320 likes | 672 Views
MEMBANGUN INDUSTRI BIODIESEL DI INDONESIA - beberapa skenario dan persoalan pengembangan yang perlu dicermati -. Tatang H. Soerawidjaja Ketua Forum Biodiesel Indonesia (FBI) Bandung, 16 Desember 2005. Biodiesel. Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester metil/etil asam-asam lemak.
E N D
MEMBANGUN INDUSTRI BIODIESEL DI INDONESIA- beberapa skenario dan persoalan pengembangan yang perlu dicermati - Tatang H. Soerawidjaja Ketua Forum Biodiesel Indonesia (FBI) Bandung, 16 Desember 2005
Biodiesel • Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester metil/etil asam-asam lemak. • Dibuat dari minyak-lemak nabati dengan proses metanolisis/etanolisis. Produk-ikutan : gliserin. • Atau dari asam lemak (bebas) dengan proses esterifi-kasi dgn metanol/etanol. Produk-ikutan : air • Kompatibel dengan solar, berdaya lumas lebih baik. • Berkadar belerang hampir nihil,umumnya < 15 ppm. • BXX = camp. XX %-vol biodiesel dengan (100 – XX) %-vol solar. Contoh : B5, B20, B100. • Sudah efektif memperbaiki kualitas emisi kendaraan diesel pada level B2 !.
Mengapa Indonesia Memerlukannya ?. • Seiring dengan kian langkanya minyak bumi, harga sejati Bahan Bakar Minyak (BBM) makin tinggi. • Indonesia sudah mengimpor 7 milyar liter/tahun solar ( 30 % kebutuhan nasional) !. • Keterjaminan penyediaan solar di dalam negeri kian rawan. • Biodiesel dapat menjadi pensubstitusi yang unggul !. • Teknologi produksi biodiesel relatif tak rumit. Mudah dikembangkan & dikuasai bangsa kita. • Negara ini juga kaya dengan sumber bahan mentahnya (dan salah satu penghasil minyak sawit dan kelapa terbesar di dunia).
Awas, jangan rancu !. • Minyak-lemak mentah (crude vegetable oil) tidak boleh/bisa dijadikan bahan bakar compression-ignition (CI) engine, karena umumnya berkadar fosfor tinggi ( kerak atau deposit) dan mengandung asam lemak bebas (korosif). • Straight vegetable oil (SVO) crude vegetable oil (CVO); SVO sudah dibersihkan dari fosfor dan asam lemak bebas. • Untuk dapat berbahan bakar SVO murni, motor diesel harus dimodifikasi ( Elsbett engine). • SVO dapat dijadikan pencampur solar, tapi kemungkinan hanya sampai 20 %-volume (harus diuji !). • Biodiesel murni (100 %) dapat digunakan pada mesin diesel konvensional (tetapi tak boleh berkontak dengan bahan terbuat dari karet).
Bahan mentah utama/tulang-punggung ? • Mestinya adalah minyak-lemak non-pangan : jarak pagar, kapok/randu, malapari, nimba, nyamplung, dll. • Sekarang, jarak pagar (Jatropha curcas) adalah yang paling potensial/populer. • Pada kondisi normal, minyak-lemak pangan (sawit, kelapa, kacang, dll.) tak akan bisa bersaing, karena harga minyak-lemak mentahnya lebih ditentukan oleh permintaan dari sektor pangan (harga tinggi, karena pangan kebutuhan paling vital). • Tetapi industri biodiesel dapat menjadi pendukung keuletan daya saing industri minyak pangan nasional menampung surplus minyak-lemak pangan di kala pasokan melonjak tinggi di atas permintaan.
Pembuatan biodiesel dari minyak-lemak pangan juga bisa ekonomik, jika produk-produk yang minor tetapi berharga tinggi dapat dipasarkan (misal : karoten dan vitamin E dari ester metil sawit mentah dan fraksi kaprilat dan kaprat dari ester metil kelapa [untuk pembuatan medium chain triglycerides, MCT]). Sembarang surplus atau minyak ‘off-spec’ dari industri minyak-lemak pangan dapat ditampung oleh industri biodiesel !.
