1.41k likes | 11.59k Views
ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM. Oleh: Abdul Ghofur NIM. 261031001. KHAWARIJ.
E N D
ALIRAN-ALIRAN DALAM ILMU KALAM Oleh: Abdul Ghofur NIM. 261031001 Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
KHAWARIJ Khawarij merupakan aliran yang pertama muncul dalam khasanah sejarah keislaman, aliran ini muncul ketika terjadi peperangan Siffin (abad ke-1 H/ke-8 M), yaitu peperangan antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. Khawarij dapat diartikan orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib. Meskipun awalnya Khawarij muncul karena persoalan politik, tetapi dalam perkembangannya golongan ini banyak berbicara masalah teologis. Alasan mendasar yang membuat golongan ini keluar dari barisan Ali adalah ketidaksetujuan mereka terhadap arbitrase atau tahkim yang dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah dengan Mu’awiyah. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
TOKOH KHAWARIJ • Nafi bin Al-Azraq • Zyad Al-Asfar • Abi Baihas Al-Haisham bin Sabir • Najdah bin Atiyah • Abdullah bin Ibadah Al-Murri Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
AJARAN KHAWARIJ • Menurut keyakinan Khawarij semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah harus diselesaikan dengan merujuk pada hukum-hukum Allah yang tertuang dalam QS. Al-Maidah: 44 yang artinya, “Barang siapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.” Berdasarkan ayat ini, Ali, Mu’awiyah, dan orang-orang yang menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena mereka dalam memutuskan perkara tidak merujuk pada Al-Qur’an. • Dasar pemikiran Khawarij yang paling menonjol adalah bahwa pelaku dosa besar tergolong orang kafir, sedangkan yang termasuk golongan dosa besar adalah orang bersikap menentang terhadap pemikiran Khawarij. Sehingga orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka dianggap kafir. • Di samping itu mereka memiliki pemikiran khas tentang iman, yaitu iman ialah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan. Sejalan dengan definisi tersebut, maka orang beriman yang tidak mengamalkan ajaran agamanya termasuk dosa besar dan mereka termasuk golongan kafir. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
MURJI’AH Aliran Murji’ah muncul di Damaskus pada akhir abad pertama Hijriyah. Aliran ini disebut Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda persoalan konflik antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kaum khawarij pada hari perhitungan kelak. Oleh karena itu, mereka tidak ingin mengeluarkan pendapat tentang siapa yang benar dan siapa yang kafir. Mereka memilih bersikap irja’ yakni menunda putusan tentang siapa yang bersalah. Menurut mereka, biarlah Allah sendiri yang memutuskan siapa yang bersalah dalam perselisihan tersebut. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
TOKOHMURJI’AH • Jaham bin Abi Sofwan • Abu Hasan Al-Salih • Mudatil bin Sulaiman • Yunus Al-Samiri Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
AJARAN MURJI’AH • Orang mukmin yang melakukan dosa besar tetap masih mukmin dan tidak berubah menjadi kafir. Karena mereka masih berkeyakinan bahwa Tuhan mereka adalah Allah, dan Rasul-Nya Muhammad SAW, Al-Qur’an sebagai pedomannya, dan rukun iman lainnya. Adapun masalah tempat ketika di akhirat, apakah akan masuk surga atau neraka, atau masuk neraka dulu baru masuk surga, ditunda sampai ada keputusan akhirnya dari Allah. • Para pelaku dosa besar juga berharap agar mau bertaubat dan berharap pula taubatnya diterima Allah SWT. • Siapa saja yang meyakini keesaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW adalah orang beriman walaupun selalu melakukan perbuatan buruk. Mereka memandang keimanan itu sesuatu yang ada di hati dan hanya diketahui dirinya dan Allah SWT. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
