90 likes | 429 Views
Kasus Newmont, Ditinjau dari Perspektif Otonomi Daerah & Desentralisasi Fiskal. Robert A. Simanjuntak Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sumber Penerimaan Daerah. PAD untuk Kab/Kota hanya rata-rata 7% Ketimpangan Vertikal & Horizontal Dana Bagi Hasil (DBH)
E N D
Kasus Newmont, Ditinjau dari Perspektif Otonomi Daerah & Desentralisasi Fiskal Robert A. Simanjuntak FakultasEkonomiUniversitas Indonesia
Sumber Penerimaan Daerah • PAD untuk Kab/Kota hanya rata-rata 7% Ketimpangan Vertikal & Horizontal • Dana Bagi Hasil (DBH) mengurangi Ketimpangan Vertikal meningkatkan Ketimpangan Horizontal • Dana Alokasi Umum (DAU) mengurangi Ketimpangan Horizontal • Dana Alokasi Khusus (DAK) • Pinjaman Daerah
Pajak yang Dapat Dibagihasilkan • Penerimaannya elastis terhadap (tumbuh seiring dengan) pertumbuhan ekonomi • Potensi basis pajaknya relatif merata antardaerah • Lokasi tax collection kurang lebih sama dengan lokasi tax incidence • Obyek pajak merupakan kepemilikan nasional • Penerimaannya tidak bersifat ad hoc dan/atau distortif terhadap kegiatan perekonomian
SDA yang Dapat Dibagihasilkan • SDA yang tidak terbarukan (non-renewable) • SDA dengan PNBP yang jelas dan potensial • Komponen yang dibagihasilkan teridentifikasi dengan baik • Daerah dan periode pemungutan teridentifikasi dengan baik • Eksternalitas negatif dari kegiatan eksplorasi dapat teridentifikasi dengan baik lokasinya • Basis pajaknya memiliki lokasi yang spesifik
Otonomi Daerah dan Pelayanan Publik • Esensi Otonomi Daerah “mendekatkan pemerintah kepada masyarakat” • Beberapa hasil penelitian tentang kaitan Desentralisasi dengan Pembangunan Ekonomi dan Kualitas Layanan Publik Kesimpulannya Ambigu, bahkan untuk beberapa aspek Cenderung Memburuk. • Beberapa Isu yang mendominasi: Perebutan sumber-sumber penerimaan, Pilkada, Pemekaran, dll.
Dana Perimbangan ke NTB, Sumbawa dan Sumbawa Barat (Rp Milyar)