881 likes | 2.7k Views
Presentasi ini mencoba mengungkapkan kendala yang dihadapi oleh rantai pasok Asbuton dan usulan opsi pengembangan ke depan.
E N D
Rantai Pasok ASBUTON Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung 7 Desember 2015
Kilasan • Pengantar • Istilah Aspal, Proses Produksi Aspal, Diagram Alir Pabrik • Peta Produksi Aspal Minyak • Peta Tambang Asbuton, Asbuton Butir • Perkembangan Terkini • Identifikasi Isu‐Isu Seputar Asbuton • Kerangka Kebijakan • Rekomendasi 2
Pengantar • Pemerintah sedang menggalakkan substitusi impor untuk program pembangunan nasional. Keputusan daerah memakai aspal buton merupakan instruksi Presiden dalam Munsrenbang Nasional pada akhir Desember 2014 yang meminta agar pemerintah daerah semaksimal menggunakan produk dalam negeri, salah satunya pemakaian aspal Buton. Permintaan aspal diperkirakan sekitar 1,5 juta ton per tahun dan kemampuan Pertamina hanya 600 ribu ton sementara sisanya adalah hasil impor. Potensi Asbuton yang cukup besar untuk substitusi impor aspal minyak untuk menghemat devisa dan pemanfaatan sumberdaya lokal. Rantai pasok yang ada saat ini belum dapat memenuhi permintaan karena berbagai macam isu‐isu. Presentasi ini mencoba mengungkapkan kendala yang dihadapi oleh rantai pasok Asbuton dan usulan opsi pengembangan ke depan. • • • • 3
Istilah Aspal Istilah aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian bangsa Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam bahasa Inggris menjadi asphalt, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi aspal. Sumber: Sejarah Aspal di Indonesia pada http://asbuton.blogspot.co.id/ 4
Jenis Aspal • Jenis aspal berdasarkan cara mendapatkannya – Aspak buatan: Aspal minyak merupakan hasil residu destilasi minyak bumi dan Tar Merupakan hasil penyulingan batu bara dan kayu (tidak umum dugunakan, peka terhadap perubahan temperatur dan beracun) – Aspal Alam: Aspal Gunung (Rock Asphalt) seperti Aspal Buton dan Aspal Danau (Lake Asphalt) misalnya Aspal Bermudez, Trinidad. Aspal alam terbentuk dari lapisan minyak bumi yang terperangkap dalam lapisan bumi. Lama kelamaan lapisan minyak tersebut naik dan bercampur dengan tanah dan batuan. Berbeda dengan aspal minyak yang membutuhkan eksplorasi hingga kedalaman ribuan meter, aspal jenis ini tidak memerlukan eksplorasi yang sangat dalam karena biasanya sudah dapat ditemui di kedalaman 1,5 meter, bahkan di permukaan bumi. Asbuton adalah salah satu contoh dari aspal alam. Asbuton ditemukan oleh geolog asal Belanda WH Hetzel Asbuton pada tahun 1924, dan digunakan pertama kali dalam pengaspalan jalan dua tahun kemudian. • • Sumber: http://www.kompasiana.com/covezebua/aspal‐buton‐harta‐karun‐terpendam‐di‐bumi‐ indonesia_55b496bf917a614f1d8ea6ce 5
Rantai Nilai Bisnis Pasokan Aspal Sumber: Tipco Asphalt Public Company Limited (2015) 8
Peta Produksi Aspal Minyak Pertamina Kebutuhan aspal nasional sekitar 1,2 juta ton per tahun, Pertamina mampu memproduksi 25% atau sekitar 300.000 ton aspal yang diproduksi di Cilacap. Adapun selebihnya diperoleh dari impor aspal negeri lain seperti China dan Amerika Serikat, yang sangat dipengaruhi kurs dollar. ~ Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi (10/09/2015) 9
