401 likes | 665 Views
Spiritual Leadership. Wastu Adi Mulyono , M.Kep. Spiritual Leadership.
E N D
Spiritual Leadership WastuAdiMulyono, M.Kep.
Spiritual Leadership • Spiritual Leadership dipandangsebagaisuatuparadigmadalamperubahandanpengembanganorganisasi yang padahakekatnyadiciptakanuntukmembentuksebuahmotivasiintrinsikdariindividu, danmendorongterbentuknyaorganisasipembelajar.
Pengertian • Fry (2003) menyatakanSpiritual leadership sebagaisebuahnilai, sikapdanperilakupemimpinstrategic yang diperlukan dalam upaya memotivasi diri sendiri maupunorang lain melaluicalling and membership, sehinggaterbentukperasaansejahterasecara spiritual.
Spiritual Leadership dapat pula dipandangsebagaisebuahupayakekuatanmemotivasi yang memungkinkanorang lain untukmenjadilebihbaik, berenergidanterhubungatauterikatdenganpekerjaannya. • Hal inimenjadisebuahdasarkekuatanuntukmenterjemahkanspiritual survival inimenjadisebuah feelings of attraction, ketertarikandan caring terhadappekerjaan maupun orang dalam lingkungan kerja untuk menjadilebihberkomitmen, produktifdalamperilakuberorganisasinya (Covey, 1990 dalamGiacalone, Jurkiewicz & Fry, 2005).
Tujuan • Spiritual leadership inimerupakansalahsatuupayadalammemotivasidanmenginspirasiparapekerjamelalui: • sebuahpenciptaanvisidanbudaya yang didasarkanatasnilainilaialtruistik untuk menghasilkan tenaga kerja yang lebih bermotivasi, berkomitmendanproduktif. • Menerapkan/menterjemahkanakankebutuhan spiritual baikpadapemimpinmaupunpengikutuntuktetapbertahansecara spiritual melaluipanggilan(calling) danmenjadibagian (membership), untukmenciptakanvisidankongruensinilaipadaindividu, pemberdayaan kelompok, dan level organisasi. • Dan selanjutnyahalinidapatmencapaitingkatan yang lebihtinggitidakhanyadarikesejahteraanpsikologisdankesehatanmanusiayang positiftetapijugakomitmenorganisasidanproduktivitas(Fry, 2003, 2005).
Dimensi Spiritual Leadership • (1) Dimensi spiritual leadership, yang meliputi vision, altruistic love, danhope/ faith. • (2) dimensi spiritual survival, yang meliputi • calling dan membership • (3) dimensi outcome organisasi, yaitukomitmen organisasi. • Ketiga dimensi dalam Spiritual Leadership merupakan sebuah sistem, meliputi input, proses dan output.
Visi • a) Visimerupakanhasilabstraksikeadaan yang dicitacitakanyang ingindicapaipadamasamendatang. Karenamerupakanhasilabstraksimakabersifatlebihabstrakdankurangkonkrit. Dan hanyamengandungpernyataanumumsaja, visirelatiftetapberadadibenakpemimpindanpengikutdalamwaktu yang panjang • b) Umumnyavisidilukiskandenganmenggunakankatakata/ kalimatfilosofis. Karena menggunakan kalimat pendek, visi mempunyai pengertianyang sangatluasdandaptdiberiisi yang berbedadariwaktukewaktu. • c) Visimemberiaspirasidanmotivasikepadapemimpindanpengikut. Visi yang mendorongdanmenarikpemimpindanpengikutuntukbergerakkearahtertentu (Wirawan, 2003)
Visidalamkontekstualspiritual leadership inimenunjukkanadanyatampilankinerja (performance) yang ingindicapaiolehseluruhanggotaorganisasi. danolehkarenanyadiperlukansuatuupayadanusahasertastrategiuntukmencapainya (Asmaningrum, 2009).
Hope and Faith • Hope (harapan) didefinisikansebagaikemampuanuntukmelihatkeadaan luar dari seseorang yang ada saat ini, dan menggambarkan kekuatanataskeyakinanseseorang (Galek, et.al., 2005 dalamWolf 2008).
Kepercayaan (faith) merupakansebuahpondasidarisebuahharapan. • DalamkontekstualteoriiniKepercayaandankeyakinanpadasesuatu yang diharapkandalammencapaivisi, akantetapibelumterlihatataumasihperludibuktikankebenarannya. • Kepercayaandanharapaninimerupakansebuahkeyakinan, pendiriandankepercayansertausahaperilakukinerjadalammencapaivisi.
