370 likes | 924 Views
ORANG MISKIN SELALU ADA PADAMU. MATIUS 19:16-26. PERBEDAAN ANTARA MATIUS, MARKUS DAN LUKAS. Matius 19: 16-26: Markus 10:17-27 dan Lukas 18:18-27 memuat cerita tentang orang kaya sukar masuk Kerajaan Allah. Namun ada beberapa perbedaan dari ketiga Injil ini yaitu sebagai berikut:
E N D
ORANG MISKIN SELALU ADA PADAMU MATIUS 19:16-26
PERBEDAAN ANTARA MATIUS, MARKUS DAN LUKAS • Matius 19: 16-26: Markus 10:17-27 dan Lukas 18:18-27 memuat cerita tentang orang kaya sukar masuk Kerajaan Allah. Namun ada beberapa perbedaan dari ketiga Injil ini yaitu sebagai berikut: 1. Dalam Injil Matius: identitas yang datang kepada Yesus dikatakan orang muda dan banyak hartanya (Mat 19:22) Markus hanya
menggambarkan banyak hartanya (Mrk 10:22) Sedangkan dalam Injil Lukas dikatakan seorang pemimpin dan sangat kaya (Luk 18:18, 23). 2. Injil Markus menggambarkan bagaimana sikap orang kaya pada saat bertemu dengan Yesus yaitu berlari-lari mendapatkan Dia dan berlutut (Mrk 10:17). Sedangkan Matius dan Lukas tidak menggambarkan sikap demikian.
3. Injil Markus menggambarkan bahwa Yesus menaruh kasih kepadanya (Mrk 10:21), sedangkan dalam Injil Matius dan Lukas tidak dikatakan demikian. 4.Dalam Injil Matius dan Lukas digambarkan sikap orang itu setelah mendengar perkataan Yesus adalah sedih (Mat 19:22; Luk 18:23)sedangkan dalam Injil Markus adalah kecewa (Mrk 10:22).
5. Sikap murid setelah mendengar perkataan Yesus: dalam Injil Matius dikatakan gempar (19:25); dalam Injil Markus dikatakan tercengang (10:24) sedangkan dalam Injil Lukas, tidak menggambarkan sikap murid.
6. Injil Markus dan Lukas menyatakan perkataan Yesus: Mengapa kaukatakan Aku baik? (Mrk 10:18; Luk 18:19) sedangkan dalam Injil Matius, Yesus mengatakan: Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? (Mat 19:17)
7. Dalam Injil Markus dan Lukas, dikatakan bahwa orang itu sudah menuruti perintah Allah sejak masa mudanya (Mrk 10:20; Luk 18:21) sedangkan dalam Injil Matius hal ini tidak dinyatakan.
MAKNA TEOLOGIS • Dari kisah ini, apa yang dapat kita pelajari? 1. Orang yang datang kepada Yesus mencari apa yang disebut hidup kekal. Bahkan dalam injil Matius, orang itu merasa sangat yakin dengan perbuatan seseorang dapat memperoleh hidup kekal. Hal ini dipengaruhi oleh tradisi Yahudi yang menekankan perbuatan untuk
memelihara dan melakukan peraturan dan ketetapan Taurat. Oleh karena itu, pada saat Yesus menjawab, Ia memakai kerangka pemikiran orang tersebut dengan menyuruhnya mematuhi 10 perintah Allah. 2. Kisah ini memperlihatkan bahwa orang tersebut telah melakukan apa yang disebutkan Yesus mengenai perintah Allah
dalam hubungan dengan sesama dan orangtua. Secara legal, orang ini sudah melakukan hukum Taurat tetapi secara spiritual hal ini tidak benar karena ketika ia melakukannya semata-mata demi kepentingan dirinya. Itu sebabnya Yesus memperhadapkan dengan tantangan untuk menjual seluruh hartanya dan membagikannya kepada orang miskin.
4. Orang ini sudah demikian terbelenggu sehingga tidak ada yang dapat memisahkan dirinya dengan hartanya. Hal ini disebabkan karena ia memandang hartanya sebagai sumber kehidupan, sumber kebahagiaan, sumber kesenangan, sumber keamanan. Sulit bagi dia untuk memberi hartanya kepada orang lain karena takut kekurangan.
5. Yesus justru sedang mengajarkan agar orang itu bisa terlepas dari belenggu hartanya dan memandang hartanya sebagai sarana untuk menolong orang lain. 6. Arti hidup kekal adalah hidup yang sesuai dengan ajaran Allah atau hidup yang menjadi milik Allah. Jadi bukan dalam arti harafiah hidup untuk selamanya.
Jadi esensi hidup kekal bukanlah perbuatan dalam mematuhi aturan, hukum dan perintah tetapi hidup kekal didasarkan pada sikap kemurahan hati yang penuh kasih dan yang rela berkorban terhadap sesama. Dengan kata lain, untuk memperoleh hidup kekal, seseorang harus meniru sikap Yesus dan perhatian terhadap sesama.
7. Orang ini lebih mencintai harta daripada mencintai sesama.Padahal harta tidak bisa menolong dirinya pada saat ia menghadapi bencana. Ia juga sangat mencintai dirinya daripada Tuhan, hal ini terlihat dari sikapnya yang tidak bersedia melakukan apa yang diperintahkan Tuhan.
