10 likes | 17 Views
Sistem Pendidikan Kedokteran di Indonesia: Indonesia dianggap baik dalam pendidikan kedokteran karena menyediakan lingkungan yang bagus untuk mengakomodasi siswa terutama Calon Internasional karena faktor-faktor seperti sejumlah besar sekolah kedokteran, infrastruktur yang baik, kesempatan kerja yang tinggi dan banyak lagi. Semua Universitas Negeri dan Swasta menawarkan Kursus Sarjana (MBBS / MD) sementara hanya beberapa Kolese yang menawarkan kursus khusus di negara ini. Pendidikan kedokteran di Indonesia membutuhkan setidaknya 5,5 tahun Wisuda ditambah 1 tahun Magang untuk memenuhi syarat untuk program master.<br><br>Meningkatnya Jumlah Sekolah Tinggi Kedokteran: Perguruan tinggi kedokteran telah meningkat pesat jumlahnya di Indonesia karena populasi negara ini juga meningkat tajam selama beberapa dekade terakhir, yang telah menyebabkan sejumlah besar pemuda mengejar pendidikan tinggi terutama di bidang kedokteran. Namun, pertumbuhan di no. perguruan tinggi kedokteran ini sering menantang kualitas pendidikan kedokteran di negara ini. Oleh karena itu, pemerintah berusaha menerapkan beberapa perubahan dan perbaikan kurikulum untuk meningkatkan kualitas.<br><br>Institusi Kedokteran Swasta vs Publik: Calon Mahasiswa Kedokteran di Indonesia harus melalui ujian Nasional yang disebut SPMB yang menyaring siswa yang memenuhi syarat untuk jurusan tertentu. Kemudian ujian lain dan wawancara dilakukan sebelum terdaftar secara resmi di Universitas Negeri mana pun. Namun, untuk sebagian besar Universitas Swasta, ujian masuk terpisah diambil. Sekolah Tinggi Kedokteran Negeri telah melebihi jumlah Universitas swasta di Indonesia karena tingginya minat pemerintah (sebagai bagian dari reformasi multisektor utama). Tanggung jawab atas pengelolaan dan penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat; dan pengenalan progresif otonomi yang lebih besar dalam pengelolaan organisasi pelayanan publik termasuk pendidikan kedokteran sebagai sektor utama yang menjadi perhatian.<br><br>unduh contoh laporan<br><br>Dampak COVID pada Sekolah Tinggi Kedokteran: Covid-19 telah berdampak pada pendidikan kedokteran untuk sementara. Pandemi memaksa sekolah kedokteran di Indonesia untuk menghentikan kegiatan pembelajaran tatap muka dan tiba-tiba beralih ke kurikulum online. Banyak perguruan tinggi menghadapi kesulitan dalam melakukan ujian akhir tahun yang telah mempengaruhi total korban lulusan pada tahun 2020. Pada saat yang sama, peningkatan permintaan konsultan penyakit dalam di seluruh negeri disaksikan, terutama pada platform teknologi kesehatan karena Pandemi.<br><br>Laporan berjudul "Landscape of Indonesia Medical Education Market- " Continuous Change in the Course Curriculum Has Help the Indonesian Medical Education System Improve the Skills of Medical Graduates" oleh Ken Research menunjukkan bahwa Sekolah Tinggi Kedokteran telah menghadapi sedikit kejatuhan dalam hal Jumlah Intake dan Lulusan di tengah COVID-19. Secara keseluruhan, kurikulum dasar kedokteran Indonesia adalah program sarjana-masuk yang berjalan rata-rata 5-5,5 tahun. Manfaat utama mengejar kedokteran di Universitas Indonesia (terutama untuk Siswa Internasional) adalah faktor-faktor seperti sejumlah besar sekolah Kedokteran di negara ini yang mengarah ke asupan rata-rata yang lebih tinggi, beberapa beasiswa serta kesempatan kerja yang disediakan oleh negara dan meningkatkan infrastruktur.