Aspal Buton • Aspal buton merupakan aspal alam yang berasal dari Pulau Buton, Indonesia. • Aspal ini merupakan campuran antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk batuan. • Karena aspal buton merupakan bahan alam maka kadar bitumennya bervariasi dari rendah sampai tinggi. • Berdasarkan kadar bitumennya aspal buton dibedakan atas B10, B13, B20, B25, dan B30 (Aspal Buton B10 adalah aspal buton dengan kadar bitumen rata‐rata 10%). 11
Tambang Aspal di Buton Sumber: http://www.summitama.com/surabaya.html 12
Asbuton Butir Asbuton butir tipe 5/20, 15/20, 15/25 atau tipe 20/25. Pabrik percontohan berkapasitas satu ton per jam berhasil dibangun dengan dana Rp 200 juta. Produknya telah diuji Puslitbang Jalan Binamarga dan dinyatakan sebagai aspal bermutu. Uji laboratorium dan uji lapangan menunjukkan, sifat produknya setara dengan Trinidad Lake Asphalt. Sumber: Aspal Buton Digunakan untuk Pembangunan Jalan di Indonesia pada http://joelbarcacreative.blogspot.co.id/2011/12/as‐buton.html0 13
Contoh Aktor Asbuton • PT Buton Aspal Indonesia (Butonas) • PT WIKA Bitumen (membeli PT Sarana Karya ‐ SAKA) • PT Buton Asphalt Indonesia (BAI) (http://www.bai.co.id/products.htm) • Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia • PT Summitama Intinusa (http://www.summitama.com/surabaya.html) adalah produsen Asphalt Additive yang berbahan baku Aspal Buton 14
Peluang • Keunggulan Asbuton • Kebijakan pemanfaatan Asbuton • Ketersediaan petunjuk teknis • Penghematan devisa melalui substitusi impor: – Impor aspal minyak sebesar 900 ribu ton per tahun – Aspal buton bisa untuk substitusi impor hingga 20% atau 180 ribu ton • Pembangunan infrastruktur jalan • Komitmen Kementerian PUPR • Ekspor Asbuton ke luar negeri (Tiongkok, Vietnam, atau Thailand) • Peningkatan investasi produksi Asbuton 16
Keunggulan Asbuton • Pemanfaatan sumber daya lokal aspal buton (asbuton) pada pekerjaan perbaikan, pembangunan dan peningkatan jalan dan proyek konstruksi yang didanai APBN. Kualitas (daya lekat dan kelenturan lebih tinggi) aspal (Hotmix Aspal Buton Hampar Dingin) yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih hemat. Aspal LGA juga tahan hingga 10 tahun, sedangkan aspal minyak hanya lima tahun. Dari sisi stabilitas, LGA (Lawele Granular Asphalt) mencapai nilai 1.500‐1.800, sedangkan aspal minyak 1.000‐1.200 (Harian Kompas, Kamis, 27 November 2008). Tidak terpengaruh lonjakan harga aspal minyak. Asbuton juga dapat diolah untuk bahan atap gedung sebagai pengganti genteng bangunan. Harga asbuton mencapai Rp 3.500 setiap kilonya, sementara aspal minyak mencapai Rp 4.600 per kilo pada tahun 2007. Aspal tersebar di 43.000 hektare area di Pulau Buton. Deposit Asbuton mencapai 677 juta ton yang merupakan terbesar di dunia dan setara dengan 170 juta ton aspal minyak dari 2 miliar ton hasil survei Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Sejak ditambang pada era 1970‐an, aspal buton yang dieksploitasi baru sekitar 3,4 juta ton. Satu kiloneter jalan yang menggunakan aspal Buton, hanya butuh biaya sekitar Rp 300 juta, sedangkan menggunakan aspal minyak bisa mencapai Rp 1,2 miliar sampai Rp 1,5 miliar (Kabupaten Buton Utara tahun 2013). Potensi penggunaan aspal buton dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan sangat layak berdasarkan Sertifikasi Uji Kelayakan Teknis dari Pusat Penelitian Jalan Departemen Pekerjaan Umum. • • • • • • • • 17
