150 likes | 453 Views
TEKNIK WAWANCARA BAGI MEDIA AUDIO VISUAL Pertemuan 21 & 22. Ma t a kuliah : O 0 264 / TEKNIK WAW A NCARA MEDIA Tahun : 2008 / 2009. Learning Objectives.
E N D
TEKNIK WAWANCARA BAGI MEDIA AUDIO VISUALPertemuan 21 & 22 Matakuliah: O0264 / TEKNIK WAWANCARA MEDIA Tahun : 2008 / 2009
Learning Objectives Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa dapat menyimpulkan pengertianbahwa mempersiapkan wawancara dan teknik pelaksanaan wawancara bagi media audio visual (televisi)sehingga mendapat hasil yang optimal.
Sifat wawancara • Wawancara bagi televisi atau radio merupakan bagian dari “show” sehingga tidak terpisahkan dari kinerja media. • Kemampuan wawancara jurnalistik ini dapat disaksikan langsung dan seberapa jauh kualitas wawancara dapat disaksikan langsung.
Pentingnya menelaah bahasa audio visual Pada era globalisasi ini siaran Televisi sudah dapat ”ditangkap” (channelnya) oleh lebih dari setengah dari penduduk dunia, itu berarti bahasa audio visual menarik perhatian orang. Bahasa audio visual mempunyai kekuatan khusus, yang mampu membangkitkan imajinasi dan menggerakkan hati. Oleh karena itu kekuatan audio visual perlu dimanfaatkan dalam pemberitaan. Bagaimanakah cara jurnalis meliput wawancara sehingga berita yang disajikan dapat optimal sampai dilihat oleh pemirsa, antara lain dengan mempelajari bahasa audio visual.
Tantangan dari jurnalis • Salah satu tantangan dari jurnalis media audio visual adalah mewawancara tokoh politik penting. Dia merupakan narasumber utama dalam berita dan hampir setiap hari tampil dalam pemberitaan. Apakah dia pejabat dalam pemerintah atau tokoh oposisi, figurnya penting untuk diketahui umum dan juga pandangannya. • Mengapa jurnalis perlu mendapatkan mereka? Karena nilai berita dan opini dari tokoh itu terhadap situasi aktual menjadi panutan sejumlah orang. Jika kita berhasil menggali pandangan tokoh ini dalam situasi genting yang sedang dihadapinya maka sebagai jurnalisharus menggali informasi penting.
Pengalaman Wawancara Tokoh Politik (1/7) Berdasarkan beberapa pengalaman mendekati tokoh politik seperti ini memerlukan beberapa cara(kiat-kiat).Jika Jurnalis berada di lapangan dan sedang meliput, inilah waktu yang tepat mendekati tokoh politik yang terkait. • Dekati langsung dan buat janji wawancara. Buatlah agar Anda terlihat penting untuk mewawancarainya dan serius memintanya. Tatap muka merupakan kesempatan Anda untuk membujuk dia tatap muka. Lupakan siapa media Anda tetapi fikirkan diri Anda untuk mengemukakan argumentasi betapa pentingnya narasumber atau sang tokoh untuk diwawancarai. Tentu saja dalam kasus tertentu yang penting mendekati narasumber tidaklah gampang. Tetapi jelas ada selalu cara untuk menemuinya.
Pengalaman Wawancara Tokoh Politik (2/7) Contoh : • Ketika saya wawancara Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia sesaat setelah dipecar, saya mendekati dia melalui teman-teman dekatnya. Saat saya bertemu Aung San Suu Kyi, saya meminta bantuan warga disana yang dapat bahasa lokal dan menjalin perjanjian untuk wawancara. Saat saya bertemu Aung San Suu Kyi, saya meminta bantuan warga disana yang dapat bahasa lokal dan menjalin perjanjian untuk wawancara. • Saat saya bertemu Nur Misuari di Mindanao Selatan, saya juga melalui stafnya untuk membuat janji wawancara. Saat saya bertemu Nur Misuari di Mindanao selatan, saya juga melalui stafnya untuk membuat janji wawancara.
Pengalaman Wawancara Tokoh Politik (3/7) 2. Jika Anda sudah mendapatkan janji, lakukan riset sedikit mengenai topik-topik aktual untuk ditanyakan kepada narasumber utama itu. Siapkan pertanyaan sebanyak mungkin dan lakukan secara sistematis sehingga satu pertanyaan bersambung ke pertanyaan berikutnya. Jangan membuat narasumber jengkel. Misalnya dengan menanyakan, Yang betul itu nama bapak Soekarna atau Sukarna. Data pribadi narasumber harus sudah di Anda ketahui selengkapnya.