Potensi diversifikasi biodiesel ester metil minyak kelapa • MCT atau trigliserida rantai sedang (pangan sehat) adalah produk turunan akhir bernilai paling tinggi dari ester metil minyak kelapa.
Prinsip pemanfaatan lahan • Gunakan lahan subur untuk membudidayakan tanaman pangan (memproduksi bahan pangan) !. • Gunakan lahan kering atau kritis untuk membudi-dayakan tanaman energi !. • Setiap wilayah yang tadinya hutan tak boleh digunakan seluruhnya untuk perkebunan tanaman pangan atau pun energi (memusnahkan biodiversitas yang belum sempat dimanfaatkan). • Tumpang sari lebih baik daripada monokultur (jarak pagar dengan kacang, ubi jalar, dll.). • Maksimumkan pemanfaatan hasil panen (misalnya bungkil untuk pembangkitan biogas). • Koperasi petani diarahkan untuk tidak hanya menjual biji, melainkan minyak (kelak : biodiesel !).
Pembangkitan biogas dari bungkil memungkinkan produsen minyak-lemak mentah memaksimalkan penjualan produk tsb. (tidak menggunakan minyak-lemak mentah sebagai bahan bakar rumah-tangga) . Jika koperasi petani memiliki sendiri unit pemerah (+ ekstraksi) minyak, bungkil bisa dimanfaatkan untuk membangkitkan biogas (bahan bakar lokal) dan unsur hara (anorganik) dikembalikan untuk melestarikan daya dukung tanah.
Industri biodiesel berbasis IPTEK minimal mampu mencampur-campur aneka minyak-lemak (bahan mentah) guna menghasilkan biodiesel yang tepat memenuhi persyaratan standar kualitas/mutu. Jadi akan juga mampu menampung minyak-lemak yang diperah/ diekstraksi dari biji-biji limbah industri makanan-minuman maupun biji-biji pohon penghias atau peneduh. Produksi minyak-lemaknya bisa menjadi lahan bisnis Usaha Kecil Menengah !.
Sumber bahan mentah lain yang potensial (1) : Kapok/randu (Ceiba pentandra) • Pada tahun 1930-an, Indonesia adalah pemasok terbesar kapok di dunia. Sekarang pun tumbuhan ini masih terdapat di mana-mana !. • Minyak : 25 %-berat biji (40 %-berat daging-biji). • Tetapi, minyaknya mengandung 10 % asam lemak siklopropenoid (bereaksi positif terhadap uji Halphen) yang mudah berpolimerisasi ( diduga bisa menyebabkan tersumbatnya injektor mesin diesel). • ITB sedang melakukan penelitian pemanfaatan minyak biji kapok untuk pembuatan biodiesel. • Peningkatan nilai guna/ekonomi serat kapok akan sangat meningkatkan nilai tambah yang bisa diperoleh.
Sumber bahan mentah lain yang potensial (2) : Malapari (Pongamia pinnata/glabra, Derris indica) • Nama lokal : Malapari (Simeuleu), Mabai (Bangka), Ki pahang Laut (West Java), Bangkongan, Kepik (Java), Kranji (Madura), Marauwen (Minahasa), Hate hira (Ternate), Butis, Sikam (Timor). • Pohon tumbuh cepat ( 8 m dlm 4 – 5 tahun),tahan air asin, bisa tumbuh lagi dengan baik berulang-ulang dari tunggul sisa penebangan, sangat mampu memanfaatkan nitrogen udara. Terkenal (di India) sbg sumber kayu-bakar dan minyak-lemak non-pangan utk bahan bakar lampu. Nilai kalor kayu : 19,2 MJ/kg. • Minyak terdapat dlm biji (27 – 39 %). Pada rotasi 5 – 7 tahun, perkebunan malapari tiap tahunnya bisa meng-hasilkan 5 ton/ha kayu-bakar + 2 ton/ha minyak-lemak.