Kebijakan • Peraturan Menteri PU (Permen PU) No. 35 tahun 2006 tentang Peningkatan Pemanfaatan Aspal Buton untuk Pemeliharaan dan Pembangunan Jalan. • Peraturan Daerah Kabupaten Buton No. 11 tahun 2007 tentang Pengaturan Pengolahan, Produksi, dan Perdagangan Antar Pulau dan Ekspor Aspal Buton. • Peraturan Daerah (Perda) Pemerintah Provinsi Sultra No. 2 tahun 2010 tentang penggunaan aspal Buton untuk pengaspalan jalan. – Pemerintah kabupaten/kota yang menggunakan aspal Buton sebesar 25 persen dalam mengaspal jalan, akan diberikan subsidi oleh pemerintah provinsi Sultra yang nilainya ditentukan oleh kebijakan gubernur. 18
Ketersediaan Petunjuk Teknis Pemasokan Asbuton Butir Pada AMP Jenis Menerus dalam Petunjuk Teknis No. 006/BM/2008 SNI 03‐2852‐1992 TATA CARA PELAKSANAAN LAPIS ASBUTON AGREGAT (LASBUTAG) Sumber: Petunjuk Teknis Pemanfaatan asbuton butir dalam campuran beraspal panas pada http://bai.co.id/fl/ref_data_sheets/tech‐ guide_hotmix.pdf CAMPURAN BERASPAL HANGAT MENGGUNAKAN ASPAL BUTON BERBUTIR Sumber: http://asbutonglobalindo.blogspot.co.id/ 19
Gunakan Asbuton, Setahun Berhemat Rp 5,52 T • Bupati Buton, Samsu Umar Abdul Samiun membeberkan keunggulan Aspal Buton (Asbuton) bila dibandingkan dengan Aspal Minyak. Untuk satu ton aspal minyak bisa dibeli dengan harga Rp 9 juta, sedangkan Asbuton hanya Rp 1,1 juta. Selama ini Indonesia mendatangkan aspal minyak dari Singapura 1,2 juta ton per tahun. Untuk mendatangkan aspal impor tersebut, Indonesia harus mengeluarkan anggaran sebesar Rp 10,8 triliun per tahunnya. Jika kebutuhan aspal swasta setengahnya dari kebutuhan pemerintah, maka Indonesia memberi pemasukkan uang ke Singapura sekitar Rp 15‐16 triliun per tahun. Perbandingan antara Aspal Minyak dengan Asbuton 1 banding 4. Artinya 1 ton aspal minyak sebanding dengan 4 ton Asbuton. Meski begitu, bila membeli Asbuton tetap berhemat Rp 4,6 juta per ton. Jadi kalau kita kalkulasikan 1,1 juta dikali 4 sama dengan Rp 4,4 juta. Jadi kalau Rp 9 juta dikurangi Rp 4,4 juta selisinya Rp 4,6 juta. Jika merujuk pada Rp 10‐15 triliun pertahun yang dikeluarkan Indonesia untuk membeli aspal minyak, maka dengan munggunakan CPHMA Buton, Indonesia dapat menghemat cadangan devisa sebesar Rp 5,52 triliun per tahun. • • • • • Sumber: Gunakan Asbuton, Setahun Berhemat Rp 5,52 T, Umar Samiun: Indonesia Rugi Kalau tidak Pakai Aspal Buton, Suara Buton, 31 Januari 2015. 20
Komitmen Kementerian PUPR • Kebutuhan aspal di Indonesia pada 2012 dengan adanya program masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI) mencapai 2,9 juta ton, sedangkan pemenuhan kebutuhan hanya 930.000 ton. • Anggaran penggunaan aspal buton sebanyak 86 ribu ton dalam proyek jalan nasional tahun 2015. • Anggaran penggunaan aspal buton sebanyak 100 ribu ton dalam proyek jalan nasional tahun 2016. 22
Pasar Asia‐Pasifik • Permintaan aspal di Tiongkok, Australia, Indonesia, Vietnam, Laos, dan Kamboja dipenuhi dengan impor. • Permintaan Asia‐Pasifik sepanjang kurun 2015‐2018 bersifat tetap dengan naiknya konsumsi domestik. • Investasi fokus pada pembangunan infrastruktur yang membuka peluang bertumbuhnya sektor konstruksi. Sumber: Tipco Asphalt Public Company Limited (2015) 23
