370 likes | 4.17k Views
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI. PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. DIREKTORAT TIPIDKOR. F E N O M E N A. MASALAH BESAR DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA & SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA ADALAH KORUPSI BAIK DI PUSAT MAUPUN DAERAH.
E N D
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN RESERSE KRIMINAL POLRI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DIREKTORAT TIPIDKOR
F E N O M E N A MASALAH BESAR DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA & SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA ADALAH KORUPSI BAIK DI PUSAT MAUPUN DAERAH. KORUPSI DI DAERAH : EKSES NEGATIF OTONOMI DAERAH, MUNCULNYA REZIM PENGUASA/RAJA-RAJA KECIL. KORUPSI TELAH MENGGURITA SECARA SISTEMIK BUDAYA: Sudahtradisi/kebiasaanmemberisuap & hadiah, lebihmalumiskindaripadaberbuatkorupsi. EKONOMI: Salah dalammanajemennegara, justrupenyelenggaranegara yang memperkayadirisendiridanmembukapeluanguntukmemperkaya orang lain. POLITIK: Perilakukorupdalammenjalinhubungannegaradenganswasta& Uangsebagaialat untuk mencapaitujuanpolitik (Money Politics).
F E N O M E N A • SEPERTI WABAH YG MELUAS, darilembagatinggisampaitingkatpelayanan di kelurahan-kelurahankorupsitelahmerasukkeberbagaisendikehidupanberbangsa & bernegara • KORUPSI PENGADAAN BARANG/JASA intensitasnya paling tinggisehinggapersepsipubliktentangkorupsikebanyakanmasihsebataspengadaanpemerintah yang tidaksesuaidenganspesifikasi • MAYORITAS VONIS RENDAH, penegakanhukum yang telahdilakukanbelummenimbulkanefekjera • PENELUSURAN PENGEMBALIAN ASET negaramasihsangat minim karenaorientasipenegakanhukumkorupsihanyasampai di vonispengadilan • MODUS OPERANDI KORUPSI selaluberkembangmendahuluilegislasi/undang-undang • TRIAL BY THE PRESS, media massatidakhanyamenjadialatkontrolpubliktapijugamenjadi hakim di luarsidang • TEBANG PILIH, penegakanhukumkorupsijustrudijadikansebagaialatmenjatuhkanlawanpolitik • KOLUSI DGN PENEGAK HUKUM, saatpenanganan, penegakhukumjustruterlibatkasuskorupsibaru
TUGAS POKOK & FUNGSI T U G A S • MELAKSANAKAN PENYELIDIKAN & PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI Dalam melaksanakan tugas, Dittipidkor menyelenggarakan FUNGSI : penyelidikan dan penyidikan tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan dana bantuan, dana usaha negara, dana pemerintah, dana kredit usaha serta dana pembangunan dan proyek yang dapat mengakibatkan kerugian keuangan dan perekonomian negara, termasuk kejahatan transnasional terkait dengan korupsi; perumusan kebijakan dalam rangka penyelidikan dan penyidikan tindak pidana korupsi; perencanaan kebutuhan dukungan anggaran dalam rangka mendukung kegiatan penyelidikan dan penyidikan; dan pengerahan dan pelibatan kekuatan dalam rangka back up operasional kepada satuan kewilayahan.
PERANAN POLRI • Sebagai salah satu pengemban fungsi pemerintahan • khususnya di bidang penegakan hukum, tugas dan wewenang Polri • dalam pemberantasan Tipikor diemban oleh • Direktorat Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri Mabes Polri • yang secara struktural berjenjang ke Sub-Direktorat Tipikor Polda sampai Unit Tipikor di tingkat Polres • Penegakan hukum terhadap Tindak Pidana Korupsi yang dilaksanakan oleh Polri berdasarkan HUKUM FORMIL dan HUKUM MATERIIL yang berlaku, baik KUHAP, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden bahkan didukung berbagai Peraturan di internal Polri.