SYI’AH Kata Syi’ah memiliki arti sahabat atau pengikut. Aliran ini muncul berawal dari peperangan Siffin, yaitu orang-orang yang masih setia terhadap khalifah Ali. Sedangkan yang dimaksud aliran Syi’ah adalah golongan atau aliran yang sangat mengagungkan keturunan Nabi SAW. Menurut aliran ini orang yang paling berhak menduduki jabatan khalifah setelah Rasulullah wafat adalah anak keturunan keluarga Nabi SAW. Paham Syi’ah dianut oleh sekitar 20% dari umat Islam dewasa ini, tersebar di negara-negara Iran, Irak, Afghanistan, Pakistan, India, Libanon, Arab Saudi, Bahrein, Kuwait, bekas negara Uni Soviet, serta beberapa negara Amerika dan Eropa. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
TOKOHSYI’AH • Ali bin Abi Thalib • Hasan bin Ali • Husein bin Ali • Ali bin Husein Zainal Abidin • Muhammad Al-Baqir • Ja’far As-Shaddiq • Musa Al-Kazim • Ali Ar-Rida • Muhammad Al-Jawad • Ali Al-Hadi • Hasan Al-Askari • Muhammad Al-Muntazar (Al-Mahdi) Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
AJARAN SYI’AH Syi’ah berkeyakinan bahwa Ali yang paling tepat menjadi imam sesudah Nabi SAW. Ali adalah guru yang ulung. Ali yang mewarisi segala pengetahuam yang ada pada Nabi, bahkan Syi’ah menganggap Ali itu seorang imam yang maksum. Orang Syi’ah menganggap bahwa imamah (kepemimpinan) merupakan bagian dari aqidah. Iman kepada imamah merupakan salah satu rukun iman yang harus mereka penuhi. Di dalam aliran Syi’ah muncul beberapa sekte, yaitu Sekte Kaisaniyah, Sekte Zaidiyah, dan Sekte Imamiyah. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
JABARIYAH Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang artinya memaksa. Aliran Jabariyah muncul bersamaan dengan munculnya aliran Qadariyah. Kemunculan dua aliran ini, merupakan akibat tindakan kekejaman dan kesewenang-wenangan Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Hanya kedua aliran tersebut memberikan reaksi yang berbeda. Aliran Qadariyah memberikan reaksi menentang dan menyerang. Sedangkan aliran Jabariyah justru sebaliknya, yaitu pasrah, menyerah, dan mengembalikan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Kondisi semacam ini yang dimanfaatkan oleh Mu’awiyah sebagai pembenar segala tindakan politiknya. Isu seperti ini juga yang diambil dan digunakan Mu’awiyah untuk membenarkan semua tindakannya bahwa semua yang telah mereka lakukan itu juga karena kehendak Allah. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
TOKOH JABARIYAH • Wad bin Dirham • Jaham bin Shafwan (131 H) Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
AJARAN JABARIYAH • Menurut Jabariyah manusia itu tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkan perbuatannya, dan tidak memiliki kemampuan untuk memilih. Semua gerak dan perbuatan manusia itu hakikatnya sudah ditentukan oleh Allah SWT. Meskipun demikian, manusia tetap mendapatkan pahala dan siksa, akibat perbuatan baik dan jahat yang mereka lakukan. • Manusia tidak hanya bagaikan wayang yang digerakkan oleh dalang, tetapi manusia juga tidak mempunyai kewenangan sama sekali untuk mewujudkan perbuatan dan angan-angannya. Sementara nasib mereka di akhirat kelak, mutlak ditentukan oleh Allah SWT. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
QADARIYAH Hampir sama dengan Khawarij dan Murji’ah, aliran Qadariyah muncul dilatarbelakangi masalah politik, yakni pada masa Mu’awiyah dan Daulah Umayyah. Setelah Ali meninggal tahun 40 H, Mu’awiyah menjadi penguasa Daulah Islamiyah. Untuk mempertahankan kekuasaannya, dia menggunakan berbagai cara, khususnya dalam menumpas para oposisinya, bahkan almarhum Ali sering dicacinya tatkala mereka melakukan pidato-pidato termasuk dalam khotbah Jum‘at. Manusia tidak boleh diam berpangku tangan melihat keburukan dan kezaliman. Manusia harus berjuang menghancurkan kezaliman dan menegakkan kebenaran. Manusia bukanlah makhluk yang majbur (dipaksa oleh Allah), manusia memiliki qudrah untuk mewujudkan suatu perbuatan, maka pahamnya tersebut dinamakan Qadariyah. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
TOKOH QADARIYAH • Ma’had Al-Jauhari • Gailan Al-Damasqi Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
