290 likes | 990 Views
EVALUASI BIOLOGI DARI AMPAS BIJI TOMAT DAN PROTEIN KONSENTRAT. Oleh: Khairani Ratnasari Siregar 10599061. BIOLOGICAL EVALUATION OF TOMATO WASTE SEED MEALS AND PROTEIN CONCENTRATE. Food Chemistry, 89, p.53-56 (2005) Sogi, D.S., Bhatia, R., Garg, S.K., Bawa, A.S.,. Anatomi tomat.
E N D
EVALUASI BIOLOGI DARI AMPAS BIJI TOMAT DAN PROTEIN KONSENTRAT Oleh: Khairani Ratnasari Siregar 10599061 BIOLOGICAL EVALUATION OF TOMATO WASTE SEED MEALS AND PROTEIN CONCENTRATE Food Chemistry, 89, p.53-56 (2005) Sogi, D.S., Bhatia, R., Garg, S.K., Bawa, A.S.,
Anatomi tomat Buah tomat terdiri dari: • Epidermis • Septa • Seed • Placental tissue • Columella • Outer wall of pericarp • Vascular bundle • Locular cavity
Komposisi zat kimia dari tomat • Fosfor • Kalsium • Besi • Belerang • Protein • Karbohidrat • Lemak • vitamin A, B1dan C. • Lycopene
Manfaat tanaman tomat • Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. • Buah tomat juga mengandung karbohidrat, protein, lemak dan kalori. • Buah tomat juga adalah komoditas yang multiguna berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, bahan pewarna makanan, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan.
Manfaat tomat untuk kesehatan: • Membantu menurunkan resiko gangguan jantung • Menghilangkan kelelahan dan menambah nafsu makan. • Menghambat pertumbuhan sel kanker pada prostat, leher rahim, payudara dan endometrium. • Memperlambat penurunan fungsi mata karena pengaruh usia ( age-related macular degeneration). • Mengurangi resiko radang usus buntu. • Membantu menjaga kesehatan organ hati, ginjal, dan mencegah kesulitan buang air besar. • Menghilangkan jerawat. • Mengobati diare • Meningkatkan jumlah sperma pada pria • Memulihkan fungsi lever. • Mengatasi kegemukan
Latar Belakang • Ampas biji tomat masih memiliki jumlah protein yang bisa digunakan. • Protein biji tomat memiliki kadar lisin yang tinggi, sehingga bisa meningkatkan kualitas protein pada produk makanan yang memiliki kadar lisis yang rendah seperti produk sereal.
Tujuan Penelitian • Mengevaluasi kualitas protein dari biji tomat dalam sistem biologi
Metoda Penelitian Bahan yang digunakan: • Biji Tomat • Bahan makanan Tahap-tahap penelitian: • Penyiapan makanan utuh, makanan deoiled, dan konsentrat protein • Penyiapan aturan makanan • Percobaan pemberian makanan • Indikasi Nutrisi • Analisis statistik
Bahan yang digunakan Biji Tomat • Pomace dari unit pembuatan pasta tomat di Amatsar dikumpulkan, digunakan untuk pemisahan biji dengan teknik sedimentasi dan dikeringkan pada lemari pengering. • Bahan makanan Kasein (M/S G.S Chemical Testing Lab and Allied Industries, New Delhi), minyak murni dari kacang tanah (M/S Amrit Banaspati Company, India) dan pati jagung diperoleh dari pasar lokal. Campuran mineral dan vitamin disiapkan dari AR grade chemicals.
Tahap-tahap penelitian: Penyiapan makanan utuh, makanan deoiled, dan konsentrat protein • Ampas biji tomat yang dikeringkan digunakan mendapatkan makanan utuh. • Minyak dari makanan utuh diekstrak dengan heksan agar didapat makanan deoiled. • Makanan deoiled dilarutkan dengan larutan 1% NaOH, difilter, dilakukan presipitasi protein menggunakan larutan HCl, disentrifugasi, dinetralisasi pellet dan pengeringan pada suhu 50C untuk penyiapan konsentrat protein (PC).
Penyiapan Aturan Pemberian Makanan • Ketiga uji diet protein (makanan utuh, Makanan deoiled, dan konsentrat protein). • Satu diet protein standar (kasein) dan satu diet non-protein disiapkan dengan mencampurkan sumber protein, minyak kacang tanah, campuran mineral, campuran vitamin, dan pati jagung. • Standard diet protein diatur kadar protein 10%, sedangkan non-protein tidak mengandung protein.