Malapari (Pongamia pinnata/glabra, Derris indica)Nama internasional : Pongam, Karanj, Karanja, Honge.
Biji dan minyak malapari (mentah) mengandung asam amino kompleks [glabrin (C21H42O12N3)], 4 furanoflavon [karanjin (C18H12O4), pongapin (C19H12O6), kanjon (C18H12O4), dan pongaglabron (C18H10O5.½H2O)], serta diketon [pongamol (C18H14O4)]. Senyawa-senyawa ini dapat diambil/digondol dari biji maupun minyak via ekstraksi dengan alkohol dan berpotensi untuk dijadikan insektisida serta obat-obatan. • Minyak malapari yang bebas dari senyawa-senyawa di atas (angka iodium 75 – 96, angka penyabunan 177 – 193) merupakan bahan mentah yang baik untuk pembuatan biodiesel. India sedang melakukan upaya eksploitasi. • Jadi, malapari adalah pohon/tumbuhan potensial untuk dibudidayakan dalam perkebunan terpadu yang menghasilkan listrik, biodiesel, and bahan-bahan kimia untuk obat dan bioinsektisida. • Perlu proyek/kebun percontohan dan studi kelaikan lebih jauh !.
Menerawang masa depan yang jauh Bagaimana jika kelak lahan darat harus dikerahkan untuk produksi pangan ?. Di masa depan (target negara maju : mulai 2025) bahan bakar hayati (biofuel) bisa diproduksi dari budidaya cepat alga mikro yang tumbuh di perairan tawar/asin. tanah darat utk penyediaan pangan. CO2 eks bahan bakar fosil dapat dimanfaatkan. tak butuh traktor, penyemaian benih dan panen hasil terus-terusan (continuous), ‘waktu tanam’ 1 minggu. Ingat : RI bergaris pantai terpanjang di dunia !. Indonesia mestinya juga mulai melakukan riset ke arah ini !.
Kebutuhan lahan untuk menghasilkan 1 liter biodiesel ? • Sangat bergantung pada produktifitas tanaman minyak !. • Untuk jarak pagar (belum ada budidaya dan riset ekstensif), 4 ton biji per hektar (sesudah tahun ke-4), 0,3 m3 minyak mentah per ton biji, 0,95 liter biodiesel per liter minyak mentah. 0,9 hektar/m3-biodiesel !. • Untuk sawit (sudah ada budidaya dan riset ekstensif), 15 – 20 ton TBS per hektar (mulai tahun ke-4), 0,20 – 0,22 m3 minyak mentah, 0,95 liter biodiesel per liter CPO. 0,3 hektar/m3-biodiesel (3 m2/liter-biodiesel) !. • Afrika Selatan mentargetkan mencapai produktifitas 12 ton biji jarak pagar per hektar pada tahun 2012 !.
Harga ? • Jika harga eceran biodiesel jarak pagar Rp. 4300/liter (sama dengan harga solar PSO di SPBU-SPBU), harga minyak jarak pagar mentah Rp. 2800 – 3000 per liter, dan harga biuji jarak kering Rp. 600 – 700 per kg. • Produksi biodiesel dari CPO untuk penjualan di SPBU masih belum menarik bagi para pengusaha sawit, karena harga pasar (permintaan) CPO tak berbeda jauh dari Rp. 4300/liter (sekalipun harga pokok produksi CPO cukup jauh di bawah ini). • Tetapi produsen-produsen CPO kini berminat membuat biodiesel dari CPO untuk memenuhi kebutuhan sendiri, karena mereka harus membeli solar dengan harga Rp. 5800,- per liter (harga solar industri).
Hambatan utama pengembangan biodiesel di Indonesia ?. • Penentu kebijakan Bahan Bakar (Minyak) !. • Sangat lamban, cenderung amat sektoral (abdi siapa ?). • Bahan bakar hayati produksi dalam negeri bukan saingan BBM (yang impornya kian membengkak), melainkan mitra untuk meredam penghamburan devisa sambil sekaligus mensejahterakan rakyat banyak !. FBI (didukung oleh Kementerian Ristek, Pertanian, In-dustri, dan Perdagangan) mendesak pemerintah (cq Ke-menterian ESDM) menyatakan (1). B10 sebagai bahan bakar sah kendaraan diesel dan (2). Solar yang menjadi basis pembuatan B10 adalah solar bersubsidi/PSO.
