E N D
AnggotaKelompok • Linda Antika P (P27224014044) • Linda Wulandari (P27224014045) • Lufti Vera A (P27224014046) • MandaMutiara D (P27224014048) • NurZubaidah (P27224014051) REGULER B
PENGERTIAN Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun).
Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin DPT pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlinduangan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. • Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut: • Demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius) • Kejang • Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya) • Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) • Difterri • Penyakit difteri disebabkan bakteri Corynebacterium Diphtheriae. • Difteri mudah menular, menyerang terutama saluran napas bagian atas, dengan gejala demam tinggi, pembengkakan amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama makin membesar dan dapat menutup jalan napas. • Penularan bakteri difteri umumnya melalui udara (batuk/bersin). Selain itu, bakteri difteri dapat menular melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. • Pencegahan difteri paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan. • Efek samping imunisasi DPT yang mungkin timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit. Cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas.
Pertusis • Penyakit pertusis atau batuk rejan atau biasa disebut “Batuk Seratus Hari“ disebabkan bakteri Bordetella Pertussis. • Gejala pertusis yaitu batuk terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang-kadang bercampur darah. Batuk pertusis diakhiri tarikan napas panjang dan dalam dan berbunyi melengking. • Penularan bakteri pertusis umumnya melalui udara (batuk/bersin). Bakteri pertusis juga dapat menular melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. • Pencegahan pertusis paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan difteri (vaksinasi DPT) sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang penyuntikan 1-2 bulan.
Tetanus • Penyakit tetanus berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. • Gejala tetanus diawali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut), pembengkakan, rasa sakit dan kejang di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang segera merambat ke otot perut, lengan atas dan paha. • Neonatal tetanus umum terjadi pada bayi baru lahir karena bayi dilahirkan di tempat kotor dan tidak Asteril, terutama jika tali pusar terinfeksi. • Infeksi tetanus disebabkan bakteri Clostridium Tetani yang memproduksi toksin tetanospasmin.
Infeksi tetanus dapat terjadi karena luka terpotong, terbakar, aborsi, narkoba (misalnya memakai silet untuk memasukkan obat ke dalam kulit) maupun frostbite. Walaupun luka kecil bukan berarti bakteri tetanus tidak dapat hidup di sana. Sering kali orang lalai, padahal luka sekecil apapun dapat menjadi tempat bakteri tetanus berkembang biak. • Walaupun tetanus berbahaya, jika cepat didiagnosa dan mendapat perawatan benar, penderita tetanus dapat disembuhkan. Penyembuhan tetanus umumnya terjadi selama 4-6 minggu. • Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian vaksinasi DPT. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi tetanus terus dilanjutkan walaupun telah dewasa, dengan vaksin TT (Tetanus Toxoid). Dianjurkan imunisasi tetanus setiap interval 5 tahun. Wanita hamil sebaiknya mendapat imunisasi tetanus dan melahirkan di tempat bersih dan steril
Tujuan Imunisasi Imunisasi DPT bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap 3 penyakit penting yaitu difteri, tetanus dan pertusis. Jadwal Imunisasi DPT Imunisasi DPT termasuk salah satu imunisasi dasar di Indonesia. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali. Diberikan pada anak mulai usia lebih dari 6 minggu dengan interval 1-2 bulan untuk pemberian selanjutnya. Pemberian imunisasi DPT pada anak usia kurang dari 6 minggu tidak dianjurkan karena respon terhadap pertusis tidak optimal.
Pemberian imunisasi DPT Imunisasi DPT diberikan dengan cara menyuntikkan vaksin DPT ke otot anak. Biasanya penyuntikan dilakukan di otot paha. Biaya imunisasi DPT Karena termasuk imunisasi dasar yang diwajibkan maka biaya imunisasi DPT digratiskan pemerintah. Anda dapat melakukan imunisasi DPT anak anda di posyandu atau puskesmas terdekat. Jenis vaksin DPT Imunisasi DPT merupakan salah satu jenis vaksin combo. Artinya, dalam satu vaksin mengandung beberapa jenis vaksin untuk beberapa jenis penyakit. Saat ini terdapat 2 jenis vaksin DPT.
Lanjutan... Saat ini terdapat 2 jenis vaksin DPT : Vaksin yang mengandung sel kuman pertusis.. Vaksin yang tidak mengandung mengandung kuman pertusis, tapi berisi komponen spesifik toksin dari kuman pertusin, disebut sebagai aseluler pertusis,vaksin ini mempunyai efek sedikit demam,bengkak,nyeri.
Komplikasi imunisasi DPT • Reaksi lokal pada bekas tempat penyuntikan berupa kemerahan,bengkak dan nyeri. Kejadian ini terjadi pada 42,9% penerima imunisasi DPT. • Demam ringan. Hanya sekitar 2,2% yang mengalami demam tinggi • Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan • Kejang demam terjadi sebanyak 0,06% • Reaksi alergi dan ensefalopati sangat jarang
Kapan anak tidak boleh diberikan imunisasi DPT? • Bila anak pada pemberian imunisasi DPT sebelumnya, menunjukkan reaksi alergi berat yang disebut anafilaksis. • Anak menderita gangguan otak yang disebut ensefalopati ( ditandai penurunan kesadaran dan kejang) pasca pemberian imunisasi DPT sebelumnya.
SEKIAN & TERIMAKASIH