Percobaan Pemberian Makanan • Tikus jantan albino dengan rata-rata berat badan 53.65 g dengan umur antara 23-28 hari diseleksi dan ditempatkan pada sangkar masing-masing. • Tikus ini diberi makan dengan diet standar (M/S Hind Lever Ltd, India) dan dikondisikan selama 5 hari dilingkungan laboratorium agar bisa beradaptasi. • Tikus-tikus ini dibagi menjadi 5 kelompok, dengan 6 tikus pada masing-masing kelompoknya, dengan mean body weights yang hampir sama pada tiap kelompoknya, dinamakan tes protein grup (TPG), standar protein grup (SPG) dan non-protein grup (NPG). Diet dengan kelembaban tertentu dan diberikan sebagai makanan ini dilakukan terus-menerus pada kelompok tikus ini selama 21 hari. • Observasi pada pemasukan makanan dan perubahan berat badan mingguan telah diketahui.
Indeks Nutrisi • Sejumlah makanan diberikan pada basis berat kering diperhitungkan, berdasarkan kandungan moisture sedangkan penolakan bebas-moisture dihasilkan dengan dimalamkan pada suhu 100C. • Perbedaan antara diet diberikan, penolakan didapat dari pemasukan makanan. Pemasukan makanan, pemasukan protein dan penambahan berat badan digunakan untuk menghitung indeks nutrisi
Metoda Analisis Indeks Nutrisi • Effisiensi makanan (FE) = Penambahan berat badan (g)/Pemasukan makanan (g) • Utilisasi makanan (FU) = Pemasukan makanan (g)/Penambahan berat badan (g) • Koreksi Rrasio effisiensi protein (C-PER) = PER dari kasein (2.5) x PER dari uji protein/ Exp. PER dari kasein • Utilisasi protein (PU) = Pemasukan protein (g)/Penambahan berat badan (g) • Net retensi protein (NPR) = [Penambahan berat badan dari TPG (g) + Pengurangan berat badan dari NPG (g)]/ Pemasukan protein dari TPG (g)
Analisis Statistik • Data yang didapat dianalisa menggunakan analisis satu arah dari varian (ANOVA). • Nilai least significant different (LSD) dihitung dan memberikan perbedaan yang signifikan. • Perbandingan telah dilakukan dengan protein standar, begitu juga antara yang satu dengan yang lainnya.
Indeks nurisi dari makanan utuh, makanan deoiled, dan konsentrat protein dari ampas biji tomat (n = 6) Tabel.1 Mean SD. Perbedaan subskrip dalam baris mengidentifikasikan perbedaan nilai signifikan (P<0.05). Huruf pertama memberikan perbandingan dengan kasein sedangkan huruf yang kedua memberikan perbandingan antara satu dengan yang lain
Makanan /Pemasukan Protein • Pemasukan makanan sebanyak: • 220.8 g untuk kasein, • 180.1 g untuk makanan utuh, • 218 g untuk makanan deoiled, • 209.6 g untuk PC dan • 112.1 g untuk diet makanan non-protein (table 1). • Telah diamati diet kasein dikonsumsi secara maksimal, kemudian diikuti dengan makanan deoiled, sedangkan konsumsi diet non-protein paling akhir.
Makanan /Pemasukan Protein • Analisis statistik memberikan hasil bahwa tidak terlihat perbedaan yang signifikan dalam pemasukan makanan deoiled dan diet PC dengan diet kasein sedangkan untuk makanan utuh dan diet non-protein nilainya lebih rendah dibandingkan dengan diet kasein (p<0.05). • Diantara uji protein, pemasukan makanan deoiled dan PC juga tidak memberikan perbedaan yang signifikan sedangkan makanan utuh secara signifikan nilainya lebih kecil. • Pemasukan protein kasein, makanan utuh, makanan deoiled dan diet non-protein secara berturut adalah 22.3 g, 18.5 g, 21.6 g, 22.9 g, dan 1.18 g. • Analisis statistik menunjukkan kecenderungan yang hampir sama pada pemasukan makanan
Penambahan Berat • Rata-rata berat badan selama 21 hari untuk diet standar adalah 40.74 g, 24.90 g • Untuk makanan utuh, 30.62 g untuk makanan deoiled dan 33.45 g untuk PC. • Sedangkan rata-rata pengurangan berat badan adalah 23.99 g dalam diet non-protein (tabel 1). • Analisis statistik memberikan adanya penambahan berat badan untuk diet kasein secara signifikan lebih tinggi dibandingkan semua uji protein (p<0.05). • Penambahan berat badan lebih rendah secara signifikan untuk makanan utuh namun lebih tinggi pada kasus makanan deoiled dan PC diantara uji protein (p<0.05). • Diet non-protein menunjukkan penambahan secara signifikan berat badan lebih rendah dari standard uji diet.
Effisiensi Makanan • Effisiensi makanan adalah penambahan berat badan per unit pemasukan makanan. • Dari hasil perhitungan dihasilkan effisensi makanan sebesar: • 0.137 untuk makanan utuh • 0.142 untuk makanan deoiled • 0.159 untuk PC • 0.184 untuk kasein (Tabel 1) • Effesiensi maksimum makanan terdapat pada kasein, dan effisiensi minimum makanan pada diet makanan utuh. • Analisis statistik menunjukkan secara signifikan uji diet memiliki effisiensi makan lebih rendah dibandingkan diet kasein. • Bagaimanapun juga diantara uji diet, PC menunjukkan effisiensi makanan lebih rendah dibanding makanan utuh dan diet deoiled.