POLRI SEBAGAI PENEGAK HUKUM UUNO. 8TAHUN 1981 TENTANG KUHAP : KEWENANGAN POLRI DALAM KONTEKS PENEGAKAN HUKUM DIATUR SECARA TEGAS PASAL 1 ANGKA 1 BAHWA PENYIDIK ADALAH PEJABAT POLRI ATAU PEJABAT PEGAWAI NEGERI “KHUSUS’ YANG DIBERI WEWENANG KHUSUS OLEH UNDANG-UNDANG. WEWENANG KHUSUS DIMAKSUD ADALAH KEWENANGAN MELAKUKAN PENYIDIKAN SEPERTI DIATUR DALAM PASAL 1 ANGKA 2 BAHWA YANG DIMAKSUD DENGAN PENYIDIKAN YAKNI “SERANGKAIAN TINDAKAN PENYIDIK DALAM HAL DAN MENURUT CARA YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG INI UNTUK MENCARI SERTA MENGUMPULKAN BUKTI YANG DENGAN BUKTI ITU MEMBUAT TERANG TENTANG TINDAK PIDANA YANG TERJADI DAN GUNA MENEMUKAN TERSANGKANYA”. UU NO. 2 TAHUN 2002 TENTANG POLRI : SELAIN DI DALAM KUHAP, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG POLRI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA (TERMASUK TINDAK PIDANA KORUPSI) JUGA DIATUR DALAM PASAL 2, PASAL 13 HURUF B YANG MENYEBUTKAN BAHWA SALAH SATU TUGAS POKOK POLRI ADALAH SEBAGAI PENEGAK HUKUM, DAN TERKAIT TUGAS POKOK DAN FUNGSI POLRI DIPERINCI LAGI DALAM PASAL 14 DAN PASAL 16 KHUSUSNYA TENTANG TUGAS DAN WEWENANG POLRI DALAM MENEGAKAN HUKUM SEPERTI TERSEBUT DI BAWAH INI : PASAL 14 (1) HURUF G DISEBUTKAN BAHWA POLRI BERTUGAS : ”MELAKUKAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN SEMUA TINDAK PIDANA SESUAI DENGAN HUKUM ACARA PIDANA DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN LAINNYA. PASAL 16 TERMASUK DIDALAMNYA TINDAK PIDANA KORUPSI.
PERATURAN PEMERINTAH & PRESIDEN • PP RI NO 71 THN 2000 TTG TATA CARA PELAKSANAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DAN PEMBERIAN PENGHARGAAN DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TIPIKOR • KEPPRES NO 42 THN 2002 TTG PEDOMAN PELAKSANAAN APBN • KEPPRES NO 80 THN 2003 TTG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH • KEPPRES NO 61 THN 2004 TTG PERUBAHAN ATAS KEPPRES NO 80 THN 2003 TTG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. • PERPRES NO 54 THN 2010 TTG PENGADAAN BARANG /JASA PEMERINTAH • PERPRES NO 70 THN 2012 TTG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERPRES NO 54 THN 2010 TTG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH • INPRES NO 9 THN 2011 TTG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TIPIKOR • PERMENDAGRI NO 21 THN 2012 TTG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERMENDAGRI NO 13 TAHUN 2006 TTG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH • PP NO 55 THN 2012 TTG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI • INPRES NO 1 THN 2013 TTG AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI THN 2013
HUKUM PIDANA MATERIIL 7 KATEGORI TIPIDKOR UU No. 31/1999 jo UU No. 20/2001 TINDAK PIDANA KORUPSIdikelompokkandalam 7 Kategori : • PERBUATAN MELAWAN HUKUM DAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA/PEREKONOMIAN NEGARA (Pasal 2 dan Pasal 3) • SUAP MENYUAP (Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b, Pasal 5 ayat (2), Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 11, Pasal 12 huruf a, b, c dan d, serta Pasal 13) • PENGGELAPAN DALAM JABATAN (Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10 huruf a, b dan c) • PEMERASAN(Pasal 12 huruf e, g dan f) • PERBUATAN CURANG (Pasal 7 ayat (1) huruf a, b, c dan d, Pasal 12 huruf h) • BENTURAN KEPENTINGAN DALAM PENGADAAN (Pasal 12 huruf i) • GRATIFIKASI(Pasal 12 B jo Pasal 12 C) selainrumusanperbuatankorupsiterdapat pula ketentuan TINDAK PIDANA LAIN YANG BERKAITAN dengan TPK (Pasal 21, 22, 23, dan 24)
