. [HR. Muslim, Abu Uwanah, Ibnu Khuzaimah, Al Humaidi dan Abu Ya’la] • Diriwayatkan bahwa beliau SAW membuat lingkaran dengan keduanya (ibu jari dan jari tengah). Dan beliau menggerak-gerakkan jarinya (telunjuknya) sambil berdoa dengannya. [HR. Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu’l Jarud, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dishahihkan pula oleh Ibnu’l Mulaqqin dan ia mempunyai saksi dalam Ibnu ‘Adi]
TATA CARA MENUNJUK Rasulullah menunjuk dengan jarinya, maka beliau melatakkan ibu jarinya pada jari tengahnya. [Muslim dan Abu Uwanah] Rasulullah membuat lingkaran dengan keduanya (ibu jari dan jari tengah). [Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu’l Jarud, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban]
TATA CARA MENGGERAKKAN JARI Tata cara menggerakkan jari seperti itu ditolak oleh sebagian ulama. Mereka berhujjah kepada Imam Al Ghazali yang mengatakan bahwa tata cara menunjuk adalah ketika mengucapkan “asyhadu anla ilaaha illallah…” pada tasyahud. Namun hadis Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan lainnya menyatakan bahwa Nabi menggerak-gerakkan jari seperti animasi itu, meskipun tidak diterangkan dengan jelas sejak kapan menggerakkan jari itu dimulai, apakah sejak tasyahud dimulai atau ketika mengucap syahadat. Kesimpulan kita, karena ini termasuk khilafiyah tidak ada keterangan yang jelas dari Rasulullah, pada perkara ini ulama kita menggolongkannya sebagai perkara sunat, artinya jika ingin menggerakkan jari, maka itu benar. Dan yang tidak ingin menggerakkan jari itu juga benar. Sebagaimana halnya dengan qunut.
BACAAN TAHIYAT AWAL Ada banyak bacaan tahiyat awwal, namun dalam file ini kita sebutkan 3 saja.
1 BACAAN TAHIYAT AWAL “Penghormatan dan shalat serta kebaikan itu bagi ALLAH. Wahai Nabi, salam atasmu dan rahmat ALLAH serta berkat-NYA. Salam atas kita dan hamba-hamba ALLAH yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain ALLAH. Akupun bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-NYA.” [dari Ibnu Mas’ud, riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed bin Hanbal]
2 BACAAN TAHIYAT AWAL “Segala ucapan selamat, berkah, kebahagiaan dan kebaikan adalah bagi ALLAH. Wahai Nabi, salam atasmu dan rahmat ALLAH serta berkah-NYA. Salam atas kita dan hamba-hamab ALLAH yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain ALLAH dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul ALLAH.” [dari Ibnu Abbas, riwayat Muslim]
3 BACAAN TAHIYAT AWAL “Penghormatan, kebaikan itu bagi ALLAH. Wahai Nabi, salam atasmu dan rahmat ALLAH serta berkah-NYA. Salam atas kita dan hamba-hamab ALLAH yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain ALLAH dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-NYA.” [dari Abu Musa Al Asyari, riwayat Muslim]
MEMBACA SHALAWAT PADA TAHIYAT AWAL Bacaan tahiyat yang disukai dan banyak dipakai oleh masyarakat melayu adalah bacaan No.2 (riwayat Ibnu Abbas). Dibandingkan dengan bacaan yang lain, pada tahiyat No.2 itu ada tambahan kata “mubarakatuhu”. Menurut pendapat sebagian ulama pendukung Mazhab Syafii, tambahan kata yang berarti “keberkahan bagi ALLAH” itu lebih lengkap daripada yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud & Abu Musa Al Asyari. Adapun sesudah membaca tasyahud awwal, masih ada perbedaan pendapat khususnya antara ulama tabiin/tabiut tabiin dengan ulama akhir zaman. Imam Syafii, Imam Nawawi dan ulama Mazhab Syafii lainnya menganjurkan agar membaca shalawat atas Nabi lengkap beserta shalawat untuk keluarga Nabi yaitu istri-istri dan keturunan beliau. Shalawat atas Nabi dan keluarganya dibaca baik pada tasyahud awal maupun tasyahud akhir, shalat fardhu maupun sunat. Jadi, shalawat yang hanya membaca “allahumma shalli ‘ala Muhammad” saja, dinyatakan tidak lengkap, tidak berdasar dan tidak mengikuti sunnah Rasul.
MEMBACA SHALAWAT PADA TAHIYAT AWAL Dalam riwayat Abu Uwanah dan Nasa’i mereka menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan shalawat atas dirinya sendiri di dalam tasyahud pertama dan lainnya. [HR. Abu Uwanah dan Nasa’I, isnad shahih] Dalil diatas dijadikan hujjah oleh ulama untuk mewajibkan membaca shalawat atas Nabi. Sedangkan bacaan shalawat atas Nabi dalam shalat sudah diajarkan oleh Rasulullah yaitu lengkap dengan shalawat atas Nabi dan keluarga beliau yaitu istri beserta keturunan beliau. Jadi apabila kita shalat, maka kita wajib bershalawat secara lengkap kepada Nabi. Tidak boleh hanya khusus untuk Nabi dan meninggalkan keluarga Nabi. Pada slide selanjutnya kita sampaikan 3 macam bacaan shalawat lengkap yang kita ambil dari Bukhari dan Muslim. Masih ada bacaan yang lain yang tidak kita sampaikan karena umumnya hanya berbeda matan (susunan kalimat) saja, sedangkan maknanya semua sama.
1 BACAAN SHALAWAT “Ya ALLAH, berilah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana ENGKAU telah memberikan kebahagiaan kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya ENGKAU Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” Ya ALLAH, berilah berkah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana ENGKAU telah memberikan berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya ENGKAU Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” [HR. Bukhari, Muslim]
2 DALIL TENTANG SALAWAT NABI “Ya Allah, limpahkan kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia.” [dari Abdullah bin Abu Laila dari Kaab bin Ujrah, riwayat Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed bin Hanbal]
3 DALIL TENTANG SALAWAT NABI “Ya Allah, limpahkan kesejahteraan kepada Muhammad dan istri-istrinya beserta keturunannya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan istri-istrinya serta keturunannya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau maha terpuji lagi maha mulia.” [dari Abu Humaid As Saidi, riwayat Bukhari, Muslim, Nasa’i, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmed dan Malik]
Bersambung ke: • Bagian 10: “Duduk tasyahud akhir’”