270 likes | 1.39k Views
Puisi Baru. Muhammad Pring Ligar Gumilang Amanda Tita Mahesa Dzulfikar Mazin Syafira Anugrani Tasya. Menu. Puisi baru adalah karya sastra yang lahir setelah puisi lama, puisi ini lahir bersamaan dengan puisi kontemporer, tidak terikat dengan aturan-aturan dalam puisi. Pengertian.
E N D
Puisi Baru Muhammad Pring Ligar Gumilang Amanda Tita Mahesa Dzulfikar Mazin Syafira Anugrani Tasya
Puisi baru adalah karya sastra yang lahir setelah puisi lama, puisi ini lahir bersamaan dengan puisi kontemporer, tidak terikat dengan aturan-aturan dalam puisi. Pengertian
Bentuknya rapih dan simetris. • Mempunyai persajakan akhir yang teratur. • Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain. • Sebagian besar puisi 4 seuntai. • Tiap-tiap barisnya atas sebuah gastra. • Tiap gatranya terdiri atas 2 kata. Sebagian besar setiap kata menggunakan 4-5 suku kata. Ciri-Ciri
1. Balada Terbunuhnya Atmo KarpoKarya: W.S. RendraDengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumiBulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk paraMengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburuSurai bau keringat basah, jenawi pun telanjangSegenap warga desa mengepung hutan ituDalam satu pusaran pulang balik Atmo KarpoMengutuki bulan betina dan nasibnya yang malangBerpancaran bunga api, anak panah di bahu kiriSatu demi satu yang maju terhadap darahnyaPenunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.Majulah Joko Pandan! Di mana ia?Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.Anak panah empat arah dan musuh tiga silangAtmo Karpo tegak, luka tujuh liang.Joko Pandan! Di mana ia!Hanya padanya seorang kukandung dosa.Bedah perutnya atapi masih setan iaMenggertak kuda, di tiap ayun menungging kepalaJoko Pandan! Di manakah ia!Hanya padanya seorang kukandung dosa.Berberita ringkik kuda muncullah Joko PandanSegala menyibak bagi reapnya kuda hitamRidla dada bagi derinya dendam yang tiba.Pada langkah pertama keduanya sama baja.Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo KarpoPanas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.Malam bagai kedok hutan bopeng oleh lukaPesta abulan, sorak sorai, anggur darahJoko Pandan menegak, menjilat darah di pedangIa telah membunuh bapaknya. Contoh
2. Distikon :Berkali kita gagalUlangi lagi dan cari akalBerkali-kali kita jatuhKembali berdiri jangan mengeluh(Or. Mandank)
3. Eligi :Senja Di Pelabuhan KecilIni kali tidak ada yang mencari cintadi antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpautGerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah dan air tidur hilang ombak.Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap(Chairil Anwar)
4. Himne :Bahkan batu-batu yang keras dan bisuMengagungkan nama-Mu dengan cara sendiriMenggeliat derita pada lekuk dan likubawah sayatan khianat dan dusta.Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mumenitikkan darah dari tangan dan kakidari mahkota duri dan membulan pakuYang dikarati oleh dosa manusia.Tanpa luka-luka yang lebar terbukadunia kehilangan sumber kasihBesarlah mereka yang dalam nestapamengenal-Mu tersalib di datam hati.(Saini S.K)
5. Quatrain :Mendatang-datang juaKenangan masa lampauMenghilang muncul juaYang dulu sinau silauMembayang rupa juaAdi kanda lama laluMembuat hati juaLayu lipu rindu-sendu (A.M. Daeng Myala)
6. Ode :Generasi SekarangDi atas puncak gunung fantasiBerdiri aku, dan dari sanaMandang ke bawah, ke tempat berjuangGenerasi sekarang di panjang masaMenciptakan kemegahan baruPantoen keindahan IndonesiaYang jadi kenang-kenanganPada zaman dalam dunia (Asmara Hadi)
7. Oktav :AwanAwan datang melayang perlahanSerasa bermimpi, serasa beranganBertambah lama, lupa di diriBertambah halus akhirnya seriDan bentuk menjadi hilangDalam langit biru gemilangDemikian jiwaku lenyap sekarangDalam kehidupan teguh tenang (Sanusi Pane)
8. Quintet :Hanya Kepada TuanSatu-satu perasaanHanya dapat saya katakanKepada tuanYang pernah merasakanSatu-satu kegelisahanYang saya serahkanHanya dapat saya kisahkanKepada tuanYang pernah diresah gelisahkanSatu-satu kenyataanYang bisa dirasakanHanya dapat saya nyatakanKepada tuanYang enggan menerima kenyataan(Or. Mandank)
10. Romansa :AnakkuYa, kekasihku……Engkau datang mengintai hidup,Engkau datang menunjukkan muka,Tetapi sekejap matamu kau tutup,Melihat terang ananda tak suka.Mulut kecil tiada kau buka,Tangis teriakmu tak diperdengarkan,Alamat hidup wartakan suka,Kau diam anakku, kami kau tinggalkan.Sedikitpun matamu tak mengerling,memandang ibumu sakit berguling,Air matamu tak bercucuran.Kau diam, diam kekasihku,Tak kau katakan barang pesanan,Akan menghibur duka di dadaku,Kekasihku, anakku, mengapa diam?(JE. Tatengkeng)
11. Contoh Satire :Aku bertanyatetapi pertanyaan-pertanyaankumembentur jidad penyair-penyair salon,yang bersajak tentang anggur dan rembulan,sementara ketidakadilan terjadidi sampingnya,dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.(W.S. Rendra)
12. Contoh Sektet :Merindu BagiaJika hari’lah tengah malamAngin berhenti dari bernafasSukma jiwaku rasa tenggelamDalam laut tidak terwatasMenangis hati diiris sedih (Ipih)
13. Septima :Indonesia Tumpah DarahkuDuduk di pantai tanah yang permaiTempat gelombang pecah berderaiBerbuih putih di pasir terderaiTampaklah pulau di lautan hijauGunung gemunung bagus rupanyaDitimpah air mulia tampaknyaTumpah darahku Indonesia namanya (Muhammad Yamin)
14. Soneta :GembalaPerasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )Melihat anak berelagu dendang ( b )Seorang saja di tengah padang ( b )Tiada berbaju buka kepala ( a )Beginilah nasib anak gembala ( a )Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )Pulang ke rumah di senja kala ( a )Jauh sedikit sesayup sampai ( a )Terdengar olehku bunyi serunai ( a )Melagukan alam nan molek permai ( a )Wahai gembala di segara hijau ( c )Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )Maulah aku menurutkan dikau ( c )(Muhammad Yamin)
15. Terzina :Dalam ribaan bahagia datangTersenyum bagai kencanaMengharum bagai cendanaDalam bah’gia cinta tiba melayangBersinar bagai matahariMewarna bagaikan sari (Dari : Madah Kelana)(Karya : Sanusi Pane)