1 / 10

TITIS RASARI NIM: 11083021 Sejarah Metafisika Barat

TITIS RASARI NIM: 11083021 Sejarah Metafisika Barat. 1.

roy
Download Presentation

TITIS RASARI NIM: 11083021 Sejarah Metafisika Barat

An Image/Link below is provided (as is) to download presentation Download Policy: Content on the Website is provided to you AS IS for your information and personal use and may not be sold / licensed / shared on other websites without getting consent from its author. Content is provided to you AS IS for your information and personal use only. Download presentation by click this link. While downloading, if for some reason you are not able to download a presentation, the publisher may have deleted the file from their server. During download, if you can't get a presentation, the file might be deleted by the publisher.

E N D

Presentation Transcript


  1. TITIS RASARINIM: 11083021SejarahMetafisika Barat 1 • Sejarahmetafisikaselaludipenuhidenganimpiandan nostalgia akankebenaran, akan logos yang ilahiyahdantransenden yang memenuhibenakparafilosof yang berpikirbahwakebenaranituberadadiluardirimanusiadanmerupakansesuatu yang obyektif. • Bagaimanamanusiamemperolehkebenaran, itulah yang dipersoalkanolehfilsafat. TradisiPlatonikmenyatakanbahwakebenarantransendenbereksistensidiluarbahasadandipahamisecaravertikal, yaknidalamhubunghannyadengan yang ilahiataurealitassuci. Karenapenekanannyapadaaspek spiritual danadiindrawi, makaPlatonismememahamikebenaransebagaikenyataanekstralinguistik yang mandiridarimanusia. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  2. Inilahbentukawallogosentrisme yang berabad-abadkemudianmenjajahalampikiranbaratdanmembentuksuatusistemmetafisik yang berbasispada “kehadiran” atau logos. Hegel mengidentikkan logos itudenganrohabsolud, yang dikonsepsikansebagaikesadaranmengelanidirinya. • Pengetahuanmanusiadiibaratkan Hegel sebagaiperjalananpanjangmenujurohabsolud, yang merupakansatu-satunyapengetahuanmanusia yang bentuknya paling sempurna. Manusiamemahamidirinyasebagaisubyekdenganmelakukandialektikadengansejarah, hinggaakhirnyamencapaikesempurnaan yang berpuncakpadakesadarandiri yang menyeluruh. 2Slide 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  3. 3 Wujudlogosentrisme Barat • Narasi “referensi diri” semacam ini sudah ditolak oleh posmodernisme karena terbukti sistem metafisik yang demikian mewariskan filsafat yang totaliter, yang menotalkan segalanya kedalam suatu sistem tunggal . Logosentrisme merupakan “kekerasan metafisik” terhadap yang lain. • Logosentrisme serupa juga menimpa filsafat pasca-Hegelian yang mengganti roh absolud dengan konsep yang diandaikan sebagai “pusat” atau origin dari segala sesuatu. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  4. 4 • Alehteia (penyingkapan sang Adadalampemikiran Heidegger), eidos (esensiataustruktureidetikkesadarandalampemikiran Husserl), phone (tuturan, wicara,bunyidalamlinguistikSausurean), arche, telos, energia (dalamkonsepsi Aristotelian), Tuhan, diri, manusia, transendentalitas, kesadaran (consciousness) kesadaran-diri (conscience) – semuainiadalahberbagaiwujuddarilogosentrismedalammetafisikabarat. Akardarikecenderungantotalisasidalamfilsafatdapatdapatditelusuridaridominannyacaraberpikirlogosentrismedalammelihatkebenaran. • Pertama-tama filsafatbiasamereduksiberbagaipersoalankedalamsaturumusan universal yang terimasecaraapriori. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  5. 5Slide 5 • Ketika sebuah prinsi atau aksioma filosofis ditetapkan, maka kebenarannya dianggap berlaku secara universal. Keyakinan pada adanya rasionalitas dalam pemikiran Descartes, atau pengetahuan tunggal yang merupakan puncak tertinggi dari kesadaran historis manausia pada Hegel, mencerminkan hasrat filsafat untuk menguniversalkan segala bentuk partikularitas. Yang universal selanjutnya dipercayai sebagai kebenaran obyektif. Obyektivitasnya tidak terkait dengan subyektivitas individu maupun berbagai perubahan yang terjadi dalam sejarah. Kebenarannya terbebas dari kontingensi karena sifatnya yang absolut dan transenden diluar pengalaman yang partikular. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  6. 6 Penyeragaman dan Penunggalan • Filsafat kemudian menciptakan kategori-kategori atas berbagai fenomena, mencari kesatuan makna dari berbagai hal yang beragam (craving for genarality), dan melakukan penunggalan atas kemajemukan (craving for unity). Segala hal yang berbeda dari kategori tersebut direduksi dan dicari titik-titik kesamaannya sehingga bisa dihasilkan sebuah metonimi yang padu dan baku. Dengan melakukan hal ini, filsafat sebenarnya telah mereduksi the other dalam economy of the same dan menyeragamkan perbedaan ke dalam suatu sistem homogin. 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  7. 7 Pandangan Jaqcues Derrida • Bahwa kategori yang disusun filsafat berada dalam lingkup bahasa yang memuat berbagai struktur penandaan. Jika filsafat ingin menyusun rumusan universal, maka sebenarnya tak bisa mengelak dari perbedaan-perbedaan yang dibentuk oleh struktur tanda yang implisit dalam bahasa. • Maka, usaha untuk membuat satu sistem pemikiran yang koheren akan selalu terbentur dengan aspek differensial bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan adalah “kodrat” dari setiap ketegori atau sistem pemikiran apapun; terbentuknya berbagai macam kategori dalam filsafat juga diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan yang melekat dalam bahasa. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  8. 8Slide 8 • Dalam kehidupan sehari-hari perbedaan tidak selalu mengisyaratkan hierarki (misal, warna hitam lebih unggul daripada putih) atau oposisi (hitam meniadakan putih), karena salalu ada ketegori ketiga yang memungkinkan kedua ketegori tersebut tetap seperti sediakala. • Sayang filsafat terlanjur melupakan kemungkinan-kemungkinan semacam ini. Metafisika telah membebani filsafat untuk merengkuh kebenaran dalam totalitasnya dengan menepikan perbedaan-perbedaan yang implisit dalam totalitas itu. Pada hal totalitas tanpa perbedaan hanyalah ilusi. • Kebenaran tidak bisa ditemukan diluar sistem defferensial yang membentuk bahasa; kebenaran tidak tampil dalam ruang hampa, melainkan terrajut dari relasi-relasi yang rumit yang sambung menyambung dalam tubuh bahasa. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  9. 9The Father of Logos The Father of Logos • Dalam sejarah pengetahuan manusia , tulisan barangkali bisa dianggap sebagai institusi yang diperlawankan secara diametris dengan logos.Tulisan adalah metafor tentang intertekstualitas, tentang kebenaran –dalam- proses yang jalin menjalin dan bertaut dengan “yang lain”, yang beda. Sementara , logos melambangkan penunggalan atas yang beda dan yang jamak kedalam satu sistem kebenaran yang dipandang sebagai arkhe (archia), sumber, asal-usul, dan telos dari hidup – kebenaran metafisik yang mengandalkan pusat yang tak goyah dan berdiri menjulang di seberang sana. Ketakutan akan keberadaan tulisan adalah ketakutan akan kebenaran yang tak lagi stabil; kebenaran yang menyebar dan tak tertaklukkan oleh kekuasaan logos. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

  10. 10 • Ketakutan itu mengeras dalam bentuk menolak segala bentuk ikhtiar menghadirkan kebenaran –sebagai- proses, melainkan juga upaya mengontrol kembali kendali kebenaran yang lepas (dari kebenaran tunggal) akibat menerima keberagaman atau perbedaan dalam kebenaran. Derrida menyebutnya sebagai differance yang mengatasi oposisi biner antara kejahatan versus kebaikan, absensi versus kehadiran dalam dunia teks. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

More Related