Utilisasi Makanan • Utilisasi makanan adalah rasio dari pemasukan makanan dengan penambahan berat badan. • Dihasilkan: • 5.43 utilisasi makanan untuk kasein • 7.23 makanan deoiled • 6.32 untuk PC (Tabel 1) • Nilai maksimum utilisasi makanan ada pada makanan utuh, lalu makanan deoiled. • Analisis statistik menunjukkan kecenderungan yang sama dengan effisiensi makanan.
Rasio Effisiensi Protein (PER) • Rasio effiensi protein adalah penambahan berat badan per unit pemasukan protein. • Nilai PER: • 1.83 untuk kasein • 1.33 makanan utuh • 1.41 makanan deoiled • 1.45 untuk PC (Tabel 1) • Diet makanan utuh dan makanan deoiled memberikan nilai PER lebih rendah dibanding diet kasein, yang mengindikasikan defisiensi asam amino essensial. • Analisis statistik menunjukkan nilai PER paling tinggi pada kasein dibandingkan uji protein, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara uji diet protein (P<0.05).
Koreksi Rasio Effisiensi Protein (C-PER) • Koreksi rasio effisiensi protein didefinisikan sebagai rasio dari PER uji protein dengan mengkalikan standar protein dengan nilai referensi standar protein. • Nilai standar protein kasein diambil 2.5 (Chapman & Mitchell, 1959). • Koreksi PER adalah 1.80 untuk diet makanan utuh, 1.96 makanan deoiled, 2.34 untuk PC. • Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa makanan utuh, makanan deoiled, PC dan diet standar protein keseluruhannya termasuk pada kategori PER yang nilainya tinggi. • Nilai C-PER dari makanan utuh dan makanan deoiled mengandung kualitas protein paling besar. • Analisis statistik C-PER standar lebih tinggi dibandingkan uji proteinnya, walaupun uji protein tidak terlihat perbedaan antara satu dengan yang lain.
Utilisasi Protein (PU) • Utilisasi protein adalah rasio pemasukan protein agar didapatkan penambahan berat badan. • Nilai PU dari analisis statistik paling tinggi ada pada makanan utuh 0.76, makanan deoiled 0.73, PC 0.69, dan kasein sebesar 0.55. • Dari analisis ini nilai PU secara signifikan tidak terlihat perbedaan pada uji diet protein dibandingkan diet kasein.
Net retensi protein (NPR) • Retensi net protein didefinisikan sebagai jumlah dari penambahan berat badan dari TPG (Tes Protein Group) dan pengurangan berat badan dari NPG (Non-protein Group) dengan pemasukan protein pada uji grup protein. • Dari hasilnya diketahui NPR maksimum pada kasein (2.91), makanan utuh (2.65), makanan deoiled (2.52). dan nilai minimum pada PC (2.51). • Analisis statistik menunjukkan kecenderungan yang sama dengan PER
KESIMPULAN • Penambahan berat badan (g): Kasein (40.74) > PC (33.45) > Makanan deoiled (30.62) > Makanan utuh (24.90) > Non-protein (-23.99). • Nilai effisiensi makanan (FE): Kasein (0.184) > PC (0.159) > Makanan deoiled (0.142) > Makanan utuh (0.137). • Nilai utilisasi makanan (FU): Makanan utuh (7.32) > Makanan deoiled (7.23) > PC (6.32) > Kasein (5.43). • Nilai rasio effisiensi protein (PER): Kasein (1.83) > PC (1.45) > Makanan deoiled (1.41) > Makanan utuh (1.33). • Nilai koreksi rasio effisiensi protein (C-PER): Kasein (2.50) > PC (1.99) > Makanan deoiled (1.93) > Makanan utuh (1.82). • Nilai utilisasi protein (PU): Makanan utuh (0.76) > Makanan deoiled (0.73) > PC (0.69) > Kasein (0.55). • Nilai net retensi protein (NPR): Kasein (2.91) > Makanan utuh (2.65) > Makanan deoiled (2.52) > PC (2.51). • Kualitas protein pada biji tomat bisa dibandingkan dengan protein tanaman yang lain, namun nilainya lebih rendah dibandingkan protein hewani.
Protein tanaman bisa dikategorikan menjadi 3 (Hsu, Sutton, Banjo, Satterlee, & Kendrick, 1978) • PER tinggi (benih kapas-2.3, nasi-1.7, red gram-1.7, kacang-1.6) • PER medium (Gandum-1.5, Bubuk kedelai-1.5, Jagung-1.4, Terigu-1.3, Biji wijen-1.2, Maize -1.0) • PER rendah (Peas-0.7, Rapeseed meal-1.41)