Altruistic Love • AltruismeberasaldaribahasaPerancisyaituautrui yang artinya"orang lain". Istilah Altruisme diciptakan oleh Auguste Comte, penggagasfilsafat positivism. Secaraepistimologis, altruismeberarti: mencintai orang lain seperti diri sendiri. Sebagai sebuah doktrinetis, altruismeberartimelayaniorang lain denganmenempatkankepentinganorang lain diataskepentingannyasendiri. Altruismejugamerupakankehendakpengorbanankepentinganpribadi. Altruismetermasuksebuahdoronganuntukberkorbandemisebuahnilai yang lebihtinggi, entahbersifatmanusiawiatauketuhanan. Tindakanaltruisdapatberupaloyalitas.
Altruisme • Kehendakaltruisberfokuspadamotivasiuntukmenolongsesamaatau niat melakukan sesuatu tanpa pamrih. • Altruismeadalahperbuatanmengutamakanorang lain dibandingdirisendiri. perbuataniniadalahsifatmurnidalambanyakbudaya, danmerupakanintidalambanyak agama. Perilakualtruistiktidakhanyaberhentipadaperbuatanitusendiri. sikapdanperilakuiniakanmenjadisalahsatuindikasidarimoralitasaltruistik. Moralitasaltruistiktidaksekadarmengandungkemurahanhatiataubelaskasihan. Iadiresapidandijiwaiolehkesukaanmemajukansesamatanpapamrih. Karenaitu, tindakannyamenuntutkesungguhandantanggungjawab yang berkualitastinggi (Rianto, 2009).
Altruistic love dalamkontekstualteoriini, merupakansebuahrasa keutuhan, harmony, danakanmenjadilebihproduktifmelaluiperhatian, belaskasih, danadanyapenghargaan/ apresiasibaikpadadirimaupunoranglain. Penghubung yang umumantaraspiritualitasdanreligiadalahnilaikasihaltruistik, yaitupenghargaanataukesetiaanterhadapketertarikandenganorang lain (Fry, 2008).
Calling • Calling adalahsebuahperasaanbahwahidupseseorangitumemiliki makna dan membuat kehidupan menjadi berbeda (Fry, 2008). U
Peningkatan Calling • Peningkatancalling dapatdilakukanmelaluiempatlangkahdalamsebuahpendekatan yang dikenalsebagaifish. • Pertamaadalahmenciptakansuasana yang dapatmerangsangkreativitasdanaktivitaskegiatan yang memungkinkan pegawai dapat bahagia terhadap pekerjaannya, sehinggatidakmerasawaktuterbuangdisana. • Keduamenciptakansebuahsituasi agar karyawandankliennyaserasamemilikihariharinya. • Ketiga, penting pula untukmemberikanpengakuandalammelakukanpekerjaan, melaluipenciptaansebuah rasa berhargamelaluisikapmelayanidansikappositif, dankeempatadalahmenciptakansuasanaantarapemimpindanparapengikutseharusnyasalingmemperhatikandanmendukung pada klien maupun orang lain, ketika menciptakan sebuahkondisikomunikasi yang efektif. (Fry, 2005).
Membership • Membership inimerupakansebuah rasa bahwakaryawanmerasadimengerti, dipahamidandihargai (Fry, 2008) Sikapinimemberikankesempatanbahwakaryawanmerasakanbahwamerekamerasaberharga, bernilaibagiorang lain (Kouzes &Posner, 1999). • Membership dalamsebuahorganisasidapatditingkatkanketikaterdapatsebuah standard yang jelasdanbermakna, yang di set untukseluruh. Pentingnya rasa empatiterhadap orang lain harus ditunjukkan satu sama lain ketika berfokusterhadapkebutuhanapa yang dilakukan. Selanjutnyaorganisasimemberikanperhatianterhadaplingkungan, memberikan support, dan bertukar informasi. Adanya stories seharusnyadilakukanuntukmemotivasidanmengajarkanparapekerjasesuatu yang barusecara verbal. Selainituperludiberikansebuahpengakuansecara individual bahwaindividubermaknabagiorang lain. Kuncinyaadalahmengacupadaapa yang masingmasingdisenangiolehindividu. Meningkatkanmembership berartimeyakinkanorang lain untukmerayakansecara bersama sama. Hal ini bisa dilakukan melalui acara formal maupun informal. Dan terakhirpemimipinharusmembericontohpadaseluruhkaryawandenganmenunjukkanbahwa perkataan konsisten dengan perbuatan (Kouzes&Posner, 1999 dalam Fry, 2003).
