120 likes | 336 Views
COMMUNICATION CLIMATES. Dedy Djamaluddin Malik. DEFINISI. Iklim atau suasana komunikasi dalam konteks hubungan interpersonal sangat menentukan produkitif tidaknya komunikasi.
E N D
COMMUNICATION CLIMATES Dedy Djamaluddin Malik
DEFINISI • Iklim atau suasana komunikasi dalam konteks hubungan interpersonal sangat menentukan produkitif tidaknya komunikasi. • Iklim komunikasi bisa diibaratkan dengan suasana alam dalam kondisi “cerah”, antara “mendung-cerah”, dan “mendung” atau “hujan”. • Indikator iklim komunikasi yang sehat: (1) saling memperhatikan; (2) saling menghargai; (3) saling percaya; (4) saling mendukung; (5) saling terbuka.
TINGKAT KONFIRMASI DAN DISKONFIRMASI • Suasana komunikasi bisa dikonstruksi secara menyenangkan atau tidak menyenangkan, bergantung pada motif dan ekspektasi masing-masing. • Bila seseorang ingin menciptakan, menjaga, dan mengembangkan suasana komunikasi yang sehat, maka teknik yang digunakan ialah: level of confirmation. • Bila seseorang ingin mempercepat, memutuskan dan merusak iklim komunikasi suapa segera berakhir, maka teknik yang digunakan: level of disconfirmation.
LEVEL OF CONFIRMATION • Recognition (pengakuan): yakni mengekspresikan kesadaran atas adanya seseorang di depan atau di sekitar kita. Tanda menyadari orang lain ditunjukkan dengan jabat tangan atau tersenyum. • Acknowledgement: usaha memperhatikan apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain (empatik dan simpatik). Ini ditandai dengan “anggukan”, “kontak mata”, dan “menyamakan perasaan”. • Endorsement: mendukung dan menyetujui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain.
DISCONFIRMATION • Non recognition: tidak memperhatikan adanya orang lain. “You don’t exist” atau “silence”. • Non acknowledgement: perduli apa yang dipikirkan dan dirasakan pihal lain. Ini ditandai dengan cara: tidak mau mendengarkan atau memberi komentar sekilas: “you’ll get over”. • Non Endorsement: tidak mau mendukung pikiran dan perasaan orang lain. “Kamu salah”, “seharusnya kamu tak punya perasaan begitu”, “apa yang kamu pikirkan tak masuk akal”.
SUPPORTIVE COMMUNICATION • Description: menggambarkan keadaan sebenarnya lewat kata-kata tanpa menyinggung perasaan orang (obyektivikasi). • Provisionalism: menunjukkan keterbukaan dalam “point of views” bahwa kebenaran itu tidak satu dan banyak perspektif. • Spontaneity: komunikasi yang jujur, tidak disembunyikan, dan apa adanya. • Problem orientation: meskipun ada suasana perbedaan pendapat yang tajam tapi komunikasi terus berjalan dengan cara saling menghargai. • Empathy: empati adalah menempatkan diri kita pada perasaan dan pikiran yang tengah dihadapi orang lain. • Equality: dalam komunikasi masing-masing punya kedudukan yang setara.
DEFENSIVE COMMUNICATION • Evaluation: menilai seseorang dengan kata2 yang tak menyenangkan. • Certainty: berpendapat secara otoriter, paling benar sendiri dan etnosentrisme. • Strategy: memanipulasi opini untuk kepentingan diri sendiri. • Control: komunikasi bertujuan untuk mendominasi dan mengabaikan pihak lain. • Neutrality: komunikasi yang menunjukkan sikap acuh tak acuh atau masa bodoh pada seseorang. • Superiority: komunikasi yang menunjukkan hubungan asimetris. Merasa lebih tahu, lebih hebat.
KONFLIK KOMUNIKASI • Konflik komunikasi tak bisa dihindari dalam hubungan interpersonal. Konflik bisa “overt” atau “covert”. • Konflik bisa diselesaikan “baik” atau “tidak baik”. • Ada empat komponen dalam proses konflik: (1) conflict of interest; (2) conflict orientation;(3) conflict responses; (4) conflict outcome.
CONFLICT OF INTEREST • Tiap orang punya tujuan, kepentingan dan pandangan yang saling berbeda dan sulit dipertemukan. • Sebagian orang memandang bahwa Cirebon harus menjadi salah satu provinsi karena ketidakadilan. Sebagian berpendapat point nya bukan propinsi tapi ketidakadilan. Maka solusinya tak harus propinsi.
CONFLICT ORIENTATION • Bagaimana cara kita memandang konflik: apakah negatif, positif atau bisa positif bisa juga negatif. Bisakah konflik membuahkan unsur positif?. • Konflik bisa dielaborasi ke dalam tiga kemungkinan: (1) lose-lose yakni peserta konflik tak mendapat manfaat apapun; (2) win-lose yakni salah satu pihak yang konflik mendapat kemenangan dan yang lain kalah; (3) win-win yakni para peserta konflik bisa menyelesaikan konflik yang menguntungkan semua pihak.
CONFLICT RESPONSES • Exit responses: yakni menolak untuk membicarakan apa yang tengah dihadapi atau meninggalkan tempat. • Neglect response: yakni kecenderungan seseorang untuk mengurangi dan mengingkari masalah. • Loyalty responses: yakni tetap menghadapi konflik itu meskipun terjadi perbedaan tajam. • Voices responses: yakni berusaha menyelesaikan konflik hingga muncul hasil yang win-win.
CONFLICT OUTCOMES • Konflik bisa diselesaikan secara konstruktif. Bila dilihat dari sisi positif, konflik bisa melahirkan pertumbuhan personal dan kompetensi profesional. • Betapa pun berbeda tujuan, kepentingan dan pendapat di antara para peserta komunbikasi, namun bila diciptakan komunikasi suportif, konflik akan tereliminasi dan bahkan bisa diselesaikan dengan “win-win solution”.