Pengembangan Asbuton • Pertamina bekerja sama dengan produsen aspal dalam negeri telah mengeluarkan Pertamina Retona, yakni bahan modifier alami aspal buton ekstraksi dan aspal prima (aspal multigrade). – Aspal dan bahan modifier tersebut telah diujicoba pada tol Cibubur sepanjang 2 kilometer dan jalan pantai utara Jawa sepanjang 200 meter di daerah Ciasem, Subang. Pengolahan aspal buton oleh PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) Bitumen telah menyelesaikan kajian dan penyempurnaan sistem maupun proses produksi aspal buton (Sindo, 9 Januari 2014). – Perusahaan telah menyiapkan lahan seluas 31 hektare senilai hampir Rp 20 miliar untuk pembangunan pabrik aspal. – Rencananya, perusahaan akan membangun enam pabrik berkapasitas produksi sebesar 300 ribu ton. – Pada tahap pertama akan dibangun satu pabrik berkapasitas produksi sebesar 50 ribu ton dengan kebutuhan investasi senilai Rp 290 miliar. – Produksinya bertahap, tahun pertama 10.000 ton per tahun pada tahun 2015, tahun kedua 20.000 ton per tahun, dan tahun ketiga 50.000 ton per tahun. Pembangunan Asbuton Center atau Pusat Penelitian dan Pengembangan Aspal Buton di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara dengan anggaran 6 miliar rupiah dari APBN 2013. – Dibangun di Desa Kabawakole (Tanamaeta) Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton – Pusat laboratorium, miniplant, dan fasilitasi pemanfaatan asbuton – Unit Inspeksi Kualitas Asbuton, Pusat Informasi, dan Pusat Pelatihan SDM yang berkaitan dengan teknologi Asbuton • • 24
PT WIKA Bitumen • WIKA mengakuisisi 100% saham PT Sarana Karya, yang memiliki bisnis inti dalam bidang pertambangan di Buton pada Januari 2014. Nilai transaksinya sekitar Rp 50 miliar. Setelah resmi menjadi anak usaha Wika, PT Sarana Karya itu berubah nama menjadi Wika Bitumen. • Setelah aksi akuisisi tersebut, WIKA membangun pabrik ekstrasi aspal alam di atas lahan 30 hektare (ha) yang dimiliki perseroan di Lawale, Pulau Buton. • Pabrik ekstrasi tersebut dirancang dengan total kapasitas 50 ribu ton per tahun. Sesuai rencana, pembangunan pabrik itu memakan waktu satu tahun dan beroperasi penuh pada tahun 2015. • Target kontribusi pendapatan Wika Bitumen sebesar Rp 212 miliar tahun 2015. Target kontribusi tersebut meningkat signifikan dari realisasi kontribusi pendapatan Wika Bitumen tahun lalu yang mencapai Rp 61 miliar. • Kontribusi laba bersih Wika Bitumen diperkirakan sebesar Rp 48 miliar, atau naik lebih dari dua kali lipat dibanding realisasi tahun lalu sebesar Rp 17 miliar. • Selain membidik tambang baru aspal alam, WIKA juga tengah menjajaki kerja sama dengan PT Pertamina untuk mengubah hasil residu kilang refinery menjadi bahan baku aspal. Saat ini, proses kerja sama tersebut masih dalam tahap penjajakan. Seluruh proses feasibility study bisa rampung tahun 2015. Sumber: WIKA Akuisisi Tambang Aspal di Buton: Gandeng Perusahaan Tiongkok, Neraca, Rabu, 18/03/2015 25
PT Wijaya Karya (WIKA) Bitumen • PT Wijaya Karya (WIKA) Bitumen mengincar pendapatan sebesar USD 120 juta atau setara Rp1,68 triliun (Rp14.000/USD) melalui pembangunan pabrik aspal hibrid di Pulau Buton, Sulawesi Selatan, yang ditargetkan beroperasi 2017 mendatang. • Pabrik aspal hibrid tersebut membutuhkan modal investasi sebesar USD100 juta. Sumber pendanaan sebagian besar atau 70% berasal dari pinjaman perbankan. Untuk sisanya diperoleh dari internal perusahaan, baik Pertamina maupun WIKA. • Pabrik berdiri di lahan WIKA seluas 32,5 hektare (ha) yang