1 / 1

Menyusuri Kyoto, Kota Seribu Kuil

Menyusuri Kyoto, Kota Seribu Kuil Menapaki kota Kyoto di Prefektur Kyoto, Jepang, terasa kental aroma tradisional yang masih bertahan selama ribuan tahun. Tak mengherankan, Kyoto pernah menjadi ibu kota kekaisaran Jepang tahun 749 hingga tahun 1868.

pete
Download Presentation

Menyusuri Kyoto, Kota Seribu Kuil

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. Menyusuri Kyoto, Kota Seribu Kuil Menapaki kota Kyoto di Prefektur Kyoto, Jepang, terasa kental aroma tradisional yang masih bertahan selama ribuan tahun. Tak mengherankan, Kyoto pernah menjadi ibu kota kekaisaran Jepang tahun 749 hingga tahun 1868. Warisan masa lampau itu bertebaran di hampir setiap sudut Kyoto, menawarkan sisi yang berbeda di negara maju nan modern itu. Begitu banyaknya warisan masa lampau, sampai-sampai Kyoto mendapat julukan Kota Seribu Kuil. Ada 1.600 kuil Buddha dan 400 kuil Shinto yang terdapat di Kyoto. Itulah sebabnya kota ini menjadi pusat budaya, agama, dan tradisi. Kyoto terlewat dari kerusakan parah akibat Perang Dunia II sehingga kuil-kuil dan istana masih terjaga dengan baik. Tak cukup sehari untuk mengunjungi kuil-kuil di Kyoto. Ketika sempat mengunjungi Kyoto pada awal Juni, rombongan wartawan dari Indonesia yang diundang Konsulat Jenderal Indonesia di Osaka dan Osaka Convention and Tourism Bureau sempat "mencicipi" tiga kuil yang terkenal, yaitu Kiyomizudera, Tenryu-ji, dan Kinkaku atau Paviliun Emas. Jalan menanjak dengan toko-toko cendera mata di kanan dan kiri mengawali perjalanan menuju Kiyomizudera. Jalanan itu penuh sesak dengan pengunjung. Di kejauhan tampak menjulang gerbang Kuil Kiyomizudera, kemerahan dalam cahaya sore. Kiyomizudera berarti air murni. Kuil ini dibangun tahun 780 semasa periode Heian. Keistimewaan kuil ini adalah tak ada satu pun paku yang digunakan dalam strukturnya. Bangunan utamanya terbuat dari kayu dengan sebuah beranda luas ditopang pilar-pilar kayu di sisi sebuah bukit. Di bawahnya membentang pemandangan hijaunya pepohonan nan rimbun. Di kejauhan, tampak samar-samar Kyoto. Beranda itu merupakan tempat paling terkenal untuk berfoto bagi pengunjung Kiyomizudera. "Saat musim semi, sakura yang mekar terlihat sangat indah dari beranda ini. Begitu juga ketika musim gugur, daun-daun berubah warna merah keemasan," ujar Abi Irawaty, pemandu dari Hanatour. Di bawah beranda utama, terdapat air mancur Otowa. Air yang mengalir dari tiga pancuran kecil itu diyakini membawa berkah panjang umur, kesuksesan, dan enteng jodoh. Selama ribuan tahun orang berduyun-duyun mendatangi tempat ini untuk berdoa memohonkan ketiga hal itu atau sekadar menikmati kedamaian dan keindahannya Kiyomizudera bisa dikunjungi setiap hari mulai pukul 06.00 hingga pukul 18.00 dengan biaya 400 yen (sekitar Rp 40.000). Warisan budaya Saat pagi menjelang, kaki melangkah memasuki kompleks Kuil Tenryu-ji di wilayah Arashiyama. Tenryu-ji atau Kuil Naga Surgawi berada di urutan teratas dalam Lima Kuil Agung Zen di Kyoto. Dibangun tahun 1339 oleh Shogun Ashikaga Takauji (1305-1358), tahun 1994 Tenryu-ji dimasukkan ke dalam daftar Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO.

More Related