<br><br>untuk laporan yang disesuaikan klik di sini<br><br>Segmen Utama yang Dicakup<br><br>Dasar Segmentasi Pasar Jenis Institusi (Jumlah Perguruan Tinggi)<br>Perguruan Tinggi Swasta<br>Perguruan Tinggi Negeri<br><br>Segmentasi Pasar berdasarkan Wilayah (Jumlah Perguruan Tinggi)<br><br>Jawa<br>Sumatera<br>Sulawesi<br>Kepulauan Sunda Kecil<br>Kalimantan<br>Kepulauan Maluku<br>Nugini Barat<br><br>Segmentasi Pasar berdasarkan Akreditasi Sekolah Tinggi Kedokteran (Jumlah Sekolah Tinggi)<br><br>A<br>B<br>C<br><br>Dokter<br><br>Ikhtisar<br>Proses Penerimaan<br>Tingkat Kelulusan<br>Jumlah Lulusan<br>Jumlah Total Asupan<br><br>Penyakit Dalam<br><br>Persyaratan Pendaftaran<br>Struktur Biaya<br>Proses Seleksi<br>Jumlah Lulusan<br>Jumlah Total Asupan<br>Perbandingan Silang Perguruan Tinggi yang menawarkan Kursus Penyakit Dalam<br><br>Optalmologi<br><br>Struktur Biaya<br>Proses Seleksi<br>Jumlah Lulusan<br>Jumlah Total Asupan<br>Perbandingan Silang Perguruan Tinggi yang menawarkan Kursus Penyakit Dalam<br>Jumlah total Dokter Spesialis Mata di Wilayah dasar Indonesia<br><br>Target Audiens Utama<br><br>Sekolah Tinggi Kedokteran Umum<br>Sekolah Tinggi Kedokteran Swasta<br>Calon mahasiswa Sarjana Pendidikan Kedokteran<br>Calon mahasiswa Magister Pendidikan Kedokteran khususnya Penyakit Dalam dan Oftalmologi<br><br>Periode waktu yang tercantum dalam laporan:<br><br>Tahun Dasar: 2020<br>Periode studi: 2015u20132020<br>Periode Sejarah: 2015-2020<br><br>Perguruan Tinggi Tercakup:<br><br>Lanskap di Indonesia 10 institusi Pendidikan Kedokteran teratas termasuk perguruan tinggi,<br>Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia<br>Fakultas Kedokteran Universitas Andalas<br>Universitas Gadjah Mada, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan<br>Universitas Airlangga, Fakultas Kedokteran<br>Universitas Padjadjaran, Fakultas Kedokteran<br>Universitas Diponegoro, Fakultas Kedokteran<br>Universitas Hassanudin, Fakultas Kedokteran<br>Universitas Sriwijaya, Fakultas Kedokteran<br>Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran<br>Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti<br><br>Topik utama yang dibahas dalam laporan<br><br>Pengenalan Pendidikan Kedokteran Indonesia<br>Lansekap Detil Perguruan Tinggi Swasta dan Negeri<br>Ekosistem Pasar<br>Tren dan Tantangan di Industri<br>Basis Segmentasi Pasar Institusi, Wilayah dan Akreditasi<br>Proses Penerimaan untuk Kursus Sarjana dan Magister<br>Analisis Terperinci tentang Kursus Dokter (Ukuran Pasar berdasarkan Asupan dan Lulusan)<br>Analisis Terperinci tentang Ukuran Pasar Penyakit Dalam berdasarkan Asupan dan Lulusan)<br>Analisis Terperinci tentang Ukuran Pasar Oftalmologi berdasarkan Asupan dan Lulusan)<br>Pemain Utama di Pasar Pendidikan Kedokteran Indonesia<br><br>Hubungi Kami:<br>Ken Research, Ankur Gupta<br>Head Marketing &; Communications<br>Ankur@kenresearch.com<br> 91-9015378249
E N D