terletak di Pulau Buton. Total lahan yang dimiliki sebesar 400 ha dan bisa ditambah menjadi 1.000 ha. • Jika telah beroperasi, pabrik aspal hibrid ini bisa memproduksi 300.000 ton setiap tahunnya. Dengan nilai jual mencapai USD400 per ton, perseroan berambisi bisa memperoleh pendapatan hingga USD120 juta dalam satu tahun. • Kebutuhan aspal hibrid di Indonesia mencapai 1,2 juta ton per tahunnya. Pertamina bisa memproduksi aspak sebanyak 300 ribu ton per tahun yang diproduksi di RU IV Cilacap. Sebagian besar atau 70% dari impor. • Pabrik ini direncanakan sudah cukup lama untuk dibangun, tapi yang menghambat karena pasar di Indonesia belum banyak menggunakannya. Namun, saat ini masyarakat sudah berubah dan lebih memilih aspal hibrid. • Kerja sama antara WIKA Bitumen dengan Pertamina ini akan menjadi landasan bagi kedua perusahaan BUMN untuk melakukan kajian bersama (feasibility study) mengenai potensi pengembangan bisnis aspal di Indonesia. Feasibility study ini terkait kajian aspek teknikal seperti desain pabrik, kajian operasional produksi, hingga komersial. Apabila berdasarkan hasil kajian menguntungkan, perusahaan akan membentuk joint venture pengolahan dan produksi aspal hybrid yang direncanakan di Cilacap, Jawa Tengah. Sumber: WIKA Bitumen Targetkan Pendapatan Rp1,68 T, Koran SINDO, Selasa, 15 September 2015. 26
PT Buton Aspal Nasional (Butonas) • PT Buton Aspal Nasional (Butonas), akan berinvestasi sekitar Rp1,2 triliun di Sulawesi Tenggara untuk membangun pabrik industri aspal Buton di wilayah Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Investasi sebesar itu akan dilakukan dalam lima tahap, dan setiap tahap akan diinvestasi antara Rp 100 hingga Rp 200 miliar. Pembangunan pabrik di Lasalimu untuk menekan biaya produksi dibandingkan dengan jika ore dibawa dan diproduksi di luar Sultra. Rencana pembangunan smelter atau pabrik aspal Buton pada pertengahan 2015. Gubernur Sultra Nur Alam telah mengusulkan kepada Pemerintah Pusat agar wilayah Lasalimu di Kabupaten Buton dijadikan kawasan industri khusus pengelolaan aspal Buton. Lasalimu sebagai kawasan industri khusus aspal Buton karena wilayah Lasalimu letaknya sangat strategis, tepat berada di alur lalulintas kapal internasional (Alki) III yang dilewati kapal‐kapal bertonase ribuan ton. Produksi aspal Buton bisa menjadi penopang dari program tol laut yang digagas pemerintah. Sebagai kawasan industri khusus aspal, tentu produksi industri harus mudah dikapalkan ke berbagai daerah tujuan, baik di dalam maupun luar negeri. • • • • • • • Sumber: “Butonas Tanam Rp 1,2 Triliun Di Lasalimu”, Bisnis, Kamis, 12/03/2015. 27
Identifikasi Isu‐Isu (1) • Keterbatasan kemampuan para produsen dalam memenuhi kebutuhan asbuton – Kesiapan produsen diantaranya pada aspek ketersediaan material, konsistensi kualitas produksi, transportasi, pembagian wilayah kerja, dan harga yang wajar – Teknologi produksi yang kompleks dalam menghasikan Asbuton butir Kapasitas produksi Asbuton yang masih rendah untuk memenuhi permintaan asbuton: – Buton Aspal Indonesia (BAI) memiliki kapasitas 50.000 ton/tahun – Sejumlah perusahaan lain kapasitasnya baru mencapai 30.000‐40.000 ton. Teknologi pengaspalan yang lebih rumit dan memerlukan mesin khusus. Lemahnya koordinasi antara pemerintah daerah dengan para produsen untuk memenuhi permintaan. Kurangnya koordinasi antara Kementerian PUPR, Kementerian Perindustrian, dan BPKP untuk menjamin ketegasan pelaksanaan pemanfaatan produk dalam negeri dalam proyek infrastruktur. Lemahnya kepastian dari pemerintah terkait jumlah dan jadwal kebutuhan aspal. • • • • • 29
Identifikasi Isu‐Isu (2) • • • Ketidakjelasan pasokan yang dapat dibeli pemenang tender. Aspal Buton belum masuk ke e‐katalog dalam spesifikasi lelang Bina Marga. Selisih harga antara aspal Buton dengan aspal minyak tidak berbeda jauh berada di kisaran Rp11.000 per kilogram. Pemerintah daerah belum mendukung penggunaan Asbuton. Ketidakjelasan petunjuk teknis pemanfaatan Asbuton pada tingkat kabupaten dan kota. Adanya kartel pada impor aspal minyak. Permintaan aspal biasanya baru meningkat setelah cairnya dana proyek, yaitu mulai dari pertengahan hingga akhir tahun. Pelanggan belum banyak karena pelanggan belum percaya dengan kualitas asbuton Agen tidak mempunyai stok Asbuton dan pembelian dengan sistem pesan‐antar: – Waktu tengat lama. – Ongkos angkut menjadi mahal dari Buton ke lokasi penggunaan. – Jumlah pembelian minimum • • • • • • 30
Keluhan Pengguna dan Produsen Pengguna Produsen • • Keandalan suplai Asbuton yang sulit diprediksi Pasokan Asbuton yang tidak tersedia di pasaran Sulit mendapatkan pasokan Asbuton dengan kualitas standar yang dijanjikan oleh produsen Harga Asbuton yang jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan harga aspal minyak Sulitnya metode pencampuran karena kondisi fisik Asbuton butir yang mudah berubah Kapasitas penyedia jasa konstruksi yang tidak memadai untuk menggunakan Asbuton Tidak ada kejelasan pasar dan besaran pasokan Produsen mengalami kesulitan untuk menentukan strategi dan taktik bisnis untuk dapat memberikan pelayanan secara maksimal kepada pengguna Sistem transportasi yang buruk dan distribusi dengan skala kecil Lingkungan pertambangan yang tidak terkelola dengan baik Infrastruktur yang kurang mendukung, efesiensi transportasi dari lokasi produksi ke pelabuhan Biaya pelabuhan yang tinggi Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang belum terbangun dengan baik • • • • • • • • • • • Sumber: Chaerul Rully Sabara (2012), “Aspal Buton dan Problematikanya” pada http://sultrasmart.forums1.net/t17‐aspal‐buton‐dan‐problematikanya 31
Kendala pemanfaatan Asbuton tahun 2007 sampai pertengahan tahun 2008 • Kendala pemenuhan target: – Spesifikasi yang ditetapkan merupakan barang ‘baru’, tetapi sebagian produsen over confident dalam menyanggupi target produksi. – Sebagian produsen kurang kuat modal sehingga menuntut pembayaran di muka yang memberatkan kontraktor pembangun jalan. Kendala harga mahal: – Asbuton yang ditetapkan dalam spesifikasi dari Puslitbang Jalan dan Jembatan merupakan teknologi ‘baru’ sehingga memerlukan biaya produksi besar, sedangkan sebagian besar produsen kurang kuat dalam hal modal. – Belum ada jaringan distribusi sehingga kontraktor membeli dari produsen di pabrik atau di pelabuhan di Pulau Buton harus dalam jumlah besar dan bayar di muka. Kendala persepsi aplikasi: – Masih ada keengganan penanggung jawab aplikasi di daerah akibat trauma penanganan Asbuton yang dulu dikenal sulit dan menyulitkan. – Pemda belum menanggapi Permen No. 35/2006 (kecuali Gorontalo), Sulawesi Tenggara sendiri belum punya kebijakan pemanfaatan Asbuton pada jalan provinsi. – Jalan‐jalan di Buton sebagian besar rusak yang menjadi image buruk bagi daerah penghasil aspal. • • Sumber: Enfy Diana Dewi, Andreas Christiawan, Pradoto Imam Santoso (2009), Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pemanfaatan Aspal Buton Dalam Pembangunan Jalan, Balai Penelitian Jalan dan Jembatan. 32
Antisipasi Kelangkaan Aspal Tidak ada kejelasan besaran permintaan Asbuton. 33
Isu Kartel • Ada dugaan praktik kartel di balik tidak digunakannya aspal Buton sebagai bahan utama membangun jalan di Sulawesi Tenggara (Sultra). • Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sultra La Ode Saidin mengungkapkan, pihaknya akan membentuk dewan pengelola aspal Buton. • Kebutuhan aspal Indonesia mencapai 1,5 ton per tahun. Produksi aspal cair pertamina hanya mampu memproduksi 600 ton per tahun. Sumber: Dian Oktaviani (2015), “Umar Sebut Ada Mafia di Tambang Aspal”, Berita Kota, 13 Maret 2015. 34
Kerangka Rantai Pasok Asbuton Produksi Penggunaan Eksploitasi Distribusi Pesan‐Antar Pola Rantai Pasok Reaktif Waktu Kirim Gudang Pabrik Pesan‐Antar Pesan‐Antar Pola Rantai Pasok Antisipatif‐Reaktif Waktu Kirim Gudang Antara 36 Gudang Pabrik
Pilihan Rantai Pasok Produsen Kontraktor Pesan Antar dari Kontraktor ke Produsen Produsen Kontraktor Pertamina Pusat Distribusi Daerah (Pertamina) Produsen Kontraktor Agen Pusat Distribusi Daerah (agen) Produsen Kontraktor Logistik Asbuton Badan Logistik Asbuton 37
Identifikasi Opsi Pengembangan Rantai Pasok Jangka Pendek (2016‐2019) Jangka Menengah (> 2020) 1. Penjaminan permintaan dan peningkatan kapasitas produsen dengan menggunakan jalur distribusi pesan‐ antar (Pelni dan jasa angkut darat) Penjaminan permintaan dan peningkatan kapasitas dengan menggunakan jalur distribusi Pertamina (alat angkut, gudang, dan agen) Penjaminan permintaan dan peningkatan kapasitas dengan distribusi menggunakan simpul penyimpanan gudang PU daerah (Pelni dan gudang) Penjaminan permintaan dan peningkatan kapasistas dengan jalur distribusi menggunakan agen (Pelni dan agen) 1. Penjaminan permintaan dan peningkatan kapasitas dengan jalur distribusi khusus Asbuton Pendirian lembaga logistik khusus Asbuton 2. 2. 3. 4. 38
Pemilihan Pusat Distribusi Investasi dan Operasi • Invetasi: – Gudang – Penanganan material – Teknologi – Alat angkut • Operasi: – Biaya operasi – Biaya persediaan – Biaya transportasi • Masuk (inbound) • Keluar (outbound) Layanan • Tingkat layanan (service level) • Jaminan mutu (quality assurance) • Alih teknologi penggunaan Asbuton • Pengemasan 39
Pemilihan Lokasi Pusat Distribusi Kriteria Tambahan • Ketersediaan angkutan • Infrastruktur: • Listrik • Air • Jalan • Ketersediaan tenaga kerja • Peraturan Pemerintah • Pemantauan dan Pengendalian • Faktor Sosial • Faktor Lingkungan Kriteria Utama (Biaya lawan Pelayanan) Biaya • Operasi dan pemeliharaan DC • Pengolahan pesanan • Transportasi • Persediaan • Barang kosong Pelayanan • Kedekatan dengan pelanggan (waktu) • Komunikasi • Keandalan 40
Kontraktor Solusi Rantai Pasok Produsen Asbuton Pelabuhan Zona‐i Pusat Distribusi Zona‐i Pelabuhan Banabungi dan Nambo Persyaratan Rantai Pasok: Kelembagaan (peran dan ijin) dan Regulasi (tata niaga, tata ruang, insentif, disinsentif) Aliran Barang, Informasi (transaksi dan data), dan Keuangan (permodalan dan pendanaan) Sarana: transportasi, teknologi, AMP (Asphalt Mixing Plant) Konektivitas Fisik (prasarana): jalan, jembatan, pelabuhan, gudang, pabrik, kawasan 41
Kelembagaan (usulan): Mekanisme Distribusi Asbuton Produsen Asbuton Gudang Distribusi Daerah Kontraktor Jalan Kontraktor memesan Asbuton ke distributor sesuai dengan kebutuhan Produsen menyediakan Asbuton sesuai dengan permintaan agregat Pemprov Produsen menyalurkan Asbuton ke Gudang Pusat Distribusi Daerah (Zona‐i) Distributor menyalurkan Asbuton ke para Kontraktor pemenang tender Permen‐PUPR (alokasi per provinsi) Per‐Gubernur (alokasi per kabupaten) Permendag Permen‐PUPR (penyaluran) (mekanisme pendistribusian) 42
Rekomendasi • Solusi rantai pasok dengan menggunakan perencanaan ke depan dan gudang distribusi daerah. – Satker pada tiap zona melakukan konsolidasi kebutuhan Asbuton setiap tahun. – Produsen mengirimkan Asbuton curah ke distributor daerah. – Kontraktor atau pemenang tender membeli Asbuton dari agen atau distributor resmi yang telah mempunyai stok. Solusi rantai pasok perlu memenuhi persyaratan: prasarana, sarana, aliran barang, aliran informasi, aliran keuangan, kelembagaan, dan regulasi, antara lain: – Regulasi pemanfaatan Aspal Buton secara nasional dalam penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). – Petunjuk teknis tata niaga pembelian Asbuton oleh kontraktor pada distributor yang resmi. – Pelatihan aspek spesifikasi teknis pemanfaatan Aspal Buton untuk jalan‐jalan yang berkualifikasi berat yang termasuk jalan nasional, jalan provinsi, kabupaten, dan kota. – Alih teknologi untuk formula acuan teknologi baru dalam proses produksi Asbuton. • 43
Perlunya Pengembangan Dukungan Teknis, Metodis, dan Administratif • Perlu dilanjutkannya pengukuran deposit Asbuton, agar deposit Asbuton yang potensial ditambang dapat terukur. Perlu dikembangkannya sistem intensif penelitian untuk pengembangan jenis aplikasi lainnya. Perlu adanya revisi ketentuan teknis tentang jenis campuran Asbuton (Lampiran I) KEPMEN PU No. 35 tahun 2006. Perlu adanya klausul yang mengatur ketentuan bila ada teknologi Asbuton lainnya. Perlu adanya pembuktian bahwa Asbuton sebagai modifier lebih murah dari segi harga. Perlu dilakukan proyek‐proyek percontohan untuk pembelajaran, bukan untuk pembuktian (proving). Perlu adanya pengawalan penerapan Asbuton, baik saat perencanaan campuran maupun pada saat pelaksanaan di lapangan. Perlu adanya sertifikasi produk sesuai dengan sistem manajemen mutu yang disepakati. Perlu adanya jaminan dan kepastian pasar produk Asbuton. Untuk menjamin terpenuhinya permintaan secara cepat dengan kualitas yang terjamin perlu adanya perumusan pendistribusian sistem klaster dan lembaga pemasaran bersama. • • • • • • • • • Sumber: Chaerul Rully Sabara (2012), “Aspal Buton dan Problematikanya” pada http://sultrasmart.forums1.net/t17‐aspal‐buton‐dan‐problematikanya 44
Pengembangan Pertambangan untuk Pembangunan Berkelanjutan • Perlu penelitian dan pengembangan reklamasi dan pengelolaan lahan bekas tambang Asbuton • Perlu investasi inovasi dan SDM dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) • Pengambilan Asbuton dan mineral dari Pulau Buton hendaknya memperhitungkan biaya sosial, lingkungan, dan pelestarian • Apa yang akan terjadi kalau semua deposit sudah diangkut ke luar dari Pulau Buton? 45
Terima Kasih 46