AJARAN QADARIYAH Pemikiran Qadariyah yang paling menonjol adalah masalah perbuatan manusia dan kekuatan Tuhan. Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan, memilih, dan mewujudkan perbuatannya, dan di akhirat mereka harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Selain itu mereka juga berpendapat bahwa Tuhan telah memberikan aturan-aturan hidup yang sangat jelas dengan berbagai akibat dan konsekuensinya. Semua diserahkan kepada manusia untuk memilihnya. Mau berbuat baik dan berpahala ataukah berbuat buruk dan disiksa. Semua perbuatan yang dilakukan manusia tidak bisa keluar dari tanggung jawabnya. Itulah yang disebut keadilan Tuhan. Dasar pemikiran mereka adalah: 1) QS. Al-Kahf (18): 29, “... Barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir), biarlah dia kafir... .” 2) QS. Ar-Ra’d (13): 11, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri... .” Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
ASY’ARIYAH Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Mu’tazilah yang dianggap menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Dinamakam aliran Asy’ariyah karena dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu Hasan Al-Asy’ari, keturunan Abu Musa Al-Asy’ari. Al-Asy’ari lahir pada tahun 324 H/935 M. Pada waktu kecil ia berguru pada seorang pengikut Mu’tazilah yang terkenal, yaitu Al-Jubai. Aliran ini ia ikuti hingga usia 40 tahun dan tidak sedikitpun dari hidupnya digunakan untuk mengarang buku-buku tentang Mu’tazilah. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
TOKOH ASY’ARIYAH • Abdul Hasan Al-Asy’ari • Al-Baqilany • Al-Juwainy • Al-Ghazali • As-Sanusy Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
AJARAN ASY’ARIYAH • Sifat Allah, menurutnya Allah SWT mempunyai sifat (sifat duapuluh) sifat-sifat tersebut berada di luar zat Tuhan dan zat Tuhan itu sendiri. Seperti al-‘ilm (mengetahui), al-qudrah (kuasa), al-hayah (hidup), as-sama’ (mendengar), al-basar (melihat), dan lainnya. • Kedudukan Al-Qur’an, Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan diciptakan. Dengan demikian Al-Qur’an bersifat qadim (tidak baru). • Melihat Allah di Akhirat, Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata karena Allah mempunyai wujud. • Perbuatan manusia, perbuatan-perbuatan manusia itu diciptakan Allah. • Antropomorfisme, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Qamar ayat 14 dan QS. Ar-Rahman ayat 27. Akan tetapi, bagaimana bentuk Allah tidak dapat diketahui. • Dosa besar, orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selama ia masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. • Keadilan Allah, Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia memiliki kehendak mutlak atas ciptaan-Nya. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
MATURIDIYAH Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Muhammad Abu Mansur. Ia dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarkand, Uzbekistan. Al-Maturidy mendasari pikirannya dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-pikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-Fiqh Al-Akbar dan Al-Fiqh Al-Absath serta memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut. Al-Maturid meninggalkan karangan-karangan yang banyak dan sebagian besar dalam lapangan ilmu tauhid. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
TOKOH MATURIDIYAH • Maturidiyah Samarkand, tokohnya Abu Mansur Al-Maturidy • Maturidiyah Bukhara, tokohnya Al-Bazdawi Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
AJARAN MATURIDIYAH • Dalil perlawanan arad. Dalil ini menyatakan bahwa alam ini tidak akan mungkin qadim karena di dalamnya terdapat keadaan yang berlawanan, seperti diam dan gerak, baik dan buruk. Keadaan tersebut adalah baru dan sesuatu yang tidak terlepas dari yang baru maka baru pula. • Dalil terbatas dan tidak terbatas. Dalil ini menyatakan bahwa alam ini terbatas. Pihak yang terbatas adalah baru. Jadi, alam ini adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya. Benda, gerak, dan waktu selalu bertalian erat. Sesuatu yang ada batasnya adalah baru. • Dalil kausalitas. Dalil ini menyatakan bahwa alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau memperbaiki dirinya kalau rusak. Kalau alam ini ada dengan sendirinya, tentulah keadaannya tetap satu. Akan tetapi, alam ini selalu berubah, yang berarti ada sebab perubahan itu. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