Organizational Commitment • KomitmenorganisasidalamkonteksSpiritual Leadership merupakanoutcome penerapanspiritual leadership padalevel organisasi. • Komitmen organisasi merupakan tingkat atau derajat loyalitas/ kedekatan karyawan terhadap organisasi. Uraian tentang komitmen organisasi telah banyak diuraikan di bagianawaltinjauanpustakababdua.
Untukmengimplementasikanspiritual leadership, makaparapemimpinmelaluinilai, sikap, perilakunyamempelajaridanmenirunilainilaidalamnilaikasihaltruistik yang telahdikembangkanbersamasamadenganvisiumumdenganparapengikut. • Setelahituantaraleader dan follower mendapatkansebuahperasaanmenjadibagiana sense of membership – yang merupakansebuahbagiandari spiritual well-being yang memberikansebuahkesadaranuntukmenjadilebihdipahami, dimengertidandihargai. • Hal iniyang kemudianmembangkitkanadanyaharapan/ keyakinandansebuahkeinginanuntukmelakukanapa yang seharusnyadilakukandalammencapaivisi. • Hal iniakanmenimbulkansebuahperasansense of calling –yang merupakanbagiandari spiritual well-being. Hal inilahyang membuatperasaanmenjadilebihbermakna, bertujuandanmembuathidupmenjadiberbeda (Fry&Matherly, 2008).
Siklusmotivasisecaraintrinsikinididasarkanpadasebuahvisi, nilaialtruistic love dan hope/faith yang meningkatkansebuahperasaansejahterasecara spiritual (melaluicalling dan membership), yang padaakhirnyadapatmenimbulkankeluarandariorganisasisepertikomitmenorganisasi, produktifitas, kepuasanhidupkaryawandantanggungjawabsosialorganisasidanakanmemberikansebuahstrategipasar yang efektif.
Manfaat Spiritual Leadership • Fry, (2003) memberikansebuahhipotesabahwaketikamenerapkanSpiritual Leadership iniakanmenimbulkansebuahrasa penghargaan yang tinggibagiorang lain padamasakinimaupunmasalaludengansebuahkualitashubunganyang baik antara satu sama lain. Hal ini akan menumbuhkan sebuahperasaan yang memilikitujuan, danbermakna, kapasitasmengelolaorang lain secaraefektif, dankemampuanuntukmengikutiinner convictions, danmenumbuhkansebuahrasa adanyaperkembangan yang terusmenerussertarealisasidiri. (Fry, Vitucci & Cedillo, 2005).
Pada level Individu, individu yang menerapkanspiritual leadership padatingkatan personal akanmerasalebihsenang, damai, ketenangandankepuasandalamhidup yang menyeluruh. Tidakhanyakesejahteraanpsikologis yang lebihbaik, tapijugakesehatanfisik yang lebihbaik pula. Lebihkhususlagiadanya rasa salingmenghormatidankualitashubungan yang baikdenganorang lain (Ryff & Singer, 2001 dalam Fry & Matherly, 2008).
DampakPenerapan Spiritual Leadership • Kepemimpinan spiritual iniberdasarpadavisi, kasihyang altruistikdanhope/faith yang dihipotesakanuntukmenghasilkansebuahpeningkatandalamperasaanspiritual (melaluipanggilandanmenjadibagian) danakhirnyamenghasilkanoutcome organisasi yang positifseperti:
Komitmen organisasi, karyawan yang memiliki suatu perasaan panggilandanmerasamenjadibagianakanmenjadilebihdekat, loyal danakantetapbertahandalamorganisasi yang memilikibudaya yang berbasispadakasih yang altruistik
Produktivitasdanpeningkatan yang berkelanjutan, karyawanyang mempunyai harapan serta kesetiaan pada visi organisasi dankaryawan yang memilikiperasaanpanggilandanmenjadibagianituakanmelakukanapa yang seharusnyadilakukanuntukmencapaivisiorganisasiakanmenjadilebihproduktif
Profit danpertumbuhanpenjualan, karyawan yang mempunyaikomitmen tinggi untuk dapat produktif, akan selalu termotivasi untukmeningkatkansecaraberkelanjutankunciprosesorganisasi, akan termotivasi untuk dapat menghasilkan produk jasa yang berkualitasdanmenyediakanlayananpelanggan yang terkemuka. Hal ini yang akandicerminkandidalam profit organisasi yang lebihtinggidanmeningkatkanpenjualan (Fry, 2005).
Penerapan Spiritual Leadership • PenerapanSpiritual Leadership terdapattigalangkahyang meliputi • 1) Creating Spiritual Resonance, • 2) Identifying Spiritual Dissonance, and • 3) Co-Creating Personal and Organizational Values in Daily Action.
