140 likes | 290 Views
The Single Tranferable Vote (STV). Materi kuliah Pemilu & Perilaku Politik @bambangECW. STV. Ditemukan di abad 19 oleh Thomas Hare dan Carl Andrae. Menggunakan model multy member district.
E N D
The Single Tranferable Vote(STV) Materi kuliah Pemilu & Perilaku Politik @bambangECW
STV • Ditemukan di abad 19 oleh Thomas Hare dan Carl Andrae. • Menggunakan model multy member district. • Pemilih memberikan rangking pada kandidat untu preferensi di dalam kertas suara seperti dalam alternative vote system.
STV • Dalam banyak kasus, penandaan preferensi bersifat optional dan pemilih tidak diharuskan merangking semua kandidat. Jika dikehendaki, pemilih boleh menandai hanya satu saja. • Setelah preferensi nomor satu dihitung kemudian ditetapkan sebuah quota untuk menentukan keterpilihan kandidat.
STV • Biasanya yang digunakan quota Droop yang dihitung melalui rumus sederhana : • Q = (Votes/seats+1) + 1 • Dalam penghitungan tahap pertama, total perolehan suara setiap kandidat dengan preferensi pertama dihitung berdasarkan angka quota yang telah ditetapkan.
STV • Setiap kandidat yang memperoleh suara preferensi pertama setara atau lebih besar daripada quota langsung terpilih. • Pada penghitungan tahap kedua, surplus vote dari kandidat yang sudah terpilih pada penghitungan tahap pertama diredistribusi lagi menurut second preference (preferensi kedua) .
STV • Sisa kursi yang belum terbagi diperebutkan diantara kandidat yang memperoleh tambahan suara berdasarkan hasil penambahan suara pada preferensi kedua. • Jika tidak ada kandidat yang melebihi atau setara dengan quota kandidat dengan perolehan suara terendah pada preferensi pertama di eliminasi. Dan surat suaranya diredistribusi kepada kandidat dengan preferensi pertama yang tersisa.
STV • Setelah selesai diredistribusi, dihitung kembali perolehan suara kandidat yang tersisa, jika ada yang memenuhi quota langsung terpilih, demikian seterusnya sampai semua kursi di dapil teralokasikan semua.
keuntungannya • Sebagai sebuah mekanisme memilih wakil, STV mungkin cara yang paling canggih, karena memungkinkan pemilih memilih diantara kandidat di dalam partai atau kandidat diantara partai politik. • Hasil akhir perolehan kursi akan mempertahankan derajat proporsionalitas yang adil.
Keuntungannya • Pemilih dapat mempengaruhi komposisi koalisi pasca pemilu. • Sistem ini juga memberikan insentif bagi munculnya inter-party accomodation melalui saling tukar preferensi secara resiprokal. • STV juga memungkinkan kandidat independen terpilih karena pemilih memilih diantara kandidat daripada diantara partai politikl
Kerugiannya • Preference voting biasanya tidak familiar bagi beberapa masyarakat, serta menuntut tingkat melek huruf dan angka yang tinggi. • Lika-liku cara penghitungan STV juga sangat kompleks, sulit dipahami dan dimengerti, sehingga menuntut penyelenggara yang memiliki pengetahuan yang memadai.
Kerugiannya • STV mensyaratkan kalkulasi kontinu terhadap transfer surplus values dan sejenisnya. Karena itu pemilihan yang menggunakan STV mensyaratkan tempat penghitungan suara yang terpusat. Tidak cukup hanya dihitung di TPS. Akibatnya, jika ada masalah integritas pemilihan umum penghitungan ditempat pemungutan suara diperlukan untuk memastikan legitimasi hasil pemungutan suara. Hal ini akan serta merta menuntut perubahan sistem pemilu dengan segera.
Kerugiannya • STV lebih mendorong fragmentasi internal partai politik. karena kandidat tidak hanya bersaing lintas partai tapi juga internal partai politik. • STV juga mendorong terbentuknya politik clientelistic dimana para politisi menawarkan suap politik pada kelompok yang didefinisikan sebagai pemilihnya.
Kerugiannya • STV juga memungkinkan partai yang menang secara pluralitas suara memenangkan kursi yang lebih sedikit dibanding saingannya. Seperti yang terjadi di Malta, yang mendorong negara ini merubah system pada pertengahan 1980.