MU’TAZILAH Aliran Mu’tazilah lahir pada masa pemerintahan Daulah Umayyah. Istilah Mu’tazilah berasal dari kata azala artinya berpisah. Sejarah aliran Mu’tazilah disebabkan keluarnya seseorang yang bernama Washil bin Atha’ dari sebuah kajian yang dilakukan gurunya yang bernama Hasan Basri. Topik yang dibicarakan dalam kajian tersebut adalah tentang Murtakibil Kabirah, yaitu orang yang melakukan dosa besar. Menurut Washil, orang yang berdosa besar itu adalah orang fasik, bukan orang mukmin dan bukan pula orang kafir. Di akhirat kelak mereka ditempatkan bukan di surga dan bukan pula di neraka, tetapi di suatu tempat antara surga dan neraka. Pendapat yang demikian tentu sangat bertentangan dengan pendapat gurunya. Untuk mempertahankan pendapatnya tersebut, kemudian Washil bin Atha’ menyatakan keluar dari majelis tersebut dan memisahkan diri dari gurunya. Kemudian, sang Guru Hasan Basri, berkata, “I’tazala Anna Washil”, Artinya Washil telah memisahkan diri dari kita. Karena dia telah memisahkan diri dari jama’ah gurunya, maka dia disebut mu’tazili dan alirannya disebut Mu’tazilah. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
TOKOH MU’TAZILAH • Washil bin Atha’ Al-Ghazzal • Abu Al-Husni Al-Allaf • Ibrahim bin Sayyar An-Nazzam • Mu’amar bin Abad As-Sulmay • Bisyr bin Al-Mu’tamir • Jahir Amir bin Bahr Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
AJARAN MU’TAZILAH • At-Tauhid (Tauhid), ajaran pertama ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa Allah Yang Maha Esa. Konsep tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga mereka senang disebut pembela tauhid (Ahl Al-Tauhid). • Al-‘Adl (Keadilan), paham keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka berpendapat bahwa Tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi manusia. • Al-Wa’d wa Al-Wa’id (Janji dan Ancaman), Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin ke surga, dan menepati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta orang yang berdosa ke dalam neraka. • Al-Manzilah bain Al-Manzilatain (Posisi di Antara Dua Posisi), paham ini menyatakan orang yang berdosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertaubat, ia dimasukkan ke neraka selama-lamanya, akan tetapi siksanya lebih ringan daripada orang kafir. • Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang Kemungkaran), setiap orang mukmin wajib menegakkan yang makruf dan menjauhi yang mungkar. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN PENDAPAT DALAM ALIRAN ILMU KALAM Kebebasan Berbuat • Menurut Qadariyah manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan, memilih, dan mewujudkan perbuatannya. Akan tetapi, mereka harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya di akhirat kelak. • Menurut Jabariyah bahwa manusia tidak memiliki kamampuan untuk mewujudkan perbuatannya dan tidak memiliki kewenangan untuk memilih semua rencana manusia, yang pada hakikatnya telah ditentukan oleh Tuhan. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
LANJUTAN ... Kedudukan Wahyu Dan Akal • Menurut Mu’tazilah akal adalah sumber pengetahuan yang paling utama, sedangkan wahyu sebagai pendukung akal. Jika terjadi pertentangan antara ketetapan akal dan ketentuan wahyu, maka wahyu harus ditakwilkan supaya sesuai atau mendukung ketetapan akal. • Menurut Ahli Sunnah wal Jamaah dalam memutuskan suatu perkara merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang telah ditetapkan oleh Al-Qur’an dan dijelaskan oleh sunah Nabi harus diterima dan tidak boleh ditolak. Akal pikiran tidak memiliki kapasitas untuk menakwilkan Al-Qur’an, menafsirkan, atau menguraikannya, kecuali dalam batas-batas tertentu. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