Apa arti/implementasi dari “pemerintah menyatakan B10 sebagai bahan bakar sah” ?. • Spesifikasi solar yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral MIGAS mencantumkan pernyataan bahwa solar boleh mengandung FAME (Fatty Acids Methyl Ester, yaitu biodiesel) sampai dengan 10 %-volume, dengan syarat bahwa FAME/biodiesel yang dicampurkan harus memenuhi syarat mutu Standar Biodiesel Indonesia. B5 dan B10 bisa resmi dijual di SPBU-SPBU !. • World Wide Fuel Charter (kesepakatan industri otomotif dan motor bakar sedunia) Edisi Desember 2002 baru membolehkan solar mengandung 5 %-vol FAME, tetapi bebagai negara (atas pertimbangan kepentingan dalam negerinya) membolehkan peniagaan B10, B20, B30, bahkan B100 di SPBU-SPBU berlabel.
Mengapa solar yang menjadi basis pembuatan B5 dan B10 mestinya adalah solar bersubsidi/PSO ?. • Karena biodiesel adalah produk dalam negeri pensubstitusi solar impor (yang dijual di SPBU-SPBU dengan harga bersubsidi). Insentif bagi pengembangan industri biodiesel di dalam negeri !. • Makin besar produksi dan pemanfaatan biodiesel di dalam negeri makin sejahtera rakyat banyak (karena tersedianya lapangan kerja dan peningkatan pendapatan) penghapusan subsidi harga BBM makin mudah dilakukan !.
Saran dukungan kebijakan lain pemerintah ? [1] • DESDM dan BP Hilir MIGAS memasukkan pasokan biodiesel (dan bioetanol) produksi domestik ke dalam rencana penyediaan bahan bakar cair untuk secara terpadu memenuhi kebutuhan energi nasional dan meningkatkan perekonomian dalam negeri dan kesejahteraan rakyat banyak. • DEPTAN dan DEPHUT mendorong agar lahan-lahan kurang produktif dapat dimanfaatkan rakyat dan para pengusaha untuk budidaya tanaman-tanaman penghasil minyak-lemak bahan mentah pembuatan biodiesel (termasuk pengadaan bibit-bibit unggul).
Saran dukungan kebijakan lain pemerintah ? [2] • Departemen Perindustrian mendorong tumbuhnya industri dalam negeri pemasok peralatan-peralatan pabrik pembuat biodiesel dan minyak-lemak bahan mentahnya. • Kementerian Negara BUMN menggerakkan BUMN-BUMN agar menjadi agents of growth bagi pertumbuh-kembangan industri biodiesel nasional. • Kementerian Koordinator Perekonomian mensinkronkan kebijakan-kebijakan berbagai Departemen/Kementerian demi kelancaran pertumbuhan sehat industri biodiesel nasional.
Sosialisasi kemanfaatan biodiesel ke berbagai kalangan masih sangat perlu dilakukan !. • Demonstrasi rutin (½ - 1 tahun) penggunaan biodiesel perlu dilakukan di berbagai kota (besar) di seluruh Indonesia (misalnya dalam bus-bus kota), agar rakyat (konsumen) menyadari keberadaan dan kemanfaatan biodiesel ( tresno jalaran soko kulino !). • Pencerahan-pencerahan perlu diupayakan kepada pemerintah-pemerintah daerah (propinsi), terutama yang tak memiliki sumber daya fosil dan kilang minyak, bahwa produksi dan pemanfaatan biodiesel di daerahnya berpotensi besar meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat setempat.
SEKIAN dan TERIMA KASIH Semoga apa yang telah dikemukakan dapat menjadi pemicu diskusi yang hangat dan konstruktif