KORUPSI : EXTRA ORDINARY KOMPLEKSITAS(korupsitidak terjadihanyakarenaniat & kesempatansaja, sistem, lingkungan & kebiasaanjugamempengaruhi) ORGANIZED CRIME (dilakukansecarasistematis, bersama-sama, terencana, rapi & tertutup) MONEY LAUNDERING (hasil kejahatan korupsi ditutupi, disamarkan, dirubah bentuk bahkan dipindahkan ke luar negeri) 1 3 6 POWERFUL(pelakukorupsi yang dihadapipenegakhukummemilikikekuasaan & dana yang besar) TEMPTATION/PENUH GODAAN(apabiladilakukantanpakomitmen & tidak didukungsistem yang baikcenderungpelakukorupsiakanmempengaruhipenegakhukum) 2 4 5 SIFAT ENDEMIS (biladibiarkanakanmeluassepertiwabahpenyakit)
8 7 1 2 3 3 4 4 5 MODUS OPERANDI • BEKERJA TDK SESUAI DG KETENTUAN & PROSEDUR • PEMBERIAN FASILITAS SCR TDK ADIL • KOLUSI/PERSENGKONGKOLAN • BIAYA PERJALANAN • SUAP/UANG PELICIN • PUNGUTAN LIAR • LAHGUN FASILITAS KANTOR • IMBALAN TDK RESMI • PEMBAYARAN FIKTIF • MENERIMA SUMBANGAN • TIDAK DISIPLIN WAKTU • PENGUMPULAN DANA TAKTIS • LAHGUN ANGGARAN • MENERIMA HADIAH • PENYALAHGUNAAN WEWENANG • MENUNDA/MEMPERLAMBAT PEMBAYARAN PROYEK • KOMISI TRANSAKSI YG TDK DISETOR KE KAS NEGARA MARK UP TDK SESUAI SPEC VOLUME TDK SESUAI • MANIPULASI DATA/PEMBUKUAN GANDA • PEMALSUAN DOKUMEN 6 BENTURAN KEPENTINGAN DLM PEMBORONGAN PEMERASAN • LANGGAR PERATURAN/PER – UU – AN
10 MODUS OPERANDI PENGADAAN BARANG & JASA • 1.PENYUAPAN / BRIBERY • 2. PEMALSUAN / FRAUD • 3. PENGGELAPAN / EMBLEZZLEMENT • 4. SUMBANGAN ILLEGAL / ILLEGAL CONTRIBUTION • 5. NEPOTISME / NEPOTISM • 6. BISNIS ORANG DALAM / INSIDER TRADING • 7.KOMISI / COMMISSION • 8. PEMERASAN / EXTORTION • 9. PILIH KASIH / FAVORITISM • 10. PENYALAHGUNAAN WEWENANG / ABUSE OF POWER
AKAR MASALAH KORUPSI TERJADI • NIAT • KEMAMPUAN • PELUANG TPK • LOKASI & KEGIATAN • RAWAN KORUPSI • LOKASI • Sumberalokasianggaran • Sumberpendapatannegara • Penggunaanggaran • Aset-asetnegara • KEGIATAN • Ren & DistribusiAnggaran • PenggunaanAnggaran • Pengadaanbarang / jasa • Perijinan/ pelayananpublik FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KORUPSI • Sistemnegara yang buruk • Kemiskinan • Gajipenyelenggaranegaratidaklayak • Mental serakah • Pengawasanlemah • Budayahedonisme • Ketidak-adilan • Kesadaranhukumrendah • Hukumankoruptorrendah CORRUPTION HAZARDS (CH) FAKTOR 2 PENDUKUNG TERJADINYA KORUPSI (POTENSI KORUPSI)