LANJUTAN ... Dosa Besar • Menurut Khawarij orang yang berdosa besar itu kafir. Artinya keluar dari Islam atau murtad. Oleh karena itu halal dibunuh. • Menurut Murji’ah orang yang berdosa besar itu tetap masih mukmin dan bukan kafir. Adapun dosa yang dilakukannya terserah Allah untuk mengampuni atau tidak mengampuninya. • Menurut Mu’tazilah orang yang berdosa besar yang tidak bertaubat hingga matinya dia bukan mukmin dan bukan pula kafir, tetapi keduanya dihukum sebagai orang yang fasik. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
CONTOH PERILAKU ORANG YANG BERALIRAN TERTENTU DALAM ILMU KALAM Apabila kita mencermati sikap-sikap khusus yang melekat pada orang yang beraliran kalam, maka sedikitnya terdapat lima kriteria pokok yang melekat pada orang yang mengikuti aliran yang benar (sahib), yaitu sebagai berikut: • Mampu mengembangkan pemikiran yang rasional dalam melihat berbagai persoalan kehidupan. Landasan Al-Qur’an dan Hadits dijabarkan secara logik dan dijadikan sistem dalam semua aspek kehidupan. • Memiliki prinsip hidup yang kuat, yang digali berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Berusaha menerapkan prinsip hidupnya dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai aspek kehidupan. • Konsisten dalam menjaga persaudaraan dengan sesama umat muslim. Sesungguhnya Rasulullah SAW tidak pernah memerangi orang yang telah mengucapkan syahadat. Adapun perang antarkaum muslimin terjadi setelah Rasulullah SAW wafat. • Kehadirannya tidak membuat orang lain merasa takut atau cemas. Rasulullah SAW bersabda: “Seorang muslim yang ideal ialah yang sesama muslim selamat dari lidah dan tangannya.” (HR. Al-Bukhari) • Senantiasa berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah. Indikatornya di samping menjalankan dengan taat syariat Islam, juga harus mampu melaksanakan shalat khusyuk, bersabar, ikhlas, tawakal, bersyukur, tidak melakukan syirik, serta mampu mengalahkan nafsu. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
MENGHARGAI TERHADAP ALIRAN-ALIRAN YANG BERBEDA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT • Berbagai ragam pemikiran dan pandangan dari aliran-aliran yang ada memperlihatkan paham yang paling bertentangan, sekalipun mereka sama-sama berpegang pada Al-Qur’anul Karim. Sebenarnya dalam ajaran Islam mengenal konsep “jangan kita berburuk sangka” (QS. Al-Hujurat (49): 12) atau bertindak dzalim terhadap orang yang berbeda paham dengan kita. Dan janganlah sampai perbedaan ini memutuskan tali persaudaraan karena hal ini sangat dimurkai Allah. • Imam Abu Hanifah mengatakan, “Saya benar, tetapi bisa salah dan orang lain salah, tetapi bisa benar”. Maksudnya pendapat diri sendiri itu bisa benar dan salah, di samping itu juga orang lain sebaliknya, yang terpenting kita tunjukan musyawarahkanlah segala sesuatu agar lebih enak, tenteram, aman, dan damai di antara kita. • Perbedaan penafsiran dianggap sebagai suatu yang wajar yang terpenting berdasarkan way of life (pedoman hidup) yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Penilaian yang hakiki dan rahasia Ilahi Robbi manusia berusaha Allahlah yang menentukan. Penilaian baik dan buruk tidaknya suatu pendapat dalam pandangan manusia mungkin bisa dilakukan dengan mencoba menghubungkan pendapat dasar-dasar keilmuan yang ada. • Untuk menilai suatu aliran, sebaiknya tidak melihat berdasarkan tingkah laku pelakunya, namun harus dinilai dari ajaran-ajaran pokok yang dimiliki oleh aliran-aliran pokok yang dimiliki oleh aliran-aliran agama Islam. Menghargai terhadap aliran-aliran yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat harus dilakukan oleh umat Islam. Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013
DAFTAR PUSTAKA • HarjanSyuhada, dkk. 2011. AkidahAkhlak. Jakarta: BumiAksara. • Roli Abdul Rohman & M. Khamzah. 2007. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: Tiga Serangkai. • Handono, dkk. 2011. Mantap Beraqidah & Berakhlak Mulia. Pilar Media: Yogyakarta. • LKS Aqidah Akhlaq - HIKMAH Abdul Ghofur @ PPL IAIN Surakarta 2013