Pengalaman Wawancara Tokoh Politik (4/7) 3. Jika Anda sudah berada di depan narasumber, tampilkan diri Anda secara sejajar. Mental Anda harus siap menghadapi nara sumber yang dari segi nama dan posisi mungkin cukup tinggi. Namun Anda sama pentingnya sebagai pewawancara karena nilai aktual berita yang Anda siarkan atau cetak sama pentingnya. Kebanyakan jurnalis tidak dapat memiliki mental sejajar atau setidaknya percaya diri karena mungkin posisi dan budaya wartawan di Indonesia masih ditempatkan dalam posisi rendah, mengejar-ngejar berita dan kadang-kadang dilecehkan. Anda harus tanamkan tidak masuk dalam kategori itu karena profesi jurnalistik di seluruh dunia berada bersama Anda. Jurnalis yang duduk bersama Presiden Amerika atau Perdana Menteri Inggris sama profesinya dengan Anda. Jadi siapkan mental Anda.
Pengalaman Wawancara Tokoh Politik (5/7) 4. Kendalikan wawancara menurut jadwal yang sudah disiapkan. Anda datang melakukan wawancara bukan untuk menjadi juru bicara narasumber namun untuk menggali informasi sesuai dengan arahan editor atau produser sehingga semuanya dipandu dengan agenda. Jika narasumber berusaha berkelit dengan mengatakan ya atau tidak, ulang pertanyaan Anda dengan kalimat berbeda. Misalnya: jadi Anda mengatakan bahwa kecelakaan pesawat Garuda merupakan kesalahan departemen Anda karena tidak ada pengawasan ? Dengan mengulang pertanyaan itu diharapkan narasumber tidak menjawab ya atau tidak. Dalam isu yang sensitif kecenderungan adalah seperti itu tetapi sebagai jurnalis yang sedang melakukan wawancara jangan lupa tetap mengendalikan dan sadar akan kalimat-kalimat penting yang sedang direkam.
Pengalaman Wawancara Tokoh Politik (6/7) 5. Jangan berdebat ! Kebiasaan wartawan yang kurang tepat berdebat dengan narasumber. Sebaiknya hindari perdebatan. Anda datang untuk merekam pendapat dan opini bukan berdebat. Anda datang untuk mengkonfirmasi beberapa pendapat yang telah dikemukakan atau belum dikukuhkan oleh nara sumber. Hindari perdebatan karena tidak akan menghasilkan apa-apa. Politisi berpengalaman cenderung mengendalikan wartawan. Jadi berhati-hati dalam wawancara sehingga Anda tidak menjadi juru bicara mereka.
Pengalaman Wawancara Tokoh Politik (7/7) 6. Sesudah selesai wawancara, Anda tidak lupa mengucapkan terima kasih dan menyampaikan rasa hormat atas segala pendapat dan pandangan nara sumber. Seandainya ada ganjalan di sisi jurnalis karena tidak puas dalam jawaban topik tertentu, Anda harus menahan diri untuk tidak mencercanya sesudah wawancara. Hubungan yang baik dengan narasumber patut dipertahankan untuk kepentingan wawancara di masa mendatang.
Bahasa Indonesia yang sering Ekstrem • “Pasar Keuangan Bereaksi Positif” atau “Saling Lempar Tanggung Jawab”. • Bagian-bagian tersebut membentuk sebuah anatomi berita yang tersusun sebagai sebuah struktur yang utuh dan padu, yang sering dinamakan sebagai gaya piramida terbalik (inverted pyramid style). Disebut demikian karena bagian tubuh berita disusun dengan pola pengembangan umum-khusus (dimulai dari hal umum, lalu secara berangsur-angsur menuju ke hal-hal yang semakin khusus) atau klimaks-antiklimaks (dari yang paling pokok/penting beralih secara berturut-turut ke yang kurang pokok/penting). Teknik ini diterapkan sebagai upaya penyesuaian atas sifat khalayak dan cara kerja Jurnalis yang serba-bergegas dan harus cepat selesai. Jadi, tujuannya adalah untuk memudahkan atau mempercepat pembaca dalam mengetahui apa yang diberitakan; juga untuk memudahkan para redaktur memotong bagian tidak/kurang penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita
Closing Setelah memahami pengertian,Enam tips itu memang bukan segala-galanya, namun setidaknya ada sedikit informasi mengenai bagaimana menghadapi beberapa tokoh politik penting dalam wawancara. The End