MELAWAN HUKUM FORMIL & MATERIIL Salah satuunsurpentingdalamperbuatankorupsiadalahPERBUATAN MELAWAN HUKUM (WEDERRECHTELIJK)dalambahasasederhanaadalahtidakberhak, tidak berwenang, bukanhaknya. Perbuatanmelawanhukummenggambarkansuatupengertiantentangsifattercelanya/sifatterlarangnyasuatuperbuatan. MenurutADAMI CHAZAWI perbuatanmelawanhukum dalam TP Korupsiterbagi 2 (dua) yaituperbuatanmelawanhukumSECARA FORMIL danMATERIIL. PerbuatanmelawanhukumsecaraMATERIIL adalahsifatterlarangnyaberasaldarimasyarakatberupakepatutanataunilai-nilaikeadilan yang hidupdalammasyarakat Perbuatanmelawanhukumsecara FORMIL adalahsifatmelawanhukumtertulis (formil) dengan kata lain bahwaperbuatantersebutbertentangandenganaturan–aturantertulis
RENCANA AKSI NASIONAL 2010-2025 1 MELAKSANAKAN UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN 2 MELAKSANAKAN LANGKAH-LANGKAH STRATEGIS DI BIDANG PENINDAKAN MELAKSANAKAN HARMONISASI & PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PEMBERANTASAN KORUPSI & SEKTOR LAINNYA YANGTERKAIT 3 4 MELAKSANAKAN PENYELAMATAN ASET HASIL TINDAK PIDANA KORUPSI MENINGKATKAN KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM RANGKA PEMBERANTASAN KORUPSI 5 MENINGKATKAN KOORDINASI DALAM RANGKA PELAPORAN PELAKSANAAN UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI 6
1. JUKLAK JAKSA AGUNG RI DAN KEPALA BPKP NOMOR: 001/J.A/2/1989 DAN KEP-145/K/1989 TANGGAL 25 FEBRUARI 1989 TENTANG UPAYA MEMANTAPKAN KERJASAMA KEJAKSAAN DENGAN BPKP DALAM PENANGANAN KASUS YANG BERINDIKASI KORUPSI • 2. KEPUTUSAN BERSAMA JAKSA AGUNG RI DAN KEPALA BPKP NOMOR: KEP-017/J.A/2/1994 DAN NOMOR: KEP-42/K/1994 TANGGAL 10 FEBRUARI 1994 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN KERJASAMA KEJAKSAAN DENGAN BPKP DALAM MENANGANI KASUS PERDATA YANG MENIMBULKAN KERUGIAN KEUANGAN/KEKAYAAN NEGARA • 5. NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN RI, POLRI DAN BPKP NOMOR: KEP-109/A/JA/09/2007, NOMOR: B/2718/IX/2007, NOMOR: KEP-1093/K/D6/2007 TANGGAL 28 SEPTEMBER 2007 TENTANG KERJASAMA DALAM PENANGANAN KASUS PENYIMPANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA YANG BERINDIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI TERMASUK DANA NONBUDGETER • 6. KESEPAKATAN BERSAMA POLRI, KEJAKSAAN DAN KPK DALAM OPTIMALISASI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI, 29 MARET 2012 • 4. KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KPK DAN KEPALA BPKP NO.42/KPK-BPKP/IV/2007 DAN NOMOR: KEP-501/K/D6/2007 TANGGAL 30 APRIL 2007 TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI, SEBAGAIMANA TELAH DIPERBAHARUI TERAKHIR DENGAN NOTA KESEPAHAMAN NOMOR: SPJ-15/01/04/2011 DAN NOMOR: MOU-378/K/D2/2011 TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI • 3. KEPUTUSAN BERSAMA KAPOLRI DAN KEPALA BPKP NO.KEP-12/IV/2002 DAN KEP.04.02.00-219/K/2002 TANGGAL 29 APRIL 2002 TENTANG KERJASAMA DALAM PENANGANAN KASUS YANG BERINIDKASI TINDAK PIDANA, SEBAGAIMANA TELAH DIPERBAHARUI DENGAN NOTA KESEPAHAMAN NO. POL:B/29/XI/2011 DAN NO. MoU-1520/K/D2/2011 TGL 29 NOVEMBER 2011 SINERGITAS INSTANSI PENEGAK HUKUM
KASUS MENONJOL 1 PENANGANAN KASUS LC FIKTIF BNI 1,3 TRILYUN DAN PROSES HUKUM KOMJEN POL SUYITNO LANDUNG DKK 2 PENANGANAN KASUS GAYUS TAMBUNAN DANPROSES HUKUM KOMJEN POL SUSNO DUAJI 3 PENANGKAPAN NAZARUDIN DI BOGOTA 4 PENYIDIKAN KASUS SIMULATOR SIM IRJEN POL DJOKO SUSILO 5 PENANGANAN KASUS TERHADAP PEJABAT NEGARA DANKEPALA DAERAH
TERIMA KASIH “FIAT JUSTITIA RUAT CAELUM”