8. Kekayaan memberi dampak bagi kehidupan seseorang yaitu: • Kekayaan memberi kemerdekaan semu. Apabila seorang diperlengkapi dengan harta duniawi, ia cenderung berpikir bahwa ia dapat menyelesaikan setiap persoalan yang timbul. Apabila orang menjadi kaya, ia cenderung berpikir bahwa segala sesuatu ada harganya,
bahwa bila ia ingin sesuatu, maka ia dapat membelinya dan apabila ia mengalami kesulitan dengan kekayaan ia dapat membeli jalan keluarnya. Bahkan ia berpikir bahwa ia dapat melakukan segala sesuatu tanpa Allah dan sanggup menjalani hidupnya sendiri.Harta membuat orang kehilangan kebutuhan akan Allah.
b. Kekayaan membuat manusia cenderung memberikan pikiran dan hatinya kepada dunia ini. Perhatiannya lebih banyak tertuju pada materi sehingga tidak bisa berpikir lain lagi selain materi itu sendiri. Keadaan ini membuat manusia tidak bersedia meninggalkan semua harta yang sudah diupayakan sepanjang hidupnya. Bahkan tidak bersedia mati.
c. Kekayaan membuat seseorang melihat segala sesuatu dari sudut pandang harga dan bukan dari segi nilai. Yang dipikirkan adalah apa yang bisa didapatkannya dengan uang. Padahal di dunia ini, ada nilai-nilai yang jauh melebihi uang dan tidak selalu dapat dinilai dengan uang dan ada hal-hal yang berharga yang tidak bisa dibeli dengan uang.
d. Kekayaan mudah membuat seseorang menjadi sombong, berpuas diri, pelit, dan sulit untuk istirahat. Harta membuat orang menuhankan materi dan sulit menerima bahwa semua yang ada dalam kehidupan ini adalah anugerah dari Tuhan. Kekayaan membuat orang kurang menaruh percaya kepada Allah karena yang disembah dan dipercayai adalah harta miliknya.
e. Kekayaan membelenggu orang pada dunia ini. Yesus berkata “ dimana hartamu berada, disitu jua hatimu berada (Mat 6:21). Apabila orang mempunyai terlalu banyak harta di dunia, maka ia akan cenderung melupakan apa yang ada di sorga dan tidak lagi tertarik pada hal-hal sorgawi. Padahal hal-hal duniawi adalah sementara sedangkan hal-hal sorgawi
adalah kekal. f. Kekayaan cenderung membuat orang mementingkan diri sendiri. Manusia tidak pernah mampu mengatakan cukup. Betapapun kayanya seseorang, maka ia masih menginginkan lebih banyak lagi. Selanjutnya, sekali orang telah mempunyai kesenangan dan kemewahan
maka ia cenderung takut kalau suatu hari kelak ia akan kehilangan itu semua. Hal ini membuat orang menjadi hidup penuh dengan kekuatiran dan kecemasan untuk mempertahankan apa yang telah dimiliki. Akibatnya, ketika orang menjadi kaya, ia bukan memberi kekayaannya kepada orang lain melainkan ia memegangnya erat-erat dan terus menumpuk hartanya.
Padahal Yesus sudah mengingatkan bahwa orang akan kehilangan apa yang ia pertahankan. 9. Yesus tidak mengatakan bahwa semua orang kaya mustahil masuk Kerajaan Allah karena ada beberapa nama seperti Zakheus (Luk 19:9); Yusuf Arimatea (Mat 27:57); Nikodemus (Yoh 19:39).
10. Kekayaan bukanlah dosa tetapi dapat menimbulkan bahaya. Bahaya yang paling sering terjadi adalah merasa tidak memerlukan Allah lagi. 11. Yesus menantang orang kaya ini untuk berani keluar dari kehidupannya yang sudah mapan, enak dan terhormat untuk masuk ke dalam hidup yang bersedia kehilangan atau kekurangan miliknya.
12. Orang kaya itu menolak tantangan yang diberikan Yesus karena dalam pemahaman Yahudi, kekayaan adalah tanda orang yang baik. Jika seseorang kaya, itu berarti Allah menghargai dan memberkatinya. Kemakmuran adalah bukti kebaikan karakter seorang dan Allah berkenan atasnya. Maka orang kaya itu berpikir semakin ia kaya semakin pastilah
bahwaorangitumasukdalamKerajaan Allah. DisinilahYesusmerombakcaraberpikirorangkaya yang mengandalkankekayaanuntukmasukkedalamkerajaan Allah. 13. TujuanYesusmenyuruhorangkayaitumenjualdanmembagi-bagikanhartanyakepadaorangmiskin agar diasungguh- sungguhmenghayatiartimengasihi
sesamabukanhanyasekedarmelakukanhukumTaurattetapitidaksampaipadatahapberkorban, dantidakegois. Orangkayainitidakmemberikanapa-apakepadaorang lain tetapihanyauntukkesejahteraandankebaikanbagidirinyasendiri.
KESIMPULAN 1. Manusia tidak boleh terlekat kepada kekayaan tetapi kepada Allah. 2. Kekayaan adalah anugerah dari Allah yang perlu dibagikan kepada sesama khususnya mereka yang miskin. 3. Belajar untuk berbagi adalah tindakan kasih kepada Allah dan sesama.