1.56k likes | 5.33k Views
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN. ADI SETIAWAN PROGRAM STUDI MATEMATIKA FSM-UKSW SALATIGA. MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN IINSTRUMEN PENELITIAN CARA MENYUSUN INSTRUMEN CONTOH JUDUL PENELITIAN DAN INSTRUMEN YANG DIKEMBANGKAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS
E N D
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN ADI SETIAWAN PROGRAM STUDI MATEMATIKA FSM-UKSW SALATIGA
MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN • IINSTRUMEN PENELITIAN • CARA MENYUSUN INSTRUMEN • CONTOH JUDUL PENELITIAN DAN INSTRUMEN YANG DIKEMBANGKAN • VALIDITAS DAN RELIABILITAS • PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih banyak menjadi instrumen karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments. • Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.
A. MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN • Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. • Sebagai contoh timbangan emas sebagai instrumen untuk mengukur berat emas dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk mengukur. • Skala pengukuran dapat berupa : skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio dari skala pengukuran itu akan diperoleh data nominal, ordinal, interval dan rasio.
Skala sikap yang biasa digunakan untuk penelitian administrasi, pendidikan dan sosial antara lain : • skala Likert • Skala Guttman • Rating Scale • Semantic Diferential Skala Likert • Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian
Dengan skala ini variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item interumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif antara lain : • sangat setuju • setuju • ragu-ragu • tidak setuju • sangat tidak setuju • Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban itu dapat diberi skor.
Dalam penyusunan instrumen untuk variabel tertentu sebaiknya butir-butir pertanyaan dibuat dalam bentuk kalimat positif, netral atau negatif sehingga responden dapat menjawab dengan serius dan konsisten. Contoh : • Saya mencintai mobil Diesel karena hemat bahan bakar (positif) • Mobil diesel banyak diproduksi di Jepang (netral) • Mobil Diesel sulit dihidupkan di tempat yang dingin (negatif)
Skala Guttman • Skala pengukuran tipe ini akan didapat jawaban yang tegas yaitu ya-tidak, benar-salah dll. Penelitian yang menggunakan skala ini dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Semantic Diferensial • Dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap hanya bentuknya tidak dalam bentuk pilihan ganda maupun checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinu yang jawabanya sangat positif terletak di bagian kanan garis dan jawaban yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis atau sebaliknya.
Data yang diperoleh adalah data interval dan biasanya skala ini digunakan untuk • Responden yang memberi angka 5 berarti persepsi responden terhadap pemimpin itu sangat positif sedangkan bila memberi angka 3 berarti netral dan bila memberi angka 1 berarti persepsinya sangat negatif. Rating Scale • Rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. • Responden menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang disediakan sehingga dapat mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan dll.
B. INSTRUMEN PENELITIAN • Meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. • Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat analisis data dan membuat laporan daripada melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian. • Harus ada alat ukur yang baik yang dinamakan instrumen penelitian. • Instrumen penelitian : suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena ini dinamakan variabel penelitian. • Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya. • Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas maka instrumennya adalah kalorimeter dll.
Instrumen-instrumen dalam penelitian sosial memang ada yang sudah tersedia dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya seperti instrumen untuk mengukur motif berprestasi, mengukur IQ , mengukur bakat dll. • Intrumen-instrumen tersebut sudah ada tetapi sulit untuk dicari dimana harus dicari dan apakah bisa dibeli atau tidak. Instrumen-instrumen dalam bidang sosial walaupun telah teruji validitas analisis reliabilitasnya tetapi bila digunakan untuk tempat tertentu belum tentu tepat dan mungkin tidak valid dan reliabel lagi.
Peneliti-peneliti dalam bidang sosial, instrumen penelitian yang digunakan sering disusun sendiri termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Contoh : • Pengaruh kepemimpinan dan iklim kerja lembaga terhadap produktivitas kerja pegawai. • Ada tiga instrumen yang perlu dibuat : • Instrumen untuk mengukur kepemimpinan • Instrumen untuk mengukur iklim kerja • Instrumen untuk mengukur produktifitas kerja pegawai
C. CARA MENYUSUN INSTRUMEN • Peneliti harus mampu membuat instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. • Dari variabel-variabel penelitian tersebut diberikan definisi operasionalnya dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur dan kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. • Matriks pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen dibuat untuk memudahkan penyusunan instrumen.
Variabel penelitian : ”tingkat kekayaan” • Indikator : rumah, kendaraan, tempat belanja, pendidikan, jenis makanan yang sering dimakan, jenis olah raga yang dilakukan dll. • Indikator rumah : • 1) berapa jumlah rumah • 2) di mana letak rumah • 3) berapa luas masing-masing rumah • 4) bagaimana kualitas bangunan rumah dsb
D. CONTOH JUDUL PENELITIAN DAN INSTRUMEN YANG DIKEMBANGKAN • Gaya dan situasi kepemimpinan serta pengaruhnya terhadap iklim kerja organisasi • Judul tersebut terdiri atas dua variable independen dan satu variable dependen • Masing-masing instrumennya adalah : • a. Instrumen untuk mengukur variable gaya kepemimpinan • b. Instrumen untuk mengukur variable situasi kepemimpinan • c. Instrumen untuk mengukur variable iklim kerja organisasi
Dengan skala ini variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item interumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif antara lain : • sangat setuju • setuju • ragu-ragu • tidak setuju • sangat tidak setuju • Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban itu dapat diberi skor.
Gaya kepemimpinan yang baik tergantung pada stuasinya. Pada saat menjelaskan tugas-tugas kelompok maka ia harus bergaya direktif dan pada saat menunjukkan hal-hal yang dapat menarik minat anggotanya maka ia harus bergaya suportif dan untuk merumuskan tujuan kelompok maka ia bergaya partisipatif. • Menilai pemimpin akan lebih obyektif bila sumber datanya menggunakan berbagai kelompok yang terlibat dengan pekerjaan pimpinan. Untuk itu maka akan obyektif bila sumber datanya adalah : • 1. Bawahan • 2. Teman Kerja • 3. Atasan (bila ada) • 4. Yang bersangkutan (pemimpinnya menilai dirinya sendiri).
Kapan ketiga metode pengumpulan data ini digunakan ? • Angket : digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia. • Observasi : digunakan bila proyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil. • Wawancara : digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah reponden sedikit. • Gabungan Ketiganya : digunakan bila ingin mendapatkan data yang lengkap, akurat dan konsisten
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS • Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. • Hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. • Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. • Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti karena meteran memang alat untuk mengukur panjang.
Instrumen yang mempunyai validitas internal atau rasional bila kriteria yang ada dalam instruyen secara rasional atau teoritis telah mencerminkan apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di dalam instrumen itu. • Penelitian yang mempunyai validitas internal bila data yang dihasilkan merupakan fungsi dari rancangan yang digunakan. Instrumen tentang kepemimpinan akan menghasilkan data kepemimpinan bukan motivasi. • Penelitian yang mempunyai validitas external bila hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel yang lain atau hasil penelitian itu dapat digeneralisasikan.
Untuk menyusun instrumen prestasi relajar yang mempunyai validitas isi (content validity) maka instruyen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. • Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan (efektiffitas) maka instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.
F. PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN Pengujian Validitas Instrumen Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity) • Untuk menguji validitas konstruksi dapat digunakan pendapat dari ahli (judment experts). • Mungkin para ahli akan memberi keputusan : instruyen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan dan mungkin dirombak total. • Instrumen diujicoba pada sampel dari mana populasi diambil (pengujian pengalaman empiris ditunjukkan pada pengujian validitas external). Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. • Analisis factor dilakukan dengan mengkorelasikan Antar skor item instrumen dalam suatu factor dan mengkorelasikan skor factor dengan skor total.
Variabel penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan teori dan hasil konsultasi ahli, indikator prestasi kerja pegawai meliputi dua faktor yaitu : kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja. • Indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan menjadi 3 pertanyaan dan kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir pertanyaan. • Instrumen yang terdiri dari 7 butir pertanyaan tersebut selanjutnya diberikan kepada 5 pegawai sebagai responden untuk menjawabnya. • Berdasarkan tabel 6.8 dihitung korelasi antara butir pada factor 1 dengan skor total (Y) dan korelasi antara butir pada factor 2 dengan skor total Y. Diperoleh hasil pada Tabel 6.9. Tabel 6.9 digunakan untuk mengecek apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak. Bila korelasi kurang dari 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid sehingga harus diperbaiki atau dibuang.
Butir no 2 pada factor 1 tidak valid karena butir tersebut mempunyai korelasi dengan skor total sebesar 0,22 sehingga butir tersebut tidak selaras dengan butir yang lain. • Demikian juga korelasi antara jumlah factor X1 dengan skor total Y dan diperoleh 0.85 dan antara jumlah factor 2 atau X2 dengan skor total Y diperoleh 0.94. Karena koefisien korelasi kedua factor tersebut lebih dari 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kerja dan kecepatan kerja merupakan konstruksi yang valid untuk variable prestasi kerja pegawai. • Masrun (1979) menyatakan bahwa : “ analisis untuk mengetahui daya pembeda sering juga dinamakan analisis untuk mengetahui validitas item”. Jumlah kelompok yang tinggi diambil 27 % dan kelompok yang renda diambil 27 % dari sampel uji coba. Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan t-test.
Contoh : • Suatu instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja aparatur negara. Instrumen tersebut telah dikonsultasikan lepada para ahli aparatur dan dinyatakan siap untuk diujicoba. Ujicoba diberlakukan terhadap sampel 25 responden yang tahu masalah aparatur. • Berdasarkan 25 responden tersebut dapat dikelompokkan 27 % responden yang memberikan skor tinggi dan 27 % skor rendah seperti pada tabel.
Pengujian validitas Isi (Content Validity) • Seorang dosen yang memberi ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi. • Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen atau matriks pengembangan instrumen. • Pada setiap instrumen baik test maupun non test terdapat butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut maka setelah dikonsultasikan dengan ahli selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item atau uji beda. • Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instruyen dengan skor total dan uji beda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara 27 % skor kelompok atas dan 27 % skor kelompok bawah.
Pengujian Validitas Eksternal • Validitas external instrumen diuji dengan cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instruyen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. • Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan tentang kinerja pegawai yang baik. • Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.
Pengujian Reliabilitas Instrumen • Test-retest • Instrumen yang reliabilitasnya diuji dengan test-retest dilakukan dengan cara mencobakan instruyen beberapa kali pada responden. • Dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. • Reliabilitasnya diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. • Bila koefisien korelasi positif dan significan maka instruyen tersebut sudah dinyatakan reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut stability.
Ekuivalen • Instrumen yang equivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda tetapi maksudnya sama. • Pengujian reliabilitas instruyen dengan cara ini cukup dilakukan sekali tetapi instrumennya dua pada responden yang sama, waktu yang sama, instruyen berbeda. • Gabungan • Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang equivalen itu beberapa kali ke responden yang sama sehingga cara ini merupkan gabungan pertama dan kedua. • Reliabilitas instruyen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang.
Internal Consistency • Pengujian ini dilakukan dengan cara mencobakan instruyen sekali saja kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. • Pengujian reliabilitas instruyen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Prearman Brown (splits half), KR. 20, KR 21 dan Anova Hoyt.
Rumus Spearman Brown : dengan • ri = reliabilitas internal seluruh instrumen • rb = korelasi produk moment antara belahan pertama dan belahan kedua
Rumus KR 20 (Kuder Richardson) dengan • K = jumlah item dalam instruyen • pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item i • qi = 1 – pi • s2t = variansi total
Rumus KR 21 • dengan • K = jumlah item dalam instruyen • M = mean skor total • s2t = variansi total
Anova Hoyt dengan • MKs = mean kuadrat antara subyek • MKe = mean kuadrat kesalahan • ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
Contoh Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen • Pengujian Validitas Instrumen • Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. • Item yang mempunyai korelasi positif dengan dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. • Jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. • Terdapat 18 koefisien korelasi (jumlah butir 18) dan korelasi tersebut lebih besar dari 0,3 atau lebih kecil. • Dari data ternyata semua item valid sehingga semua item instruyen valid.
Pengujian Reliabilitas Instrumen • Pengujian reliabilitas instruyen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik splits half yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. • Butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok genap. • Skor butirnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total. • Skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya .
Koefisien korelasi tersebut selanjutnya dimasukkan dalam rumus Spearman Brown yaitu : • Jadi reliabilitas instrumen gaya kepemimpinan 0,809. • Berdasarkan uji coba instrumen ini sudah valid dan reliabel seluruh butirnya maka instrumen dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data.