190 likes | 760 Views
MEMPERTANGGUNGJA-WABKAN IMAN KATOLIK. - APOLOGETIKA -. PENDASARANNYA:. 1 Ptr 3:15-16, “Siapsedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggunganjawab (Yunani: apologia) kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggunganjawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu …”.
E N D
MEMPERTANGGUNGJA-WABKAN IMAN KATOLIK - APOLOGETIKA -
PENDASARANNYA: • 1 Ptr 3:15-16, “Siapsedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggunganjawab (Yunani: apologia) kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggunganjawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu …”
Paulus juga membela diri dan ajarannya (2 Tim 4:16; Kis 22:1) • Pendasaran teologis: iman bukanlah sesuatu yang harus diterima secara membabi-buta. Manusia yang berakal-budi boleh mencoba memahami iman kepercayaan dengan bantuan akal-budi.
Banyak orang mempersoalkan iman katolik, maka kita perlu membekali umat dengan penjelasan. Tujuannya bukan untuk bertengkar tetapi untuk mempertanggungjawabkan iman sendiri. • Banyak orang meninggalkan Gereja Katolik, antara lain karena tidak memahami ajaran katolik dengan benar.
Kritikan terhadap ajaran katolik disebabkan oleh macam-macam hal: 1) Karena menurut iman katolik, sumber ajaran kita tidak hanya kitab suci tetapi juga Tradisi, yakni Sabda Allah sejauh sudah ada sebelum dituliskan dalam bahasa manusia dan yang dihayati dalam kehidupan Gereja.
2) Karena perbedaan jumlah kitab suci. Gereja Katolik mengakui Deuterokanonika sebagai Sabda Allah. Di situ ada ajaran mengenai berdoa untuk orang yang mati (2 Mak 12) 3) Karena perbedaan tafsiran atas ayat-ayat yang sama. Contoh: pengangkatan Simon Petrus menjadi dasar Gereja dalam
Mat 16:18, “Engkau adalah Petrus [=batu karang] dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku…” Menurut Gereja non-katolik, batu karang yang di atasnya Yesus mendirikan Gereja bukan Simon Petrus tetapi pengakuan imannya. 4) Alasan lain: karena kesalahpaham-an. Misalnya: mengenai infallibilitas paus (=paus tak dapat sesat). Sering orang mengira,
semua yang diajarkan paus tidak bisa sesat. • Padahal yang dimaksud oleh Gereja Katolik hanyalah ajaran resmi paus menyangkut iman dan kesusilaan. Hal itu diajar-kan setelah melihat ajaran Kitab Suci, Tradisi dan setelah mendengarkan pendapat selu-ruh Gereja. NB: kuasa itu baru digunakan satu kali saja
sejak infallibilitas paus dijadi-kan dogma katolik pada 1870; kuasa itu dipakai paus Pius XII ketika mengumumkan dogma Maria diangkat ke surga dengan jiwa dan badan (1954). 5) kesalahan tafsiran atas ayat kitab suci. Misalnya, ada yang berpen-dapat doa novena, doa rosario dll. tidak boleh sebab bukankah dalam Mat 6:7a Yesus bersabda, “Lagi pula dalam doamu,
Janganlah mengulang-ulang doa seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.” Padahal kata Yunani yang dipakai di situ adalah battalogein yang tidak perlu diterjemahkan dengan “mengulang-ulang” tetapi lebih cocok diterjemahkan dengan “bertele-tele” atau “berceloteh” atau yang semacam itu. Lagi pula, ayat Mat 6:7a
harus dibaca bersama dengan kalimat berikutnya (ayat 7b): “Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.” Inilah alasan yang sesungguhnya dari ayat 7a. Yesus menolak paham kafir bhw dewa bisa dipaksa mengabulkan doa yg diulang-ulang (=mantera). NB: dalam Alkitab ada banyak doa yang diulang-ulang.