Persiapan • Hal pertama yang harusdilakukanadalahsebuahpengkajianberkalatentangelemen model dariteorispiritual leadership ini. • Tahappengkajianmelaluisurvey daninterview, yang berisielemendandimensidariteoriSpiritual Leadership inibertujuanuntukmendapatkansebuah data dasar/ baseline tentang kondisi spiritualitas
A vision/stakeholder analysis process Tahapanselanjutnyasetelahmendapatkansebuahbaseline darihasil survey spiritual leadership, adalahmelakukaninisiasisebuahvision/stakeholder analysis process yang menghasilkan sebuah visi, misi, tujuan yang mana para pemimpin dan pengikutnya akan melaksanakan keinginan dariparastakeholder kunci.
Melakukan vision stakeholder analysis yang bertujuanuntukmendapatkanataumemperkuatharapan, kesetiaan, visi, dannilaibudayadarispiritual leadership dalamhubungannyaterhadapidentifikasiisuutamadanmemberikandasarterhadappelaksanaansebuah dialog dalamorganisasi yang berkaitandenganpencapaianstrategi yang tepatuntukmencapaitujuanorganisasi
Pelaksanaan • Leadership Training • Teori • Akselerasi\ • Coaching • Padaprinsipnyakegiatanbimbinganpenerapanspiritual leadership ini, adalahengkomunikasikanhasilpelatihanSpiritual Leadership yang telahditerimaolehleader kepadapara follower.
Spiritual Resonance • Melalui proses bimbingan ini pemimpin mengajak klien untukmengidentifikasinilaiterpenting yang adadalamdirinya. Dan memberi makna atas nilai nilai dalam diri individu tersebutdanmempenuhikebutuhanspiritualnya. Sepanjangfasepertamainimemperdalampemahamandanmenggaungkannilainilaidalamkonteksorganisasi.
Adapunbeberapapertanyaan yang pentinguntukdijawabpadalangkahpertamainiadalah: • Dimananilainilai personal mendapatkandukungandandianjurkandalamorganisasiini • Nilainilaiorganisasionalmanakah yang secarakuatsenadadanbergemadengannilainilai personal • Bagaimanaklienakandiberdayakanuntukmembawanilainyapadaorganisasi. • Langkahlangkahtersebutdapatmembantuklienmengidentifikasibahwadirinyamenjadisenadadengannilaiorganisasi (Benefiel & Hamilton, 2007).
Identifying Spiritual Dissonance • Langkahinimeliputiprosesdanbimbingan yang dapatmelibatkankaryawan, temansejawatdanpemimpin lain dalamdiskusitentangapa yang kurangpadaaspekspiritualitas, yang diperlukansertamemungkinkanditerapkanpadaorganisasi. • Pembimbingmembantukliennyadalammembuatlangkahperencanaanterhadappengenalanproses spiritual padaorganisasi. Padatahapinipembimbingdankliennyamengembangkansebuaha personal roadmap yang berhubungan dengan peranan klien dalam transformasi organisasi.
pertanyaan yang mungkinmunculpadalangkahiniadalah: • Apa yang hilangantarahubunganindividudenganorganisasi • Apa yang dibutuhkanolehorganisasitentangaspek spiritual untukmengeliminasiketidaksesuaian/ dissonance antara spirit dannilaikliendenganorganisasi.
Co-Creating Personal and OrganizationalValues in daily Action. • Pada tahapan ini ada pertanyaan yang muncul antara lain: • Bagaimananilainilai spiritual ditunjukkandalamaktivitasseharihari. • Padalangkahprosesbimbinganini, klienmemainkanperanansehariharidalammemperkuat spirit dalamorganisasi. • Seberapa sukses aksi nilai nilai yang ada saat ini didalamorganisasi, bagaimanaklienbelajardarikelemahan, kesalahan dan meningkatkan hak dalam aksi yang meningkatkan spirit. Pada tahapan ini pembimbing dan klien bekerjauntukmemperdalambelajardalamaktivitasseharihari, memperkuatnilai-nilaidanmengidentifikasisesuatuhalyang hilangdariorganisasipadakegiatanseharihari (Benefiel& Hamilton, 2007).
Tigalangkahbimbinganpenerapanspiritual leadership diatassepertiCreating resonance, identifying what is dissonant, dankemudianco-creating personal values, akanmenghubungkanantara karyawan, teman, dan pemimpin lain. Hal ini merupakan prosesyang personal, memilikikekuatandalammelibatkanklien(follower) dalamaktivitasseharihari yang bermaknauntuk memperdalam spiritualitas dan mentransformasi